Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Ibu Guru Cantik

“Selamat siang, Bu,” sapaku pada Bu Diana, guru matematika yang juga merupakan wali kelasku, saat berpapasan di koridor ruang guru. Kulihat wanita cantik itu sedikit memerah, padahal tadi pagi dia tampak baik-baik saja. ”Ibu baik-baik saja?” aku bertanya. “Oh, ya... Ibu baik kok.” suaranya terdengar lembut, sedikit menggairahkan. Bu Diana adalah seorang guru yang cantik dan menawan.Umurnya baru 22 tahun dan belum menikah. Di sekolah, dia adalah idola para murid laki-laki sepertiku.

Teh Ninih

Ustadzah itu pun menyambut tangan sang operator tanpa menyentuhnya sedikitpun sambil tetap menundukkan pandangan dan bergumam, “Assalamualaikum.” Tapi hal itu sudah cukup membuat sang operator menelan ludahnya karena terpana akan keindahan gundukan kembar di dada sang ustadzah yang sekilas tercetak di jubahnya ketika ia menunduk.

Bonus untuk Guru Les Bahasa Inggris

Hari itu Hamid baru pertama kalinya memasuki kompleks perumahan baru di Citra Kencana, dia adalah guru sekolah menengah yang honornya sama sekali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi ditambah setelah berkeluarga dan mempunyai anak bayi. Meskipun istrinya ikut membantu dengan membuat pelbagai makanan snack serta kue-kue kering, namun kebutuhan yang meningkat hanya dapat tertutup kalau di luar jam mengajarnya Hamid memberikan ekstra les. Untunglah di dalam masyarakat Indonesia yang sangat unik peranan ilmu exakta serta bahasa asing mendapatkan tempat tersendiri. Anehnya adalah kemahiran bahasa asing, terutama bahasa Inggris, jauh lebih dihargai daripada bahasa Indonesia sendiri. Bukan hanya orang dewasa merasa sangat bangga jika mampu berbahasa Inggris sehingga bisa mengobrol dengan orang bule di mall atau plaza, anak sekolah dasar pun dipacu oleh orang tuanya untuk ngeles ekstra bahasa Inggris. Oleh karena itu Hamid hari ini memperoleh kesempatan untuk memberikan ...

Senggol Sana Senggol Sini (4)

Mendung sedang bergayut di langit petang. Di sebuah kafe, sekitar jam lima sore, kami berdebat seru ihwal kehidupan seks laki-laki. Kami duduk bertiga sambil menikmati hangatnya secangkir cappuccino. Tiga orang pria; yang pertama Leo, kemudian Johan, dan aku sendiri. Leo sependapat dengan Johan kalau hampir kebanyakan laki-laki pasti pernah berhubungan dengan wanita lain, one nite stand. Aku balik menimpali, tidak hanya laki-laki yang doyan one nite stand, banyak juga kaum wanita yang menganut paham sex just for fun. Itu berdasar pengalamanku dengan Sonya selama ini, dan juga dengan Maya malam kemarin. Tapi, ketika ditanya balik apa yang sebenarnya didapat dari seks sesaat itu, aku hanya diam membisu. "Nggak tahu," jawabku polos. “Kepuasan, mungkin. Karena sudah dapat meniduri istri orang lain.”

Ayo Tekan!!

Airin Rachmi Diany, mewakili sosok generasi baru yang muda, cerdas dan peduli. Dalam usia 33 tahun ia sudah menyelesaikan pendidikan Spesialis Notariat dan Pascasarjana S2 Bidang Hukum Bisnis di salah satu Universitas di Bandung. Aktivitas sosialnya membuat ibu dua anak ini senantiasa berada di tengah masyarakat. Sebagai notaris profesional, Ibu muda yang senantiasa berjilbab ini dikenal memiliki kepedulian terhadap nasib masyarakat lapisan bawah. Tak terhitung kegiatan sosial yang telah digagasnya. Ia mensponsori pengobatan gratis, pemberantasan demam berdarah, bantuan untuk pesantren dan mejelis taklim, kegiatan olahraga pemuda, dan banyak lagi. Lahir di Banjar pada tanggal 28 Agustus 1976, Airin memiliki pandangan hidup yang visioner dan jauh ke depan. Baginya waktu adalah emas. Ia tak pernah menyia-nyiakan waktu tanpa mengerjakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan. Maka sesibuk apapun ia bekerja, Airin tak pernah mengeluh sepanjang apa yang dia kerjakan dapat bermanfaat.

Senggol Sana Senggol Sini (3)

Hari yang cerah. Meskipun matahari telah condong ke barat, namun cahayanya yang keemasan masih terus menyepuh pucuk-pucuk tanaman di halaman depan rumahku sehingga tampak begitu indah. Sementara itu angin semilir yang lembut bertiup ke segala penjuru di sekitarku. Aku duduk di teras menikmati kesendirian. Di pangkuanku tergeletak sebuah novel misteri yang sejak aku duduk di tempat itu belum sekali pun sempat kubaca. Mataku lebih banyak melayang ke sekeliling. Ke halaman yang selalu rapi karena terawat dengan baik. Lalu ke langit yang cerah penuh warna keemasan, dan juga ke jalan dan ke mana pun mataku berlabuh. Damai rasanya.

Senggol Sana Senggol Sini (2)

Semuanya diawali pada suatu malam, ketika aku baru menikah dengan Berta. Aku baru saja hendak pergi membaca buku di teras ketika seutas sms meluncur ke hapeku, dari Sonya. Aku buka sms itu. “Selamat malam, Gun. Maaf mengganggu. Kamu bisa ke rumah sebentar?” Demikian pesan singkat itu. Aku berpikir sesaat, dan kubalas. “Dengan senang hati, Mbak. Tunggu ya!” Selebihnya aku sibuk pencet-pencet keypad hape untuk memberitahu Berta yang belum pulang dari arisan kalau aku lagi pergi ke toko buku. Aku tidak ingin dia menyusulku ke rumah Sonya, biarlah ini menjadi rahasiaku. Agak mengganggu pikiran ketika Sonya membuka pintu dengan raut wajah tidak secerah biasanya. Meski kelihatan senang dengan kehadiranku, senyumnya tidak terlalu riang. “Ada apa, Mbak?” tanyaku. “Perlu sama aku?”

Senggol Sana Senggol Sini (1)

Sore itu, aku pulang agak cepat dari kantor. Istriku sepertinya lagi arisan karena pintu rumah tertutup rapat, terpaksa aku harus memendam keinginan untuk lekas menidurinya. Karena tidak ada kegiatan apa-apa, kuhabiskan waktu dengan mencuci motor di teras depan. Saking seriusnya, aku sampai tidak tahu kalau Nadia, tetangga sebelah yang baru pindah, lewat di depanku. Dia mengenakan kaos tanpa lengan yang sangat ketat, payudaranya jadi terlihat mau tumpah dari tempatnya. Melihat aku sendirian, dia pun mendekat. ”Rajin amat, Mas!” sapanya sambil duduk di bangku kayu. ”Eh, Nadia. Iya, mumpung lagi senggang, biar bersih nih mobil.”

Ipar-iparku (part 1)

By the way namaku tidak terlalu penting untuk disebutkan di sini. Hanya saja seluruh anggota keluarga besar memanggilku dengan sebutan ‘Akang’ karena itulah panggilan sayang istriku kepadaku sehingga seluruh anggota keluarga kemudian mengikuti dengan menyebut ‘Akang’. Usiaku saat ini sudah 28 tahun dan istriku 24 tahun. Pernikahan kami sudah memasuki tahun ketiga dan telah memiliki seorang putri 2 tahun yang lucu. Istriku adalah anak ketiga dari empat bersaudara dan semuanya adalah perempuan. Kakak ipar tertuaku bernama Umi, umurnya 31 tahun dan yang kedua bernama Ani, setahun lebih muda dariku. Sedangkan Ima, adik istriku yang bungsu berusia 20 tahun dan beberapa bulan yang lalu melangsungkan pernikahan dengan calon suaminya. Di sinilah peristiwa itu bermula.

Ipar-iparku (part 2)

Setelah kejadian itu, entah kenapa aku semakin terobsesi kepada Ani. Aku tidak mengerti perasaan dalam hatiku ini. Yang pasti ini bukan cinta, karena perasaan ini tidak sama ketika aku beru pertama kali jatuh cinta kepada istriku, dan sampai sekarangpun, aku tidak merasakan perasaan yang sama dengan perasaanku kepada Ani. Tetapi maaf, kawan. Ini juga bukan tentang birahi, karena setelah kejadian itu, aku tidak dalam kondisi yang menjadi ketagihan. Parahnya lagi, ini perasaan ini bukan hanya kepada Ani, tetapi kepada Kak Umi dan Mia. Aku jadi tertarik untuk mencoba menaklukkan kedua iparku ini di ranjang, sekaligus aku penasaran akan aksi dan reaksi mereka ketika mereka bermain denganku. Mungkin sebahagian dari kalian menilaku sebagai orang yang maruk, rakus, atau apalah. Tetapi ini adalah tentang hasrat, dan sepertinya hasrat ini harus dituntaskan.

Ipar-iparku (part 3)

Kata orang, cinta dan nafsu adalah dua variable yang sangat berbeda jauh. Dalam cinta ada nafsu, namun kau tidak bisa menemukan cinta di dalam nafsu, begitu katanya. Cinta orientasinya adalah ingin membahagiakan, sedangkan nafsu orentasinya adalah ingin memiliki. Lantas, berada di manakah posisiku ketika orientasiku adalah ingin memuaskan iparku? Mungkin kalian bisa mengecapku sebagai orang yang maruk, maniak seks, rakus, atau apalah, yang pasti jatah yang kuberikan kepada Arni, istriku, tidak pernah berkurang baik kuantitas maupun kualitasnya.

Ipar-iparku (part 5)

Waktu telah menunjukkan pukul 00.23 menit ketika aku terbangun di sofa. Kadang-kadang kalau sudah lelah karena kerjaan ditambah lagi karena dua kali memeras mani membuatku tidak sadar kalau ternyata aku sudah tertidur di sofa ruang keluarga. Sejenak kemudian telingaku menangkap suara yang tak lazim. Kupandangi Arni dan Ani yang tidur di karpet ruang tengah, sedangkan Ima tidak ada di situ. Ku pusatkan konsentrasiku pada pendengaranku hingga aku menyadari bahwa itu adalah suara Ima yang sdang merintih. Pada awalnya aku tidak berfikir yang aneh-aneh, karena Ima sedang hamil dan suaminya sedang terbang. Aku hanya mengira Ima kenapa-kenapa. Ku cari lokasinya hingga aku yakin kalau suara itu datang dari kamar Ima.

Makna persahabatan

Sudah beberapa bulan berlalu sejak Mei memperkenalkan Yen kepadaku. Sejak itu kedua wanita Cina yang cantik dan bahenol ini menjadi partner seksku. Secara rutin kami bertemu untuk bersetubuh dan memuaskan nafsu birahi. Kebanyakan kami berkumpul di rumah Mei di bilangan Margorejo (baca ceritaku sebelumnya: Hadiah Ulang Tahun Yang Mengejutkan 1 dan 2). Keduanya seperti tak terpuaskan. Apalagi Yen. Nafsunya yang besar itu seperti tak ada habisnya. Permainan ranjangnya sungguh-sungguh menggairahkan, sehingga selalu ada kegembiraan dan kebanggaan tersendiri setiap kali aku menggumuli, menyetubuhi dan memuaskan nafsunya.

Lukisan Kucing

Hingga hari ini, aku masih diliputi perasaan senang bercampur takut. Ini semua mengenai misteri yang mencakup seputar  kehamilanku. Atau  bisa juga dikatakan tentang hubungan seks dengan suamiku. Sebelum menceritakan pengalamanku ini, sebaiknya aku ceritakan sekilas tentang latar belakangku. Panggil saja aku Mirza, wanita berusia 30 tahun. Sudah menikah  selama 6 tahun, dan memiliki anak yang masih berusia  6 bulan. Lucu dan imut  banget. Aku mantan  guru sekolah dasar, tapi sekarang ini aku  mengabdikan diri  seutuhnya  untuk mengurus anak dan rumah tangga. Aku lahir di kota Yogya,  dan dibesarkan dalam keluarga yang  religius. Sehari-hari aku berjilbab,  Penampilanku anggun dengan tubuh padat berisi yang selalu terbungkus gamis panjang dan jilbab lebar, semakin menambah kecantikanku. Tubuhku yang montok kadang tercetak jelas di balik kain jilbabku. Meski cenderung alim, namun di balik semua itu, aku tetaplah seorang wanita ...

Serigala Berbulu Domba

”Rif,  carilah istri lagi,” kata Zia. “Gila, Kamu! Apa maksudmu?!” sahut Rifa’i keras. Mata Zia berkaca-kaca, dadanya yang besar berdegub keras, tangannya sibuk memainkan jilbab  biru mudanya. Rifa’i memandang lurus tepat di bola mata Zia, mencari-mencari apa yang ada dalam pikiran wanita cantik itu, istri tercintanya. Tiba-tiba Zia terisak pelan, meracau bebas. “Aku ikhlas, Rif. Aku ridho. Aku mau di madu.” Setelah kalimat terakhir, Zia menangis lebih keras lagi. Kali ini tersengal-sengal. Rifa’i memegang bahu Zia, matanya tak lepas menatap Cintanya. “Zia, kamu ngomong apa sih, Sayang?” kali ini nada suara Rifa’i melunak. “Rif, tidak pahamkah kamu, berapa lama kita menunggu-nunggu buah hati? Tak juakah kamu tahu, betapa aku sudah tidak mampu lagi mendengar pertanyaan dari  Abah dan Umi, begitu juga Ibu dan Bapakmu, kakak-kakak iparmu, belum lagi para tetangga yang bergunjing? Sebelas tahun, Rif…” kata-kata Zia tercekat di leher. Wajahnya tiba-tiba memerah, kali ini ...

Memuaskan Obsesi

Memang, sudah lama Dudit putus sama Bella, tapi dia masih belum bisa melupakan gadis cantik itu, padahal kini dia sudah punya pacar baru: si Citra, yang tak kalah semok dan bahenol. Entah kenapa bayangan Bella seperti tak mau hilang hingga menimbulkan iseng di hati Dudit untuk mendatangi si cantik yang sekarang berstatus mantan itu. Aneh, tapi nyata. Tapi ini sungguh-sungguh terjadi. Serasa ini sudah jadi semacam obsesi bagi Dudit. Sepanjang mereka bersama. Walau resminya pacaran, Bella selalu berkata 'tidak', 'tidak', dan 'tidak' pada Dudit. Padahal hanya minta cium doang. Beneran itu bikin penasaran. Sekarang setelah putus, adakah rasa kehilangan itu?

Kantor Edan

Setelah terjadi skandal yang menggemparkan, dan masuk koran pula, salah seorang petinggi PT. Ka Ling Kho Lang bunuh diri, perusahaan itu diomongin banyak orang. Jadi, pas hari ini janda mendiang petinggi itu mendatangiku, aku sempat ragu juga. "Hah? Saya diminta memimpin perusahaan PT. Ka Ling Kho Lang? Itu tuh perusahaan Tionghoa?" "Ya jelas Jawa-lah, Mas," kata si janda. Terus saja dia merayu-rayu. Cantik juga tuh janda muda. Umurnya, aku taksir paling 35-an gitu deh. Tapi... tampilannya kayak artis banget. Ramping kayak peragawati. Orang pasti nggak nyana kalo dia udah punya anak dua. Dari semula menolak keras, akhirnya aku pun luluh. "Bu, saya belum pasti terima ya. Tapi cobalah, saya tanya dulu: kenapa saya diminta ke sana?"

Tulalit

"Hah? Klien kita minta meeting hari jumat? Tapi itu kan jumat terakhir... waduh, masa orang lain udah pada libur, kita meeting disini?" aku protes ketika Anna melapor. Ini kurang masuk akal. Si tengil Anna sedakep saja, membuat susunya yang sudah gede itu jadi tambah gede. Tidak menyahut sama sekali. "Bener klien kita minta begitu?" ulangku memastikan. "Kliennya orang Madura," jawab Anna nggak nyambung. "Gue cium lu, An! Yang bilang kliennya dari Mexico tuh sapa?!" aku geregetan. "Iya kok, bener. Kliennya orang Madura!" ulang Anna, tetap merasa tak bersalah. "Iya-iya, saya tahu pak dirutnya itu orang Madura, tapi apa hubungannya?!" tanyaku. Cantik-cantik kok ngeselin nih anak buah satu.

Jay: Bachelorette Party

Siang itu baru istirahat siang setelah kuliah. Aku duduk di kantin, menikmati gado-gado bersama Liz, sahabatku. “Jay, minggu nanti, kamu datang ke nikahannya Anggit?” “Hah! Dia udah mau nikah? Gila! Kuliahnya aja belum rampung.” “Yee, gak papa kali, calon suaminya aja udah mapan.” “Mapan?” “Iya, biar umurnya 15 tahun lebih tua.” Anjrit, oom-oom! batinku. “Duh, cowonya Anggit itu, udah mapan, romantis pula. Pengen deeeh...” “Aku juga romantis kok.” kataku. “Masa iya?” “Romantis: ROkok MAkaN graTIS." lelucon lama.

Di Sini Panas Ya...

Suntuk karena pisah dengan Sari setelah berantem hebat, aku jadi sering merenung. Ingin rujuk, tidak tahu caranya. Di kantor pun aku sering merenung sambil ngumpet di balkon presdir. Eh, tahu-tahu... hari ini, pas lagi di balkon presdir, ada suara gerabak-gerubuk. Waduh, ternyata presdir membawa kekasih gelapnya! Gawatnya lagi, tidak lama mereka cap-cip-cup, muncul istri resminya! Lha... udah, ngibritlah sang selingkuhan. Ndilalah, dia ngumpet di balkon juga. Bersamaku! "Lho, ada orang di sini?!" katanya sambil membenahi bajunya yang kedodoran. Sempat kulihat payudaranya yang bulat besar mengintip malu-malu dari balik kancing baju. "Iya, Mbak. Saya Bejo... di sini panas ya?" godaku dengan menyeringai. "Iya sih, panas...” dia membenarkan. “Di balkon nggak ada AC." katanya.

Tetangga Sebelah

“Croop… croop… croop...” begitulah suara kelaminku yang beradu dengan kelamin mas Herry. “Ah, Lin, goyanganmu semakin lincah aja… oughh…” mas Herry menindihku dan memelukku erat sekali. Nampak kalau dia benar-benar menikmati goyanganku. “Ough… oouuhh…” aku mendesah dalam pelukannya. “Aghh… Lin… agghhh…” kini mas Herry semakin cepat menggoyang pinggulnya, menghujamkan kemaluannya ke liang kelaminku. Akupun merasa nikmat saat kelamin mas Herry bergerak di dalam liang kelaminku. Kuimbangi gerakannya dengan ikut bergoyang memutar-mutar pinggulku, membuat suamiku itu semakin mendesah keenakan. “Ahhh… wuuaaaahhh…” tiba-tiba goyangan mas Herry menjadi semakin cepat, nafasnya semakin berat, pertanda dia akan mengalami orgasme sebentar lagi. “Oh, jangan dulu!” ucapku dalam hati, aku masih ingin menikmati permainan ini sedikit lebih lama. Tetapi terlambat, mas Herry nampaknya sudah tak tahan lagi. Orgasmenya pun tiba.

Pulau Putri Duyung

Matahari bersinar di pantai berpasir putih saat gelombang laut mendorong lembut sebuah sekoci ke tepi pantai. Satu-satunya penumpang yang ada di sekoci itu terbangun ketika lunas perahu terhentak menyentuh tanah. Tom menoleh ke kanan dan ke kiri, dia nampak kehilangan arah. Pikirannya dengan bingung mencoba menebak-nebak telah berapa lama ia terapung-apung di laut lepas, dia juga tidak punya bayangan di mana ia sekarang berada. Yang dia tahu adalah bahwa hanya keajaiban yang membuatnya masih tetap hidup.

4 Hearts & A Fool - Red October

"Sssshhhh...aaaahhhh....enakk sayangg...ssshh...duhhh dah lama nih aku gak kamu sentuh...hihihi...ssshhh...aahhhhhh" Desahan dan rintihan bidadari gue yang paling imut, Olivia, saat tubuh telanjangnya yang mengkilat karena peluh yang cukup membasahi sekujur tubuhnya - yang tetap seksi walau baru 3 bulan lalu melahirkan putri kedua kami, Erfina Putri Raoli - sedang bergerak liar menyambut sodokan-sodokan batan junior gue di dalam liang kemaluannya, yang tanpa henti terus mengempot-empot meremasi batang gue.

Wiwid Gunawan dan Pengantar Makanan Yang Beruntung

Cuaca mendung menyelimuti kota bandung, didalam kamar yang ada pada sebuah rumah megah berlantai dua berpilar besar dan memiliki halaman luas serta kolam renang dibelakang rumah itu, terbaring seorang wanita dewasa berumur sekitar 30an yang tengah menikmati tidur siangnya. Ia hanya memakai sebuah gaun tidur tipis sepaha yang menutupi tubuhnya. Payudara besarnya yang berukuran 32 c itu seakan tak mampu tertutupi oleh pakaiannya, mengintip dari bagian leher baju itu yang berpotongan sangat rendah.

Hiburan Sebelum Ramadhan

Makan malam baru saja usai dan empat wanita cantik itu duduk di ruang tengah, mereka mengobrol santai sementara suami mereka berbincang serius di ruang depan. Para suami, yang semuanya adalah tokoh masyarakat serta orang-orang yang aktif di kegiatan masjid, sedang membicarakan bulan Ramadhan yang sebentar lagi datang. Seperti biasa, mereka harus memutuskan kegiatan apa saja yang akan dilakukan serta siapa yang bertanggung jawab.

Pertukaran dua sahabat

Aku irwansyah, salah seorang artis yang cukup terkenal di ibukota, beberapa judul film telah aku bintangi, aku bersahabat baik dengan raffi ahmad yang juga seorang artis popular di negeri ini, aku sudah menikah dengan zaskia sungkar namun rumah tangga kami belum di karunia anak, sedangkan sahabatku raffi ahmad juga telah menikah dengan nagita slavina dan telah memiliki seorang putra.

Liburan Birahi 1: Sayang...Ini Hanya Sebuah Permainan

“Gilaa,, dah miring otak ni orang,,,”  Dalam hati Arga mengumpat mendengar usul yang ditawarkan oleh Dako, usul gila yang dengan cepat disetujui oleh atasannya Pak Prabu, dan kedua teman yang juga memegang jabatan manager. Hari itu, Kantor Arga menerima kunjungan pimpinan pusat yang menetapkan kantornya sebagai cabang perusahaan dengan kinerja terbaik, memberikan bonus liburan dan berhak untuk menggunakan cottage milik perusahaan yang ada disalah satu pesisir pulau jawa. Tentunya ditambah bonus sejumlah uang. Namun di antara berbagai kegembiraan itu mungkin Arga lah orang yang paling berbahagia.

Liburan Birahi 2: Get Ur Happy, Honey!

Aryanti meloncat dari ranjangnya dengan wajah kaget. Jam di samping ranjang menunjukkan Pukul 07.30, Aryanti khawatir mereka akan ditinggalkan oleh rombongan yang berangkat pukul 09.00 tepat. Bagaimana tidak, sejak kemaren sore mereka bermain gila-gilaan hingga semalam suntuk, mungkin ini sebuah pemanasan yang berlebihan untuk bulan madu mereka yang tertunda. Namun Aryanti terpaksa sedikit lebih lama menyabuni tubuhnya, setiap bagian tubuhnya terasa lengket, entah oleh keringat mungkin juga karena cairan mereka yang menghambur keluar. Aryanti tersenyum sendiri saat teringat aksinya tadi malam, dirinya berhasil meyakinkan Arga suaminya bahwa sperma yang mengalir keluar dari vaginanya adalah milik Pak Egar dan disebabkan keadaan yang sangat memaksa.

Liburan Birahi 3: Guru Kencing berdiri, Dua Tiga Pulau Terlampaui

Setiba di meja makan, Arga tak mampu sepenuhnya mengikuti obrolan yang semakin panas, berbagai ocehan nakal semakin deras mengalir. Suara tawa meledak serentak ketika Bu Sofia dengan gaya yang centil memainkan sebatang sosis dimulutnya.  “Masukkanlah daging sosis itu kebelahan dadamu, mungkin daging itu merasa kesepian tak memiliki teman,” seru Munaf seraya menunjuk payudara Bu Sofia dengan bibirnya.

Liburan Birahi 4: Ending...is Just Another Beginning

“Arga,, aku pinjam istrimu sebentar ya,,,” ucap Zuraida pada Arga yang tengah melahap sandwich yang baru saja diantar oleh Lik Marni.  "emang mau ngapain?"  "Adda aja, urusan kaum hawa, weee,,," "Aiiihhh,,, bisa juga istri Dako ini genit, mana pake melet lagi,," gumam Arga, matanya nanar menatap Zuraida yang berdiri di depan pintu dengan balutan kaos lengan panjang yang sedikit ketat, tak ketinggalan jilbab yang selalu membalut wajah cantiknya.

Liburan Birahi 5: Get Me!!

“Cantik,,,sangat cantik,,,” Mata Bu Sofie menyapu panorama dari ruang tak berbatas, matahari pagi memberi warna berkilauan pada ombak yang pagi itu sedikit lebih jinak. Wanita berambut ikal yang diikat keatas itu melepas sendalnya, berjalan menyambut ombak kecil yang dengan cepat menjilati jari-jari dan telapak kakinya.

Liburan Birahi 6: The Game I

“Ayooo Aidaaaa,,, satu putaran lagiii,,,” “Aryantiii,,, cepeeet,,, jangan mau kalaaahh,,,, loncat yang tinggi,,hahahaaa,,,” Teriakan para suami terdengar ramai, tapi mereka bukan memberi semangat kepada istri masing-masing, teriakan itu justru ditujukan kepada istri yang memiliki gerakan paling liar.  Yaa,, lomba balap karung dipilih sebagai laga pembuka untuk game pantai.  Mata para suami tertuju pada Aida yang begitu semangat meloncat memacu tubuhnya, memimpin paling depan, dan bisa ditebak, mata jalang para suami tertuju pada sepasang payudara besarnya yang bergerak naik turun.  Sementara di belakangnya Aryanti berusaha menyusul, meloncat dengan cepat, tak peduli dengan payudara mereka yang tidak dilindungi bra, bergerak liar. Memang sangat merepotkan bagi mereka yang memiliki buah dada dengan ukuran besar, ketika harus meloncat, jelas sepasang benda menggiurkan itu akan ikut bergerak tak terkendali. Andini yang berada diurutan ketiga memang lebih diuntungkan dengan ...

Liburan Birahi 7: The Game II

Zuraida membiarkan jilbab putihnya tertiup angin, coba mendinginkan hatinya yang terasa begitu panas. Namun hembusan angin pantai selatan pun tampaknya tak mampu untuk mengusir rasa gundah, kesal, cemburu yang menggulung menjadi satu dan memenuhi lubuk hatinya . Wanita cantik itu sengaja menepi dari ramainya obrolan dan celoteh teman-teman suaminya, karena tak yakin dapat menyembunyikan emosi yang terukir diraut wajah nan cantik.

Liburan Birahi 8: The Game III

“Mang,, tempat gamenya pindah ya?,, kemana?,,” tanya Aida, berjalan beriringan dengan Arga. “Iya buu,, kita pindah ke sana, tempatnya lebih rindang, adem,,,” Mang oyik tampak kerepotan membawa beberapa balon yang tertiup angin, meski sudah diisi dengan air beberapa gelas air, balon itu tetap saja bergerak liar saat disapa angin yang lebih kencang.  Di depan Mang Oyik tampak rombongan Bu Sofie yang berjalan lebih dulu menuju tempat yang dimaksud. Wanita bertubuh super montok itu menggelendot manja di lengan Pak Prabu. Tertawa menanggapi banyolan yang dilontarkan oleh Dako dan yang lainnya.

Liburan Birahi 9: Misteri Hati

“Wooyy,,, Ga,,, tu bini orang mau diculik kemana ,” teriak Adit, yang sedang duduk santai di gazebo bersama Bu Sofie dan Aida. Arga menoleh ke sumber suara, lalu melambaikan tangannya sambil tertawa. Di sampingnya berjalan Zuraida yang terlihat begitu feminim, jilbab hijau muda, dipadu dengan kaos lengan panjang dengan warna senada, sementara rok hitam panjang yang menutup hingga kemata kaki melekat cukup ketat, membungkus kaki jenjang yang berujung pada paha dan pinggul yang aduhai.

Liburan Birahi 10: Heart Terminal

Dako memejamkan matanya, coba meresapi hangatnya air dalam bathtub. Pikirannya jauh menerawang tentang asa yang terbangun akan sebuah kehidupan rumah tangga yang bahagia. Namun Dako tidak sendiri, di atas tubuhnya berbaring Aryanti, wanita yang pikirannya juga tengah bertualang, mencoba memahami apa yang tengah terjadi pada hidupnya.

Liburan Birahi 11: Finale

What Heaven.. Zuraida? “Boleh aku meminjam wanitamu?,,,” pinta Pak Prabu, mengagetkan Zuraida dan Arga yang masih berpelukan erat.... Zuraida menatap Arga dengan jantung berdegub kencang, berharap lelaki itu tidak melepaskan pelukannya, tidak membiarkan Pak Prabu mengambil dirinya. Namun wajah tegang itu berubah menjadi kecewa, sangat kecewa, ketika Arga tersenyum sambil menatap wajahnya, perlahan melepaskan pelukan.

Harem

Aku mendapat tempat kos yang istimewa. Kusebut begitu karena selain harganya tidak mahal, rumahnya bagus letaknya tidak di jalan besar, di lingkungan yang tenang dan aku adalah satu-satunya laki-laki di situ. Aku mendapat kamar diatas garasi yang mempunyai akses sendiri. Di bawahku dulu bekas garasi, tetapi sudah diubah lalu disewakan untuk kos.

Petualangan Aceng Fikri: Bu Aida, Guru Seks-ku

Bu Aida Pandanganku tak bisa lepas dari beliau, namanya Bu Aida, salah satu guru yang menjadi idola para cowok di sekolah kami. Dengan kemeja putih kebiruan dan rok hitam selutut serta kacamata persegi panjang kecil yang memberi kesan wanita terpelajar dan disiplin khas kharisma seorang guru, melangkah melewati aku dan teman-temanku yang sedang duduk di kursi lorong sekolah kami, dan kontak mata tak dapat terhindarkan sehingga kami merasa harus melemparkan senyum kepadanya, dan tentu saja dibalas senyuman cantik darinya.

Tetangga kok gituan

Pagi itu Bastian dan Bintang sedang sarapan sebelum Bastian berangkat bekerja. Menu sarapan mereka pagi itu cuma roti tawar yang diolesi selai saja. Sebenarnya Bintang sudah mau masak nasi goreng tapi Bastian menolak. Dia beralasan kalo sedang terburu-buru dan takut terlambat kalo menunggu istrinya masak. Padahal alasan Bastian sebenarnya adalah karena rasa masakan Bintang selama ini tidak pernah enak.

Teh Ninih

“Sampai di sini saja perjumpaan kita, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” suara merdu ummahat berkacamata yang tetap tampak manis di umurnya yang kian senja itu mengmasiri sebuah program kuliah subuh di salah satu stasiun radio swasta. Sembari tersenyum kepada operator sound di hadapannya, ia pun melepas headset yang membelit bagian atas dari jilbab kuningnya. Sembari membetulkan sedikit posisi kacamata minusnya, wanita setengah baya itu pun menggapit tas tangan kulit dengan tangan kanannya dan kemudian berjalan menuju pintu keluar. Sebelum keluar, sang operator sempat memajukan tangannya untuk mengajak ustadzah itu bersalaman. Ustadzah itu pun menyambut tangan sang operator tanpa menyentuhnya sedikitpun sambil tetap menundukkan pandangan dan bergumam, “Assalamualaikum.” Tapi hal itu sudah cukup membuat sang operator menelan ludahnya karena terpana akan keindahan gundukan kembar di dada sang ustadzah yang sekilas tercetak di jubahnya ketika ia menunduk.

Teh Tita

Di kamar kostnya Abi berbaring sambil ngelamun. Di luar gerimis yang turun sejak sore belum juga usai sehingga menambah dinginnya udara malam, di kota yang memang berhawa sejuk. Malam minggu tanpa pacar dan hujan pula membuat Abi suntuk. Dicobanya memejamkan matanya membayangkan sesuatu. Yang muncul adalah seraut wajah cantik berkerudung. Teh Tita, ibu kostnya. Teh atau Teteh adalah sebutan kakak dalam bahasa Sunda.

Istri teman-temanku - 1

Hari itu aku menerima sebuah email dari grup swinger dimana kami menjadi anggotanya.yang intinya adalah sebuah undangan untuk turut serta pada sebuah acara yang akan diadakan di hotel terbesar di Jawa Barat di tepi pantai.