Skip to main content

4 Hearts & A Fool - Red October

"Sssshhhh...aaaahhhh....enakk sayangg...ssshh...duhhh dah lama nih aku gak kamu sentuh...hihihi...ssshhh...aahhhhhh"

Desahan dan rintihan bidadari gue yang paling imut, Olivia, saat tubuh telanjangnya yang mengkilat karena peluh yang cukup membasahi sekujur tubuhnya - yang tetap seksi walau baru 3 bulan lalu melahirkan putri kedua kami, Erfina Putri Raoli - sedang bergerak liar menyambut sodokan-sodokan batan junior gue di dalam liang kemaluannya, yang tanpa henti terus mengempot-empot meremasi batang gue.


Erfina Putri Raoli, putri yang cantik persis seperti ibunya. Dengan ini aku sudah memiliki 4 orang anak. Yang pertama lahir dari rahim Liana melalui operasi cesar, Lukas Putra Ralia yang akan berulang tahunnya yang ke tiga besok. Anak gue ini benar-benar penjelmaan dari anaknya Liana yang tewas dulu, sesuai dengan yang diberitahu oleh Liana, tentang pertemuannya dengan Lukas saat ia dalam keadaan koma karena tertembak di perut oleh si Yulya dulu.

Baik dari sifat, keramahan dan keceriaan anak gue, menurut Liana benar-benar seperti Lukas yang dulu. Dan gue bersyukur banget, sehingga senyuman dan kehangatan cinta kasih Liana malah menjadi semakin kuat ke gue dan Lukas.

Anak gue yang kedua itu terlahir dari rahim istri gue yang paling imut. Olivia. Atau kakak kandung Erfina. Namanya pun mirip, Erlina Putri Raoli. Dan yang lebih luar biasanya lagi, Oli berhasil melahirkan 2 orang putri dengan normal. Hehehe.

Saat ini Erlina sudah hampir berumur 3 tahun. Karena Erlina dan Lukas hanya berharak 1 bulan saja. Dan karakter anak ini pun lebih bawel daripada ibunya, tapi sama imutnya. Apalagi dengan lesung pipit di kedua pipinya itu, semakin membuat gemas saja jadinya. Dan lagi kalo setiap ngomong atau menunjukan sesuatu, bibir monyongnya itu tidak pernah lepas. Bener-bener bikin gue jadi makin gemes banget pengen gue gigit. Hahaha.

Lalu anak gue yang ke-tiga terlahir dari perut Rani, yang bernama Nabilah Putri Anggani. Saat ini Nabilah sudah berumur 1 tahun lebih, dan sedang lucu-lucunya saat ia sudah mulai bisa berjalan, sehingga maunya keliling terus, seolah tidak ada rasa capek. Anaknya pun manis seperti ibunya.

Rani sempat mengalami keguguran saat pertama kali ia mengandung anak gue, saat usia kandungannya berumur 1 bulan. Saat itu mungkin kondisi fisiknya sedang kurang kuat. Untung saja tidak terlalu lama kemudian, Rani sudah kembali mengandung anak gue lagi.

Kita semua langsung menjaga Rani dengan lebih ketat. Yang paling bawel dan cerewet mengenai masalah menjaga kesehatan itu justru si Cherllyne. Dia begitu kuatir dan perhatian saat Rani mengalami keguguran.

Dan pada saat Rani mulai mengandung lagi, Cherllyne langsung begitu protektif terhadap Rani. Hahaha. Bahkan saat kelahiran Rani secara normal berjalan sukses, Cherllyne lah yang terlihat paling lega.

Namun, justru Cherllyne lah yang justru menjadi yang paling telat mengandung anak gue. Dan hal itu sempat membuatnya sedikit depresi, dan menjadi rendah diri. Kami semua berusaha untuk menghibur dan mendukungnya, agar Cherllyne tidak putus asa.

Kami bahkan sempat berkonsultasi ke dokter kandungan, serta melakukan terapi, agar Cherllyne bisa segera hamil. Namun, apapun yang kita lakukan, selama Yang Maha Kuasa belum memberikan restunya, maka tidak akan pernah berhasil. Begitu juga dengan Cherllyne. Berbagai cara telah kami lakukan, dan hasilnya masih tetap nihil. Kita hanya bisa terus berdoa dan memohon kepada Yang Maha Kuasa.

Saking depresinya, Cherllyne sempat mengatakan ke gue, bahwa apa yang terjadi dengannya saat ini, belum juga mengandung anak gue, mungkin karena hukuman Yang Maha Kuasa kepadanya, karena kehidupan liar yang pernah ia jalani dulu, sebelum dekat dan jatuh cinta ama gue. Tentu saja gue menyanggahnya. Gue terus berusaha membimbing dia untuk terus berdoa, sholat Tahajud bersama untuk memohon mukzizat dari Sang Illahi.

Gue terus memberikan perhatian lebih kepada Cherllyne, dan berusaha agar Cherllyne jangan sampai putus harapan. Liana, Oli dan Rani bahkan pernah mengatur sebuah perjalanan liburan buat gue dan Cherllyne, hanya berduaan saja, ke Lombok.

Gue dan Cherllyne pun langsung memanfaatkan itu dengan bersenang-senang berduaan, dan sampai bercinta gila-gilaan hampir sepanjang hari. Sperma gue berkali-kali tumpah di dalam liang rahimnya. Namun, tetap seperti yang gue bilang tadi, selama Yang Maha Kuasa belum memberikan restunya, maka hasil yang kami dapat pun masih tanpa hasil.

Bahkan yang semakin menambah muramnya Cherllyne adalah kehamilan kedua Oli, tepat sebulan setelah kelahiran Nabilah dari perut Rani. Ini tidak kami rencanakan sebenarnya. Terjadi begitu saja, dan membuat Oli menjadi merasa bersalah kepada Cherllyne. Namun Cherllyne menepis semua anggapan Oli itu. Dan bahkan seperti biasa, Cherllyne lah yang menjadi pihak yang paling bawel untuk urusan menjaga kesehatan janin dan ibunya.

Dan memang benar, mukzizat itu datang disaat-saat kita sudah hampir hilang harapan, dan tiba-tiba akhirnya penantian kami pun terbayarkan dengan lunas pada saat usia kandungan Oli baru saja melewati bulan ke 4. Cherllyne mengatakan sudah terlambat datang bulan selama lebih dari 2 minggu. Dan kami pun segera memeriksa ke dokter kandungan, dan kabar yang datang dari mulut sang dokter benar-benar membuat gw bagaikan meledak saking bahagianya, ketika sang dokter mengatakan ke gue, bahwa Cherllyne sedang hamil, dan usia kandungannya sudah 1 bulan.

Sebuah kabar gembira yang langsung disambut kegembiraan kami bersama. Dan gue lah yang paling merasa lega. Akhirnya hidup gue benar-benar sempurna, dengan memiliki anak dari ke-empat bidadari gue.

Cherllyne bahkan langsung mengabarkan kepada kedua orang tuanya di Chicago mengenai kehamilannya tersebut. Wajah dan ekspresi Cherllyne pun kembali menjadi Cherllyne yang seperti biasanya lagi.

Dan kali ini, giliran Rani lah yang cerewet kepada Cherllyne mengenai menjaga kesehatan Cherllyne, agar jangan sampai keguguran seperti yang pernah Rani alami dulu. Walau masih disibukkan dengan pemberian ASI eksklusif untuk Nabilah, namun Rani terus berusaha untuk memperhatikan dan menjaga Cherllyne beserta kandungannya.

Kami saat ini tinggal di bilangan Serpong, di sebuah komplek perumahan yang cukup terkenal karena memiliki 2 buah mal berukuran besar. Rumah tinggal kami berlima ini cukup berdekatan dengan rumah tinggal Sandi dan Livia.

Kami memutuskan untuk membeli sebuah rumah untuk kami tinggali pada saat usia kandungan Liana memasuki bulan ke 6. Kami memutuskan bahwa tempat paling baik untuk membesarkan anak ya di sebuah rumah, dan bukan apartemen.

Setelah melakukan perombakan rumah yang kami beli itu cukup besar-besaran, terutama untuk menyiapkan berbagai kamar untuk anak-anak gue, ahirnya 2 bulan kemudian barulah kami pindah dari apartemen kami yang kami tinggali selama ini setelah menikah.

Untuk dekorasi rumah, Cherllyne dan Rani lah yang paling memberikan ide-ide cemerlang. Desain-desain mereka berdua membuat rumah kita jadi terlihat lebih plong dan indah. Untuk kamar pun, bentuk kamar dan tempat tidur kami sangat spesial, karena tersusun dari 2 buah tempt tidur ukuran king size, yang berjejer. Sehingga kami bisa tidur bersama sekaligus.

Hanya saja sering bergantian posisi tidurnya. Dan hanya satu orang yang tidak pernah berganti posisi, yaitu gue. Gue uda di tetapkan oleh mereka berempat untuk tidur di tengah-tengah. Di himpit oleh mereka berempat.

Di tempat tidur ini lah kami sering bercinta gila-gilaan berlima sekaligus seringnya. Gue bahkan hampir selalu harus meminum obat penambah stamina, karena setelah Liana, Oli, dan Rani hamil, Nafsu mereka seolah menjadi berlipat-lipat.

Yang paling bergairah saat hami itu justru adalah Rani, karena dia bahkan bisa mengimbangi gue sendirian saat sedang hamil, sehingga apabila langsung dikeroyok oleh mereka berempat, pasti giliran gue yang jadi semaput. Hahaha.

Hanya saja, setelah Liana dan Oli sudah melahirkan dan terakhir Rani juga sudah melahirkan, kami sudah jadi lumayan jarang bisa bercinta berlima sekaligus seperti dulu. Karena kesibukan kami yang saling bergantian untuk menjaga anak-anak gue, walaupun ada 3 orang suster untuk masing-masing anak. Namun gue uda meminta mereka untuk tetap menjaga sendiri anak-anak kita sesering mungkin, dan tidak terlalu bergantung kepada suster.

Gue bahkan memasang cukup banyak kamera CCTV untuk mengawasi anak-anak kami, apabila anak-anak kami sedang bermain dengan suster-susternya, ataupun saat sedang tidur malam sambil ditemani oleh suster.

Bila kami bekerja siangnya, kami menitipkan anak-anak gue beserta susternya ke rumah orang tua gue. Kadang ke rumah orang tua Liana dan papa Yoga yang sudah memutuskan untuk pensiun semenjak tahun lalu, dan fokus kepada semua anak-anak gue, bukan cuma anak-anak gue dari Oli saja.

Gue yang sejak tahun lalu, resmi menggantikan papa Yoga untuk memimpin perusahaannya, Bangun Cipta Grup, yang meliputi berbagai bidang usaha, seperti properti, perhotelan pulau Jawa, Sulawesi dan Bali, perkebunan sawit di Riau, Asuransi, serta saham-saham publik di perusahaan-perusahaan terkemuka yang bergerak di bidang perbankan, consumer goods maupun kesehatan.

Papa Yoga benar-benar ingin menikmati hari tua dengan bermain-main bersama cucu-cucunya, walau tidak semua cucu kandung, tapi dia benar-benar menganggap baik Lukas maupun Nabilah seperti cucunya sendiri.

Bukan cuma papa Yoga saja yang seperti itu. Ayah Rani, juga papa dan mamanya Cherllyne pun juga bersikap sama seperti papa Yoga. Tulus menyayangi semua anak-anak gue, walaupun ada yang bukan terlahir dari anak kandung mereka.

"Sssshhhhh...iyaaahhhh...aaahhhhhh...enakk sayangghhh"

Oli terus mendesah-desah dengan suaranya yang terdengar begitu menggoda dan merangsang sekali. Kulit tubuhnya sudah terlihat mengkilap dengan peluh yang sudah menutupi tubuhnya yang masih terlihat begitu kencang dan indah, walaupun sudah 2 kali melahirkan.

Gue yang berada di atas tubuh Oli pun sedang mengayuh birahi kami berdua, yang sudah terpendam selama 3 bulan, semenjak Oli melahirkan Erfina. Kami seolah-olah sedang menumpahkan gairah birahi kami yang tertahan lama.

Gerakan pinggul Oli pun seolah menggambarkan kehausannya akan permainan seks yang liar. Kami sedang memanfaatkan momen kebersamaan kami berlima seperti sekarang, yang jarang bisa kami dapatkan belakangan ini.

Cherllyne, di usia kandungan yang sudah mencapai usia 9 bulan, dimana sudah hampir mencapai waktunya dia melahirkan. Dan semenjak usia kandungannya sudah mencapai 9 bulan seperti sekarang ini, dan juga setelah mendengar anjuran dari sang dokter kandungan, bahwa gue sebagai suaminya di harapkan untuk lebih sering "mengunjungi"nya untuk memudahkan persalinannya nanti serta saran dari Liana dan juga Oli, gairahnya seolah langsung menjadi meluap-luap.

Oli yang dalam gairah tinggi tiba-tiba mengajak gue dan Cherllyne untuk bercinta setelah Oli selesai memberikan ASI kepada Erfina, yang sekarang sedang terlelap.

Dan tidak lama kemudian Liana ikut masuk ke kamar setelah menidurkan Lukas di kamarnya. Melihat kami yang sudah saling merangsang, membuat Liana langsung ikutan membuka seluruh pakaiannya dan ikut bergabungbersama kami.

Cherllyne yang sedang membantu merangsang Oli, dengan memainkan lidahnya di puting payudara Oli, sambil sesekali meremas perlahan payudara Oli – yang menjadi semakin membulat saja semenjak melahirkan – kemudian menarik tangan Liana dan mereka pun langsung berciuman dengan penuh gairah.

Tangan Liana langsung meremasi payudara Cherllyne, sehingga Cherllyne langsung mendesah dan mengerang dengan suara erotis.

Saat kami berempat mulai semakin bergairah saling mencumbu, Rani pun ikut masuk setelah membantu suster menidurkan Erlina dan Nabilah. Dan langsung memasang wajah cemberut karena ternyata kami bergumul penuh birahi tanpa memanggilnya. Tanpa basa-basi Rani pun juga langsung ikut melepaskan seluruh pakaiannya dan menghampiri gue.

Dengan liar Rani langsung melumat bibir gue. Oli pun berpindah posisi dan mulai mengulum batang junior gue. Gue langsung merasakan rasa geliyang nikmat, saat batang gue seolah melumer di dalam mulut Oli.

Sementara itu gue langsung menarik tubuh Rani ke atas gue, dan tangan gue langsung meremasi kedua payudara Rani yang menggantung tepat di atas wajah gue, namun dengan tekanan yang tidak terlalu kuat, karena Rani masih sedang menyusui Nabilah.

"Oohhhhh...ssshhhh....aaauuuhhhhh...sayangghhh...aaahhhh" Sambil memejamkam mata, Rani tampak begitu menikmati saat gue memainkan puting payudaranya, terkadang mengulum dan menghisapnya dengan perlahan.

Liana yang sedang berada di atas tubuh Cherllyne, dimana Cherllyne sendiri sedang mengulum payudara Liana, kemudian menarik wajah Rani yang berada di atas tubuh gue, dan melumat bibirnya.

Setelah kita beberapa lama saling mencumbu, gue lalu menarik tubuh Oli hingga dia berbaring. Dan gue langsung menaiki tubuh telanjang Oli yang terlihat begitu seksi sekali.

Gue kemudian mengangkat kedua kaki Oli, dan meletakannya di kedua pundak gue. Setelah batang junior gue perlahan mulai melesak masuk ke dalam liang vaginamya, gue langsung memacu liang vagina Oli, yang sudah sangat basah, sehingga menmbulkan suara-suara becek saat kemaluan gue dan kemaluan Oli saling beradu dan bergesek satu sama lain.

Permainan di sebelah ku pun juga mulai semakin panas saat tangan dan jemari Rani mulai mengocok liang vagina Liana. Hingga membuat Liana mendesis-desis keenakan, saat vaginanya di obok-obok oleh jemari Rani. Sementara Cherllyne mendekati Oli dan menciumi payudara Oli, dengan posisi menungging.

Tangan Oli yang kiri meremasi seprai tempat tidur, untuk menahan rangsangan geli di pangkal selangkangannya itu, sementara tangan kanannya sedang meremasi payudara Cherllyne yang menggantung dengan indahnya.

Gue yang semakin bernafsu kemudian melepaskan kaki Oli dari pundak gue, dan langsung merunduk, menghampiri wajah Cherllyne yang sedang mengulum puting payudara Oli. Cherllyne yang melihat gue sedang mendekati wajahnya, langsung mendekati juga wajah gue, dan langsung saling melumat bibir dengan penuh gairah. Sementara goyangan pinggul gue yang mengocok liang vagina Oli pun terus bergerak dengan teratur dan konstan bagaikan sebuah piston kendaraan bermotor.

"Oohhhh....gelliihh mbaa...aaahhhhhh" Di samping gue, Rani mulai mendesah juga saat Liana ganti mengocok vagina Rani yang sudah terlihat basah sekali.

Melihat mereka berdua benar-benar membuat gue menjadi amat bernafsu, sehingga gue pun mempercepat goyanganku, mengaduk-aduk liang rahim Oli dengan dengan semakin cepat.

Setelah beberapa lama bergoyang dalam posisi standar, gue pun menarik tubuh Oli agar bangun, sementara gantian gue yang berbaring. Gue ingin Oli berada di atas.

Dan Oli pun langsung menaiki tubuh gue, dan kembali liang kewanitaannya menelan batang junior gue. Oli pun langsung bergoyang bagaikan seorang penyanyi dangdut, yang menggoyangkan pinggulnya dengan begitu atraktif, membuat batang junior gue serasa di peras dan dipelintir di dalam liang rahimnya, tercengkram erat oleh otot-otot dinding vaginanya yang terus berkontraksi.

Melihat gue yang sedang berbaring, Cherllyne dengan lembut langsung melumat bibir gue selama beberapa lama, sebelum dia menatap gue dengan seyumannya yang cantik. "Hmm...aku kangen lidah kamu deh. Boleh gak?"

Pertanyaan Cherllyne yang amat sangat gue mengerti itu, yang tentu saja akan gue lakukan dengan senang hati demi istri tercinta. "Bring it on baby" Jawab gue yang membuat Cherllyne dan Olivia menjadi tergelak.

Cherllyne mengecup sekali lagi bibir gue sebelum dia mulai menaiki wajah gue, dengan posisi saling berhadapan dengan Oli, yang sedang memeras batang junior gue, sehingga lubang cinta miliknya tepat berada di atas wajah gue. Aroma vagina Cherllyne pun langsung membuat nafsu gue menjadi semakin liar. Tanpa menunggu lama, lidah gue pun otomatis langsung bekerja sesuai tugas dan tanggung jawabnya, dan membuat tubuh Cherllyne sempat bergetar halus, saat bibir bagian bawahnya yang terlihat seksi dan tembam itu tersentuh oleh hangatnya lidah gue.

"Sssshhh....aauhhhh...sayanggg...nnggghhhh" Desah Cherllyne dengan suara yang terdengar begitu erotis. Tangan gue pun langsung meremasi payudaranya yang menggantung itu, sambil sesekali memainkan puting payudaranya yang sudah mengeras itu.

"Nggghhh....ssshhhh...OHHHHH...OOHHHHH...AAAAHHHHH" Gerakan pinggul Oli tiba-tiba melambat dan gue merasakang tubuh Oli bergetar halus sekujur sebelum pantatnya gue rasakan berkejat-kejat hingga beberapa kali, dan dinding vaginanya yang meremas-remas dengan kuat batang junior gue.

Gue tau Oli mendapatkan orgasmenya. Cherllyne yang melihat itu, kemudian mengangkat tubuhnya, sehingga vaginanya langsung bergerak menjauh dari lidah gue. Gue kemudian melihat Oli dengan tubuh yang melengkung ke belakang, dan dengan tubuh yang masih bergetar halus, sedang meresapi ledakan kenikmatan di dalam tubuhnya itu.

Saat melihat Cherllyne yang sudah berpindah tempat dari atas wajah gue, tiba-tiba Oli seolah langsung kehilangan tenaganya dan akhirnya roboh di atas dada gue, saat ledakan orgasme yang melanda sekujur tubuhnya mulai melemah. "Haaahhh....haaahhhhh....enak banget sayang. Hihihi" Ujarnya di sela-sela nafasnya yang terengah-engah.

Sementara itu Rani dan Liana yang melihat Oli rebah didada ku, kemudian menghampiri gue dan Oli, yang sedang kelelahan di atas dada gue.

Gue pun kemudian membelai lembut rambut Oli yang basah oleh peluh yang membanjiri tubuhnya, walau pun kami bercinta di dalam kamar yang dingin oleh AC. Saat gue menatap wajah Oli yang terlihat sayu dan kelelahan, tetap saja Oli terlihat begitu cantik dan imut.

"Damn you're so adorable, Olican sayang" Bisik gue, yang membuatnya semakin mempererat pelukannya.

"Hehehe...and I adore you more my gentle husband. Oh ya, sori yah Cher, Rani ama mba Liana, bentaran lagi dikit yah...ini aku masih cenut-cenut nih. Kaki aku kayanya gak ada tenaga buat berdiri. Badan aku juga masih lemes banget" Ujar Oli kepada Cherllyne.

"Hehehe. Iya Oli sayang, santai aja. Aku juga tau kan gimana rasanya kalo di sodokin ama batang suami kita. Ngegeter mulu kaki jadinya." Jawab Cherllyne yang di amini oleh Liana dan juga Rani. Ucapan Cherllyne membuat gue hanya senyum-senyum sendiri jadinya.

Setelah beberapa saat Oli beristirahat, Oli pun kemudian menggeserkan tubuhnya dan berbaring di samping gue. Gue pun kemudian bangun dan menarik agar Rani berbaring di samping Oli.

"Giliran kamu Cinran cantik" Ujar gue sambil memandangi tubuh bersih yang berada dihadapan gue. Dengan bentuk payudara yang membulat, walau tidak sebesar Liana, Cherllyne dan juga Oli, namun memiliki bentuk yang padat dan proporsional.

Pandangan gue kemudian menyapu ke bagian tubuh bawahnya. Rambut kemaluan yang terlihat baru tumbuh bulu-bulu halus, menutupi dengan malu-malu bibir kemaluannya yang merah merekah.

Rani yang menyadari gue sedang menatap ke arah tubuhnya, langsung berguling ke samping sambil bergelung. "Ya ampuunn sayang, jangan di liatin gitu aahhh" Serunya dengan nada manja.

Gue pun tergelak mendengar suara manjanya itu. Karena tubuh Rani menyamping ke sebelah kiri, gue kemudian ikut berbaring di belakang Rani sambil menyosor dan melumat bibir Liana.

Gue mengangkat sebelah kaki Rani, dan mengepaskan posisi batang junior gue. Dan setelah terletak tepat di depan pintu gua cinta Rani, gue pun langsung mendorongkan pantat gue hingga batang junior gue melesak masuk ke dalam liang vagina Rani.

"Ooohhhhhhh....Sayaanngghhh.....aaahhhhhh" Rani pun segera mengeluarkan desahan erotis sambil memegangi lenganku yang berada di belakang tubuhnya.

Sambil menggenjoti vagina Rani dari belakang, gue melumati bibir Liana. Lidah kami saling membelit dengan penuh gairah. Saling menghisap dan saling menukarkan air liur kami berdua.

Namun lama kelamaan gue merasa kurang nyaman dengan posisi seperti ini, sehingga gue kemudian bangun, dan meminta Rani untuk menungging. Dan gue langsung memasukan lagi batang junior gue, dan memacu dengan tempo yang cukup cepat.

Saat Rani dalam posisi menungging, Rani menarik tubuh Cherllyne dan mengarahkannya agar Cherllyne melebarkan kedua kakinya, sehingga lubang gua cinta miliknya berada tepat di hadapan Rani.

"Usshhhhh...Raannnn....aaaahhhhhhh"

Cherllyne langsung mendesah panjang, sambil tangannya meremasi kedua payudaranya sendiri, dengan kepala mengadah ke belakang. Gue yang melihat Cherllyne dalam posisi yang sangat merangsang dan erotis seperti itu, jadi semakin bergairah.

Darah gue seolah langsung menghangat, dan desir-desir nikmat sepertinya hampir menuntunku mendapatkan orgasme pertamaku, sehingga gue pun mulai memacu lubang kemaluan Rani lebih cepat lagi.

Bunyi benturan kulit gue dengan pantat Rani, serta lubang yang membanjir, membuat suara berkecipukan terdengar cukup nyaring. Hampir menyamai desahan-desahan Cherllyne. Rani pun yang sedang memainkan lidahnya di vagina Cherllyne pun hanya bisa mengerang dan mendesah panjang sesekali.

Sementara itu Oli sedang berciuman dan saling meraba-raba dengan Liana di samping Rani. Melihat Oli dan Liana dengan tubuh seksi dan bertelanjang sedang beradegan erotis, benar-benar membuat nafus gue meledak.

Sambil mendengus keras, gue pun langsung memacu lubang cinta Rani dengan kecepatan maksimal, sehingga membuat desahan-desahan Rani pun berubah menjadi jeritan-jeritan kecil setiap kali batang junior gue terhempas menghantam kemaluannya dengan keras dan cepat.

"Nnggghhhh....Ranggaahhh....jangan cepet....sshhhh....cepeet aahhhhh....gelihhhhh"

Jeritan kecil Rani, dengan kedua tanganya yang mencengkram kedua kaki Cherllyne, sementara kepala dan tubuh Rani terus bergetar seperti orang sedang menggigil kedinginan. Cherllyne yang melihat Rani sedang kelojotan gue pacu habis-habisan, segera menambah rangsangan dengan meremasi Payudara Rani yang menggantung, sambil memencet-mencet puting payudaranya. Rani pun menjadi lebih menggila lagi. Kepalanya sampai menggeleng ke kiri dan kanan, sambil menggigil kegelian.

"AAAAHHHHHHH....aku keluarrr Raannnnn.....aaahhhhhh" Saat orgasme gue akhirnya benar-benar meledak, gue langsung mendorong pantat gue ke depan dengan keras, berusaha melesakan batang junior gue sedalam-dalamnya di dalam liang rahim Rani.

Batang junior gue langsung berejakulasi menyemprotkan cairan sperma gue sampai beberapa kali dengan deras. Tubuh gue langsung kaku, dengan pandangan mata yang menggelap sesaat.

Rani sudah mengenakan pengaman IUD setelah melahirkan Nabilah, sehingga gue bebas menumpahkan sperma gue di dalam rahimnya.

"NGGGGGHHH....OOHHHHHHH...HOOH....HOOOHHH!"

Rani pun langsung mengejang kaku, saat gue menyemprotkan cairan sperma gue itu, dan membuat tubuhnya berkejat-kejat dengan kuat sampai beberapa lama, hingga akhirnya Rani pun rubuh tengkurap di atas tempat tidur dengan nafas yang terengah-engah. Batang gue pun langsung terlepas dari liang vaginanya. Gue juga melihat cairan sperma gue langsung merembes keluar dari dalam vagina Rani.

Cherllyne kemudian mendekati gue yang juga terengah-engah, dan langsung mengulum batang junior gue di dalam mulutnya. Rasa hangat dan geli langsung menyengat di pangkal paha gue. Cherllyne sedang membersihkan batang junior gue dari cairan sperma gue yang masih terus keluar walaupun sedikit.

Dan setelah di rasa bersih, Cherllyne kemudian gantian berbaring di hadapan gue sambil merapatkan kedua pahanya. Lubang vaginanya yang tidak tertutup bulu sama sekali itu tampak mengintip dengan malu-malu. Lubang cinta yang tampak merona dan basah itu, membuat nafsu birahi gue pun langsung terpancing lagi.

"Gilaaa...kamu lagi hamil besar gini tetep aja seksi banget Cher" Ujar gue yang langsung mendekati nya.

Dengan perutnya yang sudah membesar, gue harus berhati-hati saat bermain cinta dengan Cherllyne. Gue mengambil sebuah bantal dan memposisikan sebagi bantalan bagi pinggang dan pinggulnya.

Gue mengangkat kedua kaki Cherllyne dan melebarkannya. Sampai kapan pun, setiap gue melihat bibir kemaluan para bidadari gue, gue selalu begitu terpesona dan bergairah. Dan walaupun lubang cinta mereka udah sering gue pandangin, tapi mereka tetap saja merasa malu setiap kali gue sedang memandangi gua cinta mereka ini.

"Ihhh...mesti deh kamu nih. Udah kek sayang, gak bosen apa kamu Yang? Ngeliatin meki kita mulu tiap mau maen?" Tanya Cherllyne yang langsung menutupinya dengan kedua tangannya, dan membuat gue langsung tergelak.

"Hahaha...heran. Perut kamu udah gede gitu, Liana, Rani ama Oli juga uda punya anak, Oli malah uda 2 anak. Tapi kenapa sih kamu orang tetep aja pada malu setiap aku liatin gerbang surga kamu orang?" Tanya gue ke mereka berdua.

"Ya malu aja Rangga sayang. Biar kamu uda sering mandangin, tapi cara kamu mandangin tuh rasanya...yah bikin aku malu aja" Jawab Cherllyne.

"Abis kamu ngeliatinnya gitu sih. Aku malu tau" Sambung Rani sambil tersenyum malu-malu.

"Iya sayang. Kamu tuh ngeliatinnya udah kaya orang lagi menikmati lukisan gitu. Daleeemmm banget kesannya. Kita kan jadi malu tau diliatin gitu." Sambung Oli dengan bibir manyunnya.

"Emang malu banget Rangga sayang, kamu liatin gitu. Tapi aku juga seneng tiap kamu liatin gitu sih. Berasa kamu tuh bener-bener anggep kita istimewa. Aku suka" Ujar Liana kemudian, tersenyum lembut sekali

"Hahahaha. Yah gak tau ya, bagi aku, gerbang surga kalian berempat itu emang bagaikan sebuah lukisan mahakarya sih yang rasanya pantas untuk di pandangi dan dinikmati keindahannya. Emang istimewa banget" Ujar gue.

"Hahaha..ihhh...udah ah. Buruan masukin batang kamu, gak pake liat-liatan lagi" Balas Cherllyne sambil tertawa, yang langsung menarik gue agar bisa segera memasukan batang junior gue, yang masih tetap tegak mengacung ini, ke dalam liang surgawi miliknya ini.

"Hehehe...as you wish my beautiful angel" Gue kemudian meletakan kedua kaki Cherllyne di pundak gue. Dan dengan perlahan dan berhati-hati agar gue tidak membuat perutnya tertekan, gue mulai melesakan batang junior gue ke dalam lubang cinta Cherllyne, hingga Cherllyne langsung meringis dengan mata terpejam.

"Aaaaahhhhhhh....ssshhhh...aduuhhhh....enakk sayangg...aaahhhh" Desis Cherllyne dengan ekspresi yang begitu menggoda.

Gue pun mulai menggoyangkan pinggul gue dengan perlahan, mengocok batang junior gue di dalam vaginanya yang terus berkontraksi meremas-remas batang kemaluan gue. Gue juga sambil menciumi kedua kaki dan betis Cherllyne yang terlihat putih dan bersih sekali. Terkadang gue menggigit kecil kakinya yang indah ini.

Oli pun tidak mau kalah. Oli langsung mengecup perlahan bibir Cherllyne, yang sedang mengeluarkan desahan-desahan birahi penuh kenikmatannya. Begitu juga Liana yang langsung mendekati Cherllyne dan langsung memainkan dan mengulum payudara Cherllyne yang mulai berwarna kegelepan, seiring dengan membesarnya kandungan di dalam perutnya. Namun tetap saja buat gue, Cherllyne selalu terlihat super seksi, walau sedang mengandung seperti ini.

Kedua tangan Cherllyne pun malah menyusup ke area selangkangan Oli yang masih basah, dalam posisi Oli yang sedang menungging di sebelah kiri Cherllyne. Sementara tangan kanan Cherllyne menyusup ke area selangkangan Liana yang sedang berbaring di sebelah kanan Cherllyne. Oli dan Liana pun langsung mengeluarkan erangan halus, saat gue lihat jemari Cherllyne menerobos langsung ke dalam gua kenikmatan milik mereka berdua.

Sementara itu gue yang sedang mengayuh dan mengocok liang vagina Cherllyne, menjulurkan tangan gw ke payudara Oli yang menggantung sungguh menggoda. Gue meremas-remas payudara Oli yang hampir tidak mengalami penurunan tingkat kekenyalannya, walaupun sudah memiliki 2 orang anak perempuan yang cantik seperti ibunya.

Pergumulanku dengan Cherllyne kali ini berjalan dengan lebih santai dan dengan tempo yang tidak terlalu cepat. Selain karena menjaga agar tidak merusak kandungan di perut Cherllyne yang sudah tinggal menunggu waktunya, juga kami sedang menikmati rangsangan demi rangsangan yang penuh dengan rasa nikmat ini.

"Ngggghhhh...mmmffff.....ssshhhh...nngghhhh"

Cherllyne, Liana dan Oli saling mendesah, saat lubang vagina mereka bertiga sedang di rangsang dan di kocok oleh batang junior gue dan jemari Cherllyne – yang terus mengobok-obok liang kemaluan Oli dan Liana –.

Sementara itu Rani yang kelelahan tampak masih tengkurap saja, dimana di sampingnya kami sedang bercinta dengan penuh gairah.

Selama Cherllyne sedang hamil besar seperti ini, gue tidak bisa bercinta dengan banyak variasi gaya dengan Cherllyne. Agar tidak membahayakan kandungannya. Walau begitu, gue malah menemukan sebuah kenikmatan lain saat bercinta dengan santai dan penuh perasaan dengan Cherllyne.

"Aduuhhh...Cheerr....ssshhhhhh....tangan kamu donngg....geliii....ssshhhhh" Desis Oli saat jemari Cherllyne tampak mengocok vagina Oli lebih cepat.

Sementara itu Liana malah semakin kuat mengulum puting payudara Cherllyne, saat tangan Cherllyne bergerak cepat mengocok liang kemaluannya itu.

Setelah beberapa lama kami saling bercinta satu sama lain, tubuh Cherllyne tiba-tiba mengejang kaku, dengan tubuh melenting ke belakang, membuat pinggangnya terangkat ke atas, dan diiringi oleh pantatnya yang berkejat-kejat dengan kuat. Cherllyne tampaknya sudah mendapatkan orgasmenya, yang membuat sekujur tubuhnya berkejat-kejat dengan kuat seperti itu.

"Haaaahhhhhh....aduuuhhhh...enak banget sayang" Ujar Cherllyne setelah gelora orgasme yang melanda tubuhnya mulai mereda perlahan-lahan.

Di lain pihak, Oli pun juga kembali mendapatkan orgasmenya dari rangsangan yang diberikan oleh tangan Cherllyne, yang mengocok liang vaginanya. Tangan gue sendiri terus merangsang payudara Oli yang indah, membuatnya tidak bertahan lama sampai mendapatkan orgasmenya lagi.

Dengan nafas yang terengah-engah, Cherllyne dan Oli langsung berbaring di tempat tidur kelelahan menyusul Rani, yang sekarang nampak sudah mendapatkan kekuatannya kembali dan sedang duduk melihat ke arah kami sambil tersenyum.

"Ehekkk...ehekkkk...UWAAAAAA......UWAAAAAAA" Tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara tangis Erfina, yang tergolek di kasur bayi yang terletak di samping tempat tidur kami. Dan Oli pun langsung turun dari tempat tidur dan menghampiri Erfina tanpa memakai baju. Sehingga nafsu gue jadi memanas lagi melihat keindahan tubuh seksi istri gue itu.

Oli kemudian mengambil sebuah tisu antiseptik, dan dibasuhkan ke kedua puting payudaranya, untuk membersihkan air liur kami berempat hingga bersih dan kemudian dibasuhkan lagi dengan tisu lain yang dirembesi air hangat, sebelum menyusui lagi Erfina.

Oli kemudian mengangkat dan membawa Erfina yang sedang menangis ke ranjang kami, untuk meyusuinya lagi. Rani dan Cherllyne pun menghampiri Erfina, sementara Liana menarik tubuh gue untuk turun dari tempat tidur, dan mengajak gue duduk di sofa.

Memang kami menyediakan satu tempat tidur kecil di dekat tempat tidur kami, untuk bayi-bayi gue yang berusia di bawah 6 bulanan. Sementara Lukas, Erlina, dan bahkan Nabilah sudah memiliki kamarnya masing-masing.

Itulah juga salah satu sebab mengapa gue menjadi jarang menggauli keempat istri gue itu secara bersamaan. Karena Liana dan Oli sering tidur di kamar Lukas dan Erlina. Sekarang Rani pun juga mulai sering tidur di kamar Nabilah, walau malamnya kembali ke kamar kita, di gantikan oleh suster yang menjaga anak-anak kami.

Kami bahkan sudah berencana untuk menambah satu orang suster lagi untuk Erfina. Sementara itu selain 3 orang suster, kami juga memperkerjakan 2 orang asisten rumah tangga untuk membersihkan dan merawat rumah kami, serta 1 orang yang bertugas untuk mencuci dan menggosok baju-baju kotor kami.

Mungkin apabila aku kembali menambah anak lebih dari 5, kami sudah harus berpindah rumah lagi ke rumah yang lebih memadai lagi untuk bisa menampung kami semua.

"Kita maen di sini aja yah, biar gak ganggu Erfina" Bisik Liana yang langsung naik ke pangkuan gue dan melumat bibir gue.

Tangan Liana kemudian menarik kedua tangan gue, dan meletakan di kedua payudaranya yang besar itu. Dan tanpa basa-basi kedua tangan gue langsung meremasi dengan kuat payudara Liana. Berbeda saat gue meremasi payudara Oli dan Rani, dimana mereka berdua masih menyusui Erfina serta Nabilah. Gue bisa meremasi kedua payudara Liana dan Cherllyne dengan cukup kuat tanpa kuatir akan keluar air susunya, walau mungkin hanya tinggal hitungan hari saja gue bisa melakukan itu kepada Cherllyne, sebelum ia melahirkan putra gue yang ke dua.

"Nggghhh...ssshhhh....aku masukin langsung yah sayang. Udah gak tahan dari tadi nunggu giliran nih. Hihihihi" Bisik Liana. Sementara gue hanya tersenyum dan kembali melumat bibirnya sebagai respon ucapannya itu.

Tangan Liana kemudian menarik dan mengarahkan batang junior gue agar berada tepat di bibir vaginanya yang sepertinya sudah gatal.

"Ohhhhhhh...ssssshhhhh...nggghhhhh....sshhhhh...aaahhhh"

Desahan panjang Liana, saat batang gue mulai tertelan masuk ke dalam liang vaginanya. Gue langsung merasakan empotan-empotan dinding vaginanya, yang rasanya luar biasa nikmat.

Liana langsung menggoyangkan pantatnya memutar-mutar serta bergerak maju-mundur, menari-nari erotis di atas batang junior gue bagaikan seorang penyanyi dangdut. Sementara mulut gue terus saja mengulumi puting payudara Liana yang terlihat membusung, saat dia membusungkan dadanya ke arah gue.

"Ooohhhhhh....sayanggg....ssshhhh...nngggghhhh" Desah Liana pelan. Karena tidak bisa mengeluarkan suara rintihan terlalu besar lagi, karena takut Erfina terbangun lagi, akhirnya Liana menumpahkan segala gairahnya sambil meremasi rambut gue. Terkadang bahkan sampai memeluk erat kepala gue, sambil menggigit bibir bawahnya.

Hingga beberapa lama kami bercinta dengan penuh gairah di atas sofa ini, gue kemudian membalikan tubuh Liana, dan berbaring di sofa. Sementara gue langsung memacu pinggul gue dengan kecepatan maksimal, mengaduk-aduk lubang vagina Liana dengan gerakan cepat.

"Aaaahhhhh...sayanggg...aku dapeetttt.....AAAAHHHHHHH"

Tubuh Liana langsung mengejang kaku, sambil melenting ke belakang, saat badai orgasme akhirnya melanda sekujur tubuhnya yang indah dan seksi itu. Desahan halusnya langsung berubah tanpa tertahankan lagi menjadi lolongan cukup keras.

Gue yang juga hampir mencapai ejakulasi gue yang kedua, terus saja menyodoki lubang vagina milik Liana ini, membuat Liana menggigit bibir bawahnya sambil terpejam dan meringis menahan rasa geli.

Gue langsung menghempaskan pinggul gue ke depan, saat gue pun akhirnya mendapatkan orgasme kedua gue, dan menyemburkan benih-benih cinta gue, jauh ke dalam relung rahim Liana. Sementara tubuh Liana bergetar dan menggigil-gigil semalam beberapa saat setelah gue ejakulasi di dalam rahimnya.

Gue kemudian terduduk di sofa di samping Liana, dengan nafas kami berdua yang memburu dan terengah-engah. Tubuh kami lemas sekali rasanya. Untungnya gue rajin berlatih ilmu beladiri bersama Sandi, Robi, Gilang dan Chen Sifu, serta terus meminum suplemen penambaha vitalitas, agar mampu mengimbangi keempat bidadari gue ini.

Rani dan Cherllyne pun kemudian menghampiri gue dan Liana di sofa. Rani langsung meminta di pangku di paha gue. Oli pun juga menyusul setelah meletakan kembali Erfina di tempat tidur kecilnya.

"Gimana persiapan besok Liayang? Makanan uda dipesan? Trus tukang dekornya uda di pastiin dateng besok?" Tanya gue ke Liana, mengenai pesta ulang tahun Lukas untuk besok.

"Udah sayang. Semua uda siap. Makanan besok jam 10 dateng, trus tukang dekor besok pagi juga uda janji mo dateng kok" Jawab Liana sambil terus membelai rambut gue.

"Hmm...untuk suvenirnya gimana Cinran?" Tanya gue kali ini ke Rani, yang bertugas mencari barang suvenir sebagai kado untuk para tamu.

"Udah juga kok. Tuh udah di simpen ama si Wiwi" Jawab Rani.

"Mama Regina jam 5 pagi ya sampe di Sukarno-Hatta?" Tanya gue ke Cherllyne mengenai kedatangan mama mertua gue.

"Iya sayang, besok jam 5 pagi rencananya sih uda landing di Sukarno-Hatta." Jawab Cherllyne.

"Hmm...biar aku aja yah yang jemput mama Regina? Kasian kamu. Kan uda mau lahir tuh si Roger" Gue mengkuatirkan Cherllyne akan keletihan apabila harus bangun pagi. Karena di antara keempat bidadari gue, hanya Cherllyne lah yang paling susah untuk bangun pagi biasanya.

"Hahahaha. Bilang aja kamu takut aku gak kebangun kan? Dasar" Celetuk Cherllyne sambil tergelak tertawa.

"Hehehehe. Kan aku bilang pake cara alus lah"

"Enak aja. Aku bisa tau bangun pagi. Kalau kepaksa banget banget. Hwahahahahaha eh...lupa maap" Cherllyne yang sempat tertawa cukup keras langsung menyadari bahwa suara kerasnya bisa membangunkan Erfina kembali, sehingga dia langsung menutup mulutnya sendiri sambil terus tertawa. Sementara kami berempat hanya cekikikan melihat Cherllyne.

"3 tahun......Gak kerasa yah Lukas uda 3 tahun. Rasanya baru kemaren kita menikah yah." Ujar Rani yang sedang duduk di pangkuan gue.

"Iya yah. Padahal aku juga rasanya baru lepas perawan ama suami aku nih. Sekarang udah punya 2 anak malah. Dah gak jadi cewe paling imut lagi deh akuh. Huh!" Sambung Oli sambung memonyongkan mulutnya dengan kedua pipi yang digembungkan, mirip anak kecil yang lagi merajuk. Hahahaha

"Ihhhh ya ampuunnn kamu tuh ya Ol, dah punya 2 anak juga, masih aja lucu banget sih mulut kamu tuh. Hahahahaha" Celetuk Cherllyne sambil tertawa. Kami semua pun juga jadi ikut tertawa.

"Ihhhh...enak aja di bilang lucu. Emang aku pemaen lenong. Aku tuh imut kinyis-kinyis tau" Cetus Oli masih dengan mulut manyunnya. Setelah jadi istri gue, sering banget gue gigit tuh bibir tiap Oli lagi monyong-monyong gitu.

"Hahahaha. Kamu tuh uda emak-emak, bukan kinyis-kinyis lagi Ol. Eh...atooo....kunyuk-kunyuk? Hwahahahahaha" Sambung Liana membuat gue terkejut akan candaan Liana.

"HAAHH??? Ya ampuuuunnnn mba Lianaaa, tega bangeeettt sihhh! Awass yaahhhhh!" Oli langsung berdiri dari samping Cherllyne dan langsung menghampiri Liana, sementara Liana sambil tertawa dengan suara ditahan, berusaha menahan tangan Oli yang ingin mengelitikinya. Gue, Rani dan Cherllyne sampai menahan mulut agar suara tawa kami tidak terdengar keras dan membangunkan Erfina.

"Haaahhh. Emang yah. Gak terasa 3 tahun uda berlalu gitu aja. Kalau kata orang, itu tandanya rumah tangga kita itu harmonis lho. Hehehe" Ujar gue kemudian, setelah kita berlima telah lelah tertawa dan bercanda.

"Hehehe. Emang kita yah, harmonis banget. Hihihi" Ujar Oli sambil menyandarkan kepalanya di bahu Liana, sementara Liana pun menempelkan pipinya ke kepala Oli.

"Kamu seneng gak punya istri 4 orang wanita cantik kaya kita? Hehehehe" Tanya Rani sambil mengecup kening gue.

"Bukan bahagia lagi, Cinran. Bangga banget aku bisa punya 4 orang istri-istri yang cantik. Sementara yang laen cuma bisa ngeces aja ngeliat aku punya 4 istri cantik gini. Hahahaha." Jawab gue sambil terkekeh.

"Hehehehe. Dasar kamu sayang" Celetuk Liana.

"Yah, aku juga gak nyangka kehidupan aku bisa kaya gini. Punya 4 orang istri yang cantik-cantik. 4 anak yang ganteng dan cantik juga. Mimpin perusahaan papa Yoga yang ternyata tuh gede banget, lebih dari yang aku bayangin. Kehidupan yang cuma bisa jadi impian orang-orang doang. Gimana aku bisa gak bahagia, Cinran yang manis, Olican yang imut, Liayang yang cantik, Cheryang yang eksotis. Aku gak mungkin minta yang lebih lagi dari apa yang uda aku milikin sekarang ama Tuhan, sayang" Jelas gue sambil menerawang membayangkan kehidupan ku masa lalu.

"Ihhhh...omongan kamu bikin aku seneng banget deh, sayang. Hehehe. Tapi, udah dong tangan kamu. Maenin tetek aku mulu, tar ujung-ujungnya itu kamu minta nyelup lagi nih. Hihihihi" Celetuk Rani sambil menepis tangan gue, yang sedang memainkan puting payudaranya.

Celetukan Rani membuat gue jadi tersenyum geli. Oli, Cherllyne dan Liana pun juga ikut tertawa geli.

"Hahahaha dasar deh kamu, sayang. Udah yuk kita bersih-bersih dulu, kita masih musti beres-beres buat pesta besok, kan?" Ujar Cherllyne kemudian mengajak kami untuk membersihkan diri setelah pergumulan birahi yang luar biasa.

Untuk acara pesta ulang tahu besok, kami mengundang kerabat-kerabat kami dan para sahabat-sahabat terdekat kami saja untuk merayakan ulang tahun Lukas ini. Bukan sebuah perayaan besar. Kami lebih menganggap atau menjadikan momen ini sebagai sarana berkumpul seluruh keluarga kami, baik dari keluarga Liana, keluarga Oli, keluarga Rani – walau tidak semua bisa datang ke Jakarta – dan juga keluarga Cherllyne, walau hanya mama Regina yang sudah berjanji untuk datang, serta para sahabat gue seperti Hari dan Vani, Edy dan Dyana, Rika dan Satrio, serta geng four musketeer.

Namun mama Regina akan menetap cukup lama di Indonesia, hingga ulang tahun Erlina bulan depan. Karena mama Regina ingin melihat proses kelahiran Roger dari perut Cherllyne. Sementara papa Franky akan datang menyusul ke Indonesia, dua minggu dari sekarang, setelah menyelesaikan segala urusannya di Chicago.

Ini akan menjadi pesta ulang tahun yang semarak dengan kehadiran hampir seluruh keluarga besar gue, bahkan hingga pesta ulang tahun Erlina bulan depan. Dan gue yakin, momen ini akan menjadi salah satu momen kebahagiaan bagi kami semua, yang tidak akan terlupakan.

1 bulan sebelumnya...

DI suatu tempat di puncak bukit yang terletak dekat sebuah kota tua nan indah di Jerman....

Hey sis, I'm just wondering if you can come to my son's birthday party in early October? There's a lot I wanna talk about. Please join us, will you? (Hai kak, aku ingin bertanya apakah kamu bisa datang ke pesta ulang tahun anakku awal Oktober? Banyak yang ingin aku bicarakan. Aku harap kamu bisa bergabung bersama kami.)

Aku sedang membaca sebuah pesan singkat di ponselku dari adik ku, Rangga, saat aku sedang mengerjakan sebuah misi penting untuk kepentingan negara yang sedang aku lindungi.

Bukan negara tempat aku lahir, tapi negara tempat papa dan adik ku hidup. Aku adalah seorang mantan tentara khusus Spetsnaz, Alpha team dari negara Rusia. Namun konflik kepentingan di negaraku yang menginginkan dominasi kekuasaan, membuatku merasa kecewa. Terutama saat aku mengetahui pembantaian yang dilakukan negaraku terhadap mama.

Aku membenci peperangan. Aku membenci pembunuhan yang hanya dilandasi oleh kepentingan elit politik, dan untuk memperebutkan pengaruh dan kekuasaan belaka. Aku benci orang-orang sipil lah yang harus menanggung penderitaan akibat keputusan egois yang dibuat oleh para pemimpin negeri serta para politikus tersebut.

Namun kekecewaanku justru membuatku bertemu kembali dengan papa yang sudah lama terpisah dariku. Bukan karena dia tidak perduli kepadaku. Tapi karena ibu ku, Tanya merahasiakan keberadaanku dari papa.

Saat papa akhirnya mengetahui keberadaan diriku dan mencariku, pada awalnya aku merasa marah kepadanya, karena baru saat itu mencariku setelah sekian lama. Namun setelah papa menjelaskan semuanya, dan aku benar-benar melihat sebuah ketulusan yang terpancar dari matanya, perlahan-lahan aku mulai bisa menerimanya. Menerima sebuah kenyataan dan memanggilnya dengan sebutan...papa.

Ghost, how's the current situation? Is target on spot? (Ghost, bagaimana situasi saat ini? apa target sudah di lokasi?) Sebuah suara di telingaku, tiba-tiba membuyarkan sedikit lamunanku. Itu adalah suara Hawk. Rat menugaskanku untuk misi menginvestigasi dan memburu para pelaku pembunuhan para tentara anggota BHC, yang terjadi di beberapa belahan dunia.

Pertama, 4 orang tentara BHC yang bertugas di Syria, di bantai oleh pihak tak dikenal. Awalnya kami menduga para pelakunya adalah para tentara separatis ISIS, yang sedang kami perangi untuk melindung para rakyat Syria. Namun bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan oleh Hawk, membuktikan bahwa para pelakunya bukanlah dari pihak ISIS.

Belum selesai kasus terbunuhnya 4 tentara BHC di Syria itu, pembantaian kembali terjadi kepada 3 orang tentara BHC di Kenya yang sedang memerangi jaringan teroris Al-Shahab untuk melindungi para warga di negara itu.

Disusul kemudian dengan terjadinya lagi pembantaian tentara BHC di Bosnia. Kali ini 4 orang tentara BHC harus terbunuh dengan lubang di kepala mereka. Tidak perlu seseorang yang jenius untuk mengatakan bahwa kami sedang menjadi sebuah target buruan seseorang atau organisasi lain yang belum kami ketahui informasi pastinya.

Kemudian Hawk mendapatkan sebuah petunjuk dari lokasi tempat pembantaian tentara BHC di Syria. Dari peralatan yang di gunakan, Hawk menduga bahwa mereka terbunuh oleh pihak bekas negaranya. Amerika Serikat, atau mungkin lebih tepatnya badan dinas intelijen mereka, CIA. Hanya saja motif mereka melakukan itu, masih belum kami ketahui.

Dan yang lebih mencengangkan lagi adalah hasil investigasi yang dilakukan olehku di Bosnia. Aku mengenali cara kerja pembunuhan para tentara BHC ini. Aku sangat mengenalinya, karena inilah yang aku gunakan saat aku dijadikan aset atau seorang eksekutor oleh pihak GRU dari Rusia.

Informan kami bahkan mengatakan bahwa pihak MI-6 dari Inggris, juga sedang memburu para tentara BHC. Hal ini membuat Rat menarik hampir seluruh tentara BHC dari daerah konflik, demi menghindarkan hilangnya nyawa mereka dengan sia-sia.

Rat kemudian membentuk satu tim yang berisikan 4 orang tentara pilihan BHC, yang terdiri dari Hawk, Goose, JT dan diriku sendiri, untuk menyelidiki masalah yang terjadi hingga kami menjadi buruan beberapa badan agensi negara lain.

Perburuan selama hampir 2 bulan, membawa kami mengikuti orang yang menjadi target infromasi kami hingga ke sebuah kota tua di Jerman. Kota yang masih terlihat asli dan tanpa perubahan. Terutama setelah kota ini selamat dari gempuran-gempuran yang dilakukan tentara sekutu pada perang dunia ke-2. Heidelberg.

Target is on the spot right now. He's still waiting in front of the castle. Send JT in now. (Target sudah berada di lokasi sekarang. Dia sedng menunggu di depan kastil. Kirim JT sekarang.) Aku melihat target informan kami, sedang berdiri menunggu kedatangan seseorang. Seseorang yang kami curigai menjadi dalang atau bagian dari organisasi yang bertanggung jawab atas pembunuhan para tentara BHC.

Affirmative. Keep an eye on him, Ghost. (Dimengerti. Tetap awasi dia, Ghost.) Seru Hawk kemudian merespon ucapanku.

Entah apakah aku bisa menghadiri pesta perayaan ulang tahun keponakanku itu bulan depan? Aku harap kami bisa menyelesaikan ini secepatnya. Entah kenapa, rasanya aku ingin menghadiri pesta ulang tahun keponakan ku itu. Aku tidak pernah merayakan pesta ulang tahun. Dan kado terindah yang pernah aku terima saat aku berulang tahun adalah, sebuah senapan runduk Dragunov SVD pertama ku, pada saat kelulusanku setelah mengikuti program latihan super berat, di pasukan khusus Spetsnaz.

Aku terus memperhatikan situasi di sekeliling targetku itu. Dia masih saja terus berdiri di depan pintu gerbang kastil Heidelberg tua. Cukup banyak turis yang berlalu lalang di sekitar dia, sehingga aku harus mewaspadai gerakan sekecil apapun yang ia buat ataupun memperhatikan keadaan sekitar dia.

Kemudian aku melihat JT sedang berjalan santai dengan sebuah ransel di punggungnya. Ransel yang berisikan alat-alat untuk menyadap suara dari jarak jauh, agar kami bisa mendengarkan percakapan dia, saat dia sudah bertemu dengan target kami yang sebenarnya.

Still no sign on our target? (Tetap tidak ada tanda-tanda dari target kita?) Suara Hawk kembali terdengar di telinga ku, saat dia kembali menanyakan situasinya.

Negative. Aku menjawab singkat pertanyaan Hawk tersebut, karena sedang berkonsentrasi mencari-cari target kami. Apakah target kami menyadari bahwa orang yang hendak ia temui ini sudah diikuti oleh kami?

Where are you and Goose's position? (Dimana posisi kau dan Goose?) Aku bertanya kepada Hawk, saat aku masih belum menemukan orang yang mendekati target kami itu.

We're in Heidelberg Schloss Besucherzentrum right now. (Kami berada di aula tamu Heidelberg saat ini) Jawab Hawk. Jarak antara Heidelberg Schloss Besucherzentrum  tempat untuk berkumpulnya para pengunjung yang ingin melihat kastil Heidelberg  dengan target kami itu tidak berada jauh, karena letak Pusat pengunjung itu berada di sebelah kanan kastil Heidelberg.

Have you notice anyone there? (Apakah kamu melihat seseorang di sana?) Aku bertanya lagi kepadanya, sementara mataku terus mencari-cari sesuatu yang mencurigakan.

Nope, not yet. JT, how’s on your position? (Belum. JT, bagaimana di posisimu?) Hawk kemudian mencoba mengkonfirmasikan kepada JT yang berada di belakang target kami itu.

Still negative. No one approaching him yet. (Masih belum ada tanda-tanda. Belum ada yang mendekati) Jawab JT. Aku yang memperhatikan JT dan target kami juga memiliki pendapat yang sama terhadapnya.

Ada yang aneh di sini. Dan aku tidak menyukainya sama sekali. Seperti ada sesuati yang salah. Hanya saja aku tidak mengetahui dengan pasti apa yang salah.

Aku kemudian memindahkan chanel radio untuk berbicara pribadi dengan Hawk. Aku mengirimkan pesan singkat kepadanya untuk memindahkan frekuensi radio untuk sementara, dan menjauh sementara dari Goose.

Are you there? (Apa kau disana?) Aku kemudian mendengar suara Hawk di saluran frekuensi yang aku minta.

I don’t like it, Sean. I don’t know what, but I smell something fishy out there. (Aku tidak menyukainya, Sean. Aku tidak tahu apa, tapi aku mencium sesuatu yang tidak beres di luar sana.) Aku pun langsung mengutarakan apa yang ada dipikiranku kepada Sean, atau Hawk.

Do you see something suspicious? (Apa kamu melihat sesuatu yang mencurigakan?) Hawk bertanya kepadaku.

No, and that is the problem. I don’t see anything suspicious at all. It’s almost like there’s nothing happen. And it’s been too long. (Belum, dan itulah masalahnya. Aku tidak melihat sesuatu yang mencurigakan sama sekali. Ini seperti sedan tidak terjadi apa-apa. Dan ini sudah terlalu lama.) Jawabku menjabarkan analisis ku kepadanya.

Hawk terdiam setelah aku menjelaskan analisisku itu. Dan aku pun membiarkannya agar ia bisa berpikir.

We should abort the mission then, Ghost. Don’t take the risk we don’t recognize it yet. It’s too dangerous if we keep doing this. (Kita harus membatalkan misi ini kalau begitu, Ghost. Jangan mengambil resiko yang tidak kita kenali. Terlalu berbahaya jika kita tetap melakukan ini.) Ujar Hawk beberapa saat kemudian.

We should review all this before we blew up our investigation. (Kita harus melihat kembali ini semua sebelum kita menghancurkan penyelidikan kita.) Lanjutnya. Dan aku pun menyetujui usulannya tersebut.

Alright. Let’s back to our frequency then. I will inform everyone to abort this. (Baiklah. Mari kita kembali ke frekuensi kita kalau begitu. Aku akan memberi tahu semua untuk membatalkan misi.) Ujarku merespon pemikiran Hawk. Hawk adalah seorang agen terlatih yang jenius. Dan selama ini dia sudah cukup membuktikan kesetiaannya kepada kami, terutama setelah peristiwa pertempuran kecil di Jakarta beberapa tahun yang lalu.

Hawk dan Irina di kawal untuk kembali ke markas BHC. Namun mereka berdua melarikan diri setelah beberapa lama berada di markas. Rat menugaskanku untuk menilai situasi mereka. Apabila ada gelagat mereka untuk berkhianat, maka aku harus menghabisi mereka berdua.

Namun, yang aku lihat mereka berdua hanya sedang berusaha untuk menikmati masa honeymoon setelah mereka berdua meresmikan pernikahan mereka. Aku sempat memberikan sebuah peringatan, sekaligus memberitahu identitas asli serta wajahku kepada mereka berdua. Sebagai bentuk kepercayaanku kepada mereka.

Dan memang terbukti, mereka berdua pun bekerja dengan sangat profesional membantuku dalam menjalankan beberapa misi setelah itu. Bahkan beberapa misi berjalan dengan sangat sukses berkat pemikiran dan strategi yang dijalankan Hawk.

Sementara itu sesuai perjanjian yang kami buat dengan Sean, alias Hawk, Irina alias Viper hanya akan menjalankan misi apabila sedang bersama dengannya saja. Dan untuk misi kali ini, Sean meminta khusus kepada Rat untuk tidak melibatkan Viper dalam penyelidikan kali ini.

JT, still nothing suspicious around you? (JT, masih tidak ada sesuatu yang mencurigakan di sekitarmu?) Aku kemudian bertanya kepada JT. Aku melihatnya melalui teropong di senapan runduk ku ini, JT masih memantau target kami dari sudut kastil.

Negative JT hanya menjawab dengan singkat, sehingga aku memutuskan untuk membatalkan misi ini, karena entah bagaimana aku mencium ada yang tidak beres melihat situasi ini. Ake memiliki perasaan kuat bahwa ini semua hanyalah sebuah jebakan.

Alright, listen up all. I’ve decide it. Abort this mission and return to our renedevouz point at once. We’ll think about our next plan later. (Baiklah, dengar semuanya. Aku sudah memutuskan. Batalkan misi dan kembali ke lokasi pertemuan kita segera. Kita akan memikirkan langkah kita selanjutnya.) Aku akhirnya memerintahkan tim ku untuk membatalkan penyergapan ini.

Excuse me, my dear Elena. Or....do you still using code name Ghost now after you retired from Spetsnaz? You really have an excellent reputation here, you know. I do really admire you, dear Elena. (Maafkan aku, Elena sayang. Atau...kamu masih menggunakan kode nama Ghost sekarang setelah kamu pensiun dari Spetsnaz? Kamu sungguh memiliki reputasi yang luar biasa di sini. Aku sangat mengagumimu, Elena sayang.) Aku begitu terkejut saat tiba-tiba aku mendengar suara orang lain di saluran radio komunikasi kami. Dan yang lebih mengejutkanku adalah seseorang itu, mengetahui identitas asliku.

Identify yourself! (Identifikasikan dirimu.) Aku kemudian mendengar suara Hawk.

Well, well, well. If it’s not the legendary super agent of Central Intelligence Agency, Sean Hicks, or should I call you Hawk as well? It’s an honor to having a conversation to such as legend as yourself. (Wah..wah..wah. Bukankah ini sang super agen legendaris CIA, Sean Hicks, ataukan aku harus memanggilmu Hawk juga? Ini suatu kehormatan bisa berbicara dengan seorang legenda seperti dirimu.) Jawab orang asing ini. Dan aku pun langsung mencoba mencari-cari keberadaan orang ini melalui teleskopku.

Aku begitu terkejut saat aku sudah tidak melihat lagi target kami. Dan aku kemudian menjadi lebih terkejut lagi saat sekilas melihat sesosok tubuh seperti JT sedang diseret masuk ke dalam sebuah rumah.

JT! Are you there? JT! (JT! Apa kau disana? JT!) Aku reflek langsung berseru memanggil JT untuk mengkonfirmasi keberadaannya.

Hawk! Goose! Respond immediately! (Hawk! Goose! Jawab segera!) Jantungku langsung berdegup kencang menyadari bahwa apa yang menjadi firasatku tadi memang benar adanya. Misi kami untuk menyergap mush, telah berubah menjadi misi untuk menyergap kami semua. Dan JT sudah menjadi korban pertama, sehingga aku berusaha mencari keberadaan Hawk dan Goose.

HAWK! GOOSE! Seruku lebih keras lagi. Keringat dingin mulai keluar dari tubuhku.

We’ve been ambushed. Give us a back up here Ghost, NOW! DOORR! DORRR! DORR! (Kami sedang di sergap. Beri kami bantuan Ghost. SEKARANG!) Aku tiba-tiba mendengar suara seruan dari Hawk. Rupanya mereka pun telah di sergap. Aku bisa mendengar letusan senjata api, saat Hawk sedang berseru.

Aku langsung segera mengarahkan senapanku ke arah lokasi keberadaan Hawk dan Goose. Aku bisa melihat Hawk dan Goose sedang terlibat baku tembak dengan beberapa orang. Aku juga melihat banyak turis dan pengunjung yang berlari berhamburan menghindari pertempuran mereka. Banyak di antara para turis yang memilih untuk bertiarap sambil memegangi kepala mereka. Tindakan yang cerdas menurutku, dibandingkan berlari tidak menentu, karena bisa saja terkena peluru nyasar.

Jantungku langsung tercekat saat aku melihat Goose sedikit terlempar ke belakang, saat lengan kirinya tertembak. Hawk langsung menarik Goose untuk bersembunyi. Aku kemudian memusatkan perhatianku kepada beberapa orang yang sedang menembaki mereka berdua.

Aku melihat ada sekitar 5 orang yang memegang senapan mesin semi otomatis H&K MP5, yang sedang membidik dan menembaki kedua orang rekan seperjuanganku itu. Dan aku pun segera membidik mereka, terutama yang posisinya paling dekat dengan Hawk dan Goose.

Aku segera menarik nafas panjang dan menahannya, untuk membuat pegangan tanganku stabil. Aim small, miss small.

DARRR!

Setelah membidik targetku dengan pasti dengan memperkirakan kecepatan gerakannya yang sedang berjalan mendekati kedua rekanku, aku langsung menekan pelatuk senapan rundukku.

Butuh waktu beberapa detik sebelum akhirnya peluruku menembus tepat di belakang kepalanya, karena posisi mereka yang membelakangi diriku ini. Darah pun segera bermuncratan dan mengejutkan 4 orang lainnya, sehingga membuat mereka semua segera bersiaga, sambil berlindung.

Tapi itu tidak cukup untuk mencegahku membunuh mereka. Aku segera membidik lagi orang yang memiliki kemungkinan terbesar terkena tembakanku. Dan aku segera kembali menarik nafas panjang lagi.

Aim small, miss small.

DARRR!

Direct hit! Tembakanku tepat mengenai jantung pria yang sedang mencoba bersembunyi di balik sebuah mobil yang terparkir. Namun posisi tubuh bagian atasnya masih kurang merunduk.

Damn, your aim is still incredibly excellent, Elya. (Luar biasa. Bidikanmu masih tetap luar biasa bagus, Elya.) Konsentrasiku langsung buyar saat mendengar suara orang itu lagi, menginterupsi saluran radio ku. Dan yang paling membuatku terkejut adalah cara dia memanggil diriku. Elya.......

Hanya ada dua orang yang memanggilku dengan nama itu. Mama ku dan...dia. Tidak mungkin......itu.....tidak mungkin dia......mustahil. Tidak....tidak....tidak....bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin dia bisa selamat setelah aku menembaknya??

Darahku seakan langsung membeku, namun keringat dingin justru malah mengalir di tengah dinginnya udara di bukit.

......osst!........ooosttt!.....GHOSSTT! ARE YOU FUCKING THERE? Tiba-tiba teriakan keras Hawk membuatku langsung tersadar, dari lamunanku.

WHY DO YOU FUCKING STOP SHOOTING DAMNIT??! (Mengapa kamu berhenti menembak, sialan!) Seru Hawk lagi, membuatku tersadar bahwa aku harus membantu mereka berdua.

Aku melihat mereka berdua benar-benar tersudut, di tembaki oleh 3 orang yang tersisa. Hawk kemudian aku lihat berhasil menembak salah satu dari mereka. Aku langsung segera membidik lagi mereka dengan penuh konsentrasi.

Found you my dear. Somehow, I always knew where your hiding spot is, Elya. You know that too, right? (Aku temukan kamu sayangku. Bagaimanapun, aku selalu bisa mengetahui di mana lokasi persembunyianmu, Elya. Kamu tahu itu juga bukan?) Suara itu lagi membuyarkan konsentrasiku, hingga aku mengutuk dalam hati. Tapi....apa maksudnya dia bilang sudah menemukanku?? Tidak mungkin.....

Apakah dia membicarakan posisiku saat ini?

Aku segera mengambil teropongku untuk melihat ke arah-arah yang mungkin bisa melihatku yang sedang berada di atas bukit. Dan saat aku sedang melihat ke arah bukit di bagian sebelahku, aku melihat sebuah kilatan api. Dan dalam sekejap aku langsung menyadari apa artinya kilatan api itu.

Dalam sekejap aku langsung melompat dan menjauh dari posisi menembakku tadi.

BLARR!

Hanya sekejap setelah aku menjauh, senapan rundukku langsung terlontar hancur. Senapan runduk yang diberikan papa saat kasus Jakarta beberapa tahun lalu. Senapan runduk yang telah menghabisi murid terbaikku dulu dalam kasus Jakarta itu.

Hawk! My spot have been compromised! Beware for the sniper at 10 o’clock from your position. (Hawk! Lokasiku telah disergap! Hati-hati ada penembak runduk di arah jam 10 dari mu.) Aku segera mengabari kepada Hawk mengenai lokasiku yang telah tereteksi, dan juga sekalian memperingatkan dia akan adanya bahaya sniper.

SHITT! GOD DAMNIT! Look out for yourself. Let’s meet up in rendevouz point as soon as possible. (SIALAN! Berhati-hatilah. Mari kita bertemu di titik pertemuan secepat mungkin.) Seru Hawk.

Affirmative

Situasi kami saat ini benar-benar kacau. Kami tidak menyangka justru kamilah yang akhirnya di sergap dan di serang dengan sebuah serangan yang terencana rapih. JT entah masih hidup atau sudah tewas. Goose yang sedang terluka dan Hawk sedang tersudut dan masih berjuang untuk bisa melarikan diri.

Aku harus membantu mereka, namun jarakku yang jauh dengan mereka tidak memungkinkanku membantu mereka berdua dalam jarak dekat. Sedangkan senapan rundukku sudah hancur.

Dia....

Dari cara dia memanggil nama kecilku....Elya

Cuma dialah satu-satunya orang yang entah bagaimana bisa mengerti jalan pikiranku....

Orang yang pernah berkorban untukku saat misi yang sedang kami jalani bersama....

Orang yang pernah mengisi hatiku selama beberapa lama.....

Aleksandr Makarov.....dan lebih dikenal sebagai....

Krasnyy Oktyabr'....Red October

Ghost! Are you there? (Ghost? Apa kamu disana?) Aku kemudian mendengar suara Hawk, saat aku sedang berusaha menjauh dari lokasi ku, agar mereka tidak menemukanku.

Yes. How’s your condition? (Ya, bagaimana kondisimu?) Aku bertanya dengan perasaan cemas.

Somehow, we’ve manage to get out from there. We’re heading rendevouz point now. Goose is badly wounded. Need a medical treatment immediately. (Kami berhasil keluar dari sana. Kami sedang menuju ke lokasi pertemuan. Goose terluka parah. Butuh perawatan medis segera.) Jawab Hawk dengan suara yang terdengar lelah.

Right. I’ll meet you there. Becareful with someone that might following you behind. (Baiklah. Aku akan menemuimu disana. Berhati-hatilah terhadap seseorang yang mungkin mengikutimu dari belakang.) Ujarku kemudian berpesan kepadanya. Semoga mereka bisa sampai di titik pertemuan kami setelah menjalankan misi. Dan semoga luka-luka Goose tidak mengakibatkan dampak yang lebih buruk lagi.

Where do think you’re going, my dear? You do realize didn’t you, that you can never escape from me? (Kamu pikir kamu bisa lari kemana, sayangku? Kamu tentunya sadar, bukan, bahwa kamu tidak akan bisa lari dariku?) Suara yang terdengar di telingaku itu membuatku menghentikan langkah ku.

Ghost contact me with other communication from now on. (Ghost, hubungi aku dengan komunikasi lainnya mulai sekarang.) Ujar Hawk menyela kemudian.

Aku benar-benar memiliki firasat buruk tentang ini. Aku segera mengambil pistol dari balik pinggangku dan bersiaga untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.

ZIINGGGG! ZLEB!

Kulit tanganku tiba-tiba seperti tersengat sesuatu, dan saat aku melihat ke arah lengan kiriku, mataku langsung terperanjat saat aku melihat sebuah peluru jarum menancap di lenganku.

Tidak mungkin......bagaimana dia bisa......sialll! mataku mulai memburam. Aku...tidak bisa bertahan lagi.

Tubuhku mulai kehilangan tenaga, dan pandangan mataku semakin buram seiring terasa memberatnya kelopak mata ini.

Hawk....I’m.....I’m....I’ve....been....compromised. Red....Oc....to...ber Aku masih sempat mengabari Hawk mengenai kondisiku saat ini serta memberikan informasi nama yang menyerangku dengan terbata-bata.

Tubuhku langsung melemas tidak mampu aku tahan lagi hingga aku terjatuh dengan lunglai dan tidak berdaya.

GHOSSTT!....GHOSTT! ELENAAA! WHAT’S HAPPENING??? DAMN IT!

Aku sempat mendengar seruan dan makian Hawk, sebelum mataku menjadi semakin berat dan tubuhku semakin tidak bertenaga lagi, hingga kegelapan menyelimuti kesadaranku.

Papaaa... Anak gue Lukas langsung aja berlari dan memeluk gue, saat gue sedang menyisir rambut gue di depan cermin. Gue masih bercelana pendek dan hanya mengenakan kaus oblong. Sementara anak gue sendiri sudah terlihat rapih sekali, walau pestanya baru akan di mulai sekitar 2 jam lagi.

Hai kakak. Seneng amat kakak? Cieee yang ulang tahun nih yee. Sini cium tangan papa dulu. Lukas pun langsung mencium tangan gue. Dan gue pun tersenyum menyadari penyebab rasa bahagia Lukas. Bukan karena ulang tahunnya, tapi karena sebuah mainan mobil-mobilan yang berada di tangannya itu, yang membuatnya ceria saat ini. Kado yang gue belikan khusus untuk putera pertama gue ini.

Selamat ulang tahun yah kakak sayang. Semoga kakak nanti jadi anak yang soleh, yang pandai dan tidak sombong, dan selalu jagain mama-mama kakak, ama adek-adek kakak yah. Papa sayaaaang ama kakak Ujar gue sambil memeluk erat tubuhnya itu.

Bem-bem....breemmmmm Lukas langsung menunjukan mainan mobilnya yang baru, di depan gue.

Kakak uda bilang makasih blum ama papa, kadonya tuh? Tanya Liana yang sedang berjalan dari ruang dandan dan menghampiri gue.

Namun tanpa mengacuhkan pertanyaan Liana, Lukas langsung berlari keluar kamar, membuat Liana hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya saja melihat Lukas yang justru terlihat asyik bermain sendiri.

Liana terlihat begitu anggun dan cantik sekali, dengan baju gaun panjang berwarna biru dongker, dengan motif bordiran berwarna emas di bagian dada, serta sebuah kerudung berwarna biru yang lebih gelap dan transparan, tersemat dengan indah di kepalanya.

Kamu cantik banget Lia sayang Gue langsung mengecup pipi istri gue ini sambil memujinya, yang membuat pipinya merona merah mendengar pujian gue.

Jadi istri kamu harus cantik dong. Biar kamu gak kecantol cewe laen. Hmm Jawaban Liana benar-benar membuat gue tergelak geli, dan gue pun langsung menarik tubuhnya untuk mengecup pipinya sekali lagi. Sementara Lukas, hanya melihat keakraban dan kemesraan kami berdua saja sambil tersenyum.

Heheh...punya istri-istri cantik kaya kamu, Oli, Rani ama Cherllyne di samping aku, gak mungkin aku bisa kecantol cewe laen, bidadariku yang anggun Gue kembali mengecup bibir Liana, sebelum kami saling menatap dan memandang selama beberapa saat sambil tersenyum.

Ihhh...mba Liana uda rapih aja sih? Aku aja baru selesai mandi nih Rani yang baru keluar dari kamar mandi bersama Oli, hanya mengenakan handuk saja yang dililitkan di tubuhnya. Sementara handuk kecil melingkari rambutnya yang basah.

Oli pun juga hanya mengenakan sebuah daster saja, sambil mengeringkan rambutnya yang panjang itu.

Hehehe. Gak pa-pa kan. Jadi biar aku gak keburu-buru. Jawab Liana sambil terus memeluk gue.

Kamu kok belum ganti baju, sayang? Tanya Oli kepada gue.

Hm? Masih lama kan acaranya? Gue justru malah bertanya balik kepada Oli.

Hmm...jangan-jangan, kamu....masih mau lagi yah? Sengaja nungguin kita ngumpul lagi? Hihihihi Oli langsung mendekati gue dan mengecup bibir gue.

Gue saling melumat bibir dengan lembut dan penuh perasaan dengan Oli. Rasanya begitu...manis. Gue suka banget ngulumin bibir imut Oli seperti ini.

Namun saat tangan gue hendak menyusup masuk ke dalam dasternya, Oli tiba-tiba langsung melepaskan diri dan menjauh dari gue. Membuat gue tertegun heran. Dan gue melihat senyuman nakal dari Oli ke arah gue.

Ahahahaha....udah ah. Jangan mancing-mancing deh. Uda mo mulai acaranya kan 2 jam lagi? Hehehehe. Yuk kamu ganti baju sayang Ujarnya sambil menarik gue ke ruang tempat lemari baju kami, yang sekaligus juga digunakan sebagai ruang dandan untuk keempat istri gue.

Dasar. Kamu yang mulai-mulai juga Jawab gue, sambil mengikuti Oli yang menarik tangan gue. Sementara Liana gue lihat hanya tersenyum saja.

Di ruang dandan gue melihat Rani yang telanjang bulat, terlihat begitu seksi sekali saat dia sedang memilih baju, tanpa mengenakan pakaian sama sekali. Sementara di sampingnya, Cherllyne pun hanya mengenakan bra dan celana dalam saja.

Jantung gue seolah langsung berdetak kencang, melihat tubuh telanjang Rani dan Cherllyne seperti ini. Entah kenapa gue selalu cepat terangsang setiap kali melihat mereka atau salah satu sedang bertelanjang bulat.

Sayang, punya kamu uda langsung keras aja sih? Pasti gara-gara ngeliat Rani ama Cherllyne telanjang yah? Hihihi. Dasar kamu. Nanti telat lho sayang Seruan Oli dengan tiba-tiba, membuat gue terkejut. Rani dan Cherllyne pun menoleh ke arah gue sambil tersenyum manis, saat mereka mengetahui bahwa batang junior gue udah bangun lagi melihat ketelanjangan mereka.

Kaki aku aja ampe sekarang masih rada ngegeter nih sayang Ujar Cherllyne yang tersenyum manis sambil membawa sebuah gaun panjang berwarna biru.

Sepertinya mereka berempat sepakat untuk mengenakan baju berwarna biru, sebagai dress code mereka. Karena gue lihat Rani pun sedang mengambil gaun panjangnya yang juga berwarna biru.

Kamu beneran pengen lagi sayang? Tanya Rani yang menghampiri gue kemudian, sambil menenteng gaunnya. Dengan payudara yang terlihat lebih besar, serta bulu kemaluan Rani yang rapih dan lebat, benar-benar membuat sekujur tubuh gue langsung terasa panas membara.

Hehehehe. Hmm...nanti malem deh ya sayang? Tahan dulu yah dede nya. Ujarnya yang kemudian berjongkok, dan menarik turun celana pendek gue beserta celana dalamnya.

Rani langsung menciumi batang junior gue. Namun gue pun langsung menarik batang junior gue, karena gue gak mau birahi gue jadi tidak terkendali. Oli bener, waktunya tinggal sebentar lagi.

Hihihihi. Takut kamu jadi makin terangsang yah? Ujar Rani sambil tersenyum manis.

Heheheh. Iya lah Cinran. Kalo kamu uda mulai ngulum, duh bisa blingsatang aku jadinya Jawab gue.

Hihihi. Bisa juga kamu nahan diri, sayang Ujar Liana dari belakang. Rupanya Liana juga ikut masuk ke ruang ganti di kamar kami ini.

Ya udah yuk sini aku pakein baju kamu sayang Ujar Liana sambil menarik kaus gue ke atas hingga terlepas dari badan gue.

Sini aku pakein celana nya Ujar Rani sambil memakaikan lagi celana dalam gue.

Gue bener-bener merasa bagaikan menjadi seorang raja, dimana 4 orang bidadari begitu melayani gue dengan ketulusan total yang seolah tanpa pamrih. Mulai dari Rani yang memakaikan celana, lalu Liana yang memakaikan baju, lalu Cherllyne yang merapihkan dan memberikan sentuhan akhir untuk keseluruhan pakaian yang gue pakai. Dan terakhir Oli yang merapihkan rambut gue.

Damn, rasa bangga, rasa syukur, rasa cinta, rasa sayang terasa begitu bercampur aduk, membuncah di dalam dada gue. Gue akan menjadi orang paling tolol seplanet bumi kalau gue ampe melukai dan mengecewakan mereka berempat.

Setelah kami semua sudah berpakaian rapih, maka kami pun segera keluar untuk melihat persiapan akhir pesta ulang tahun yang ketiga, anak gue dengan Liana, Lukas. Liana, Rani dan Oli segera menemui anak-anak mereka untuk mempersiapkan baju dan dandanan mereka. Sementara Cherllyne membantu gue mempersiapkan dan mengatur persiapan akhir pesta sebelum waktunya acara untuk di mulai.

Mama Regina yang tadi pagi-pagi sekali gue jemput, untuk sementara menginap di rumah gue, di kamar tamu. Saat kita semua baru keluar kamar, mama Regina sudah sedang bermain dengan Lukas dan Erlina, sambil menggendong Nabilah.

Nabilah biasanya susah untuk mau di gendong oleh orang yang jarang bertemu. Namun entah bagaimana Nabilah terlihat ceria saat di gendong oleh mama Regina.

Tamu yang pertama kali tiba adalah bokap gue dan nyokap gue yang datang bersama Karin dan Gara. Mengenai bokap, gue baru tau bahwa bokap adalah pensiunan intelijen rahasia negara. Dan gue benar-benar terkejut saat gue baru mengetahui bahwa ternyata bokap berpangkat Mayor Jenderal. Yang sekarang titelnya bertambah dengan ukiran Purnawirawan.

Begitu banyak pertanyaan di kepala gue, saat gue berhasil membongkar identitas asli bokap, yang ternyata adalah pimpinan rahasia Black Hand Company. Yang artinya juga adalah pimpinan Hawk dan timnya yang mengacau dan membuat teror 3 tahun lalu itu.

Gue sempat merasa marah dan kecewa saat mengetahui bahwa bokap ternyata adalah pimpinan dari Hawk beserta timnya. Termasuk si Ghost yang udah tewas itu. Atau lebih tepatnya Ghost palsu, karena yang merupakan Ghost asli ternyata adalah kakak tiri gue.

Rasanya gue pengen marah saat itu. Begitu banyak hal yang terjadi di luar perkiraan gue, dan bahkan membuat gue menyangsikan keaslian keluarga gue sendiri, karena begitu banyaknya rahasia yang terkuak. Apakah mereka semua merupakan agen-agen yang sedang menyamar atau bukan.

Gue juga sempat bertanya-tanya apakah bokap ada hubungannya dengan tante Shinta, mengingat pengawal tante Shinta saat itu, yang sempat hampir mencelakai gue dan Oli, adalah Viper atau Irina. Dimana Viper merupakan anggota aktif di BHC.

Hingga akhirnya bokap mengajak gue untuk membicarakan masalah ini secara 4 mata. Saat itu, bokap menjelaskan bahwa benar Viper itu anggota BHC. Namun mengingat BHC itu adalah perusahaan penyewaan jasa tentara bayaran, bokap tidak bisa mengontrol penuh aktivitas Viper, walau ia mengetahui.

Dan ia juga dalam posisi terjepit saat menyadari Viper hendak mencelakakan gue. Dan tidak bisa menarik pulang Viper, karena tante Shinta sudah membayar mahal jasa penyewaannya itu, dan bokap dengan amat sangat terpaksa harus mementingkan sikap profesionalitasnya demi tetap menjaga kerahasiaan.

Menurut bokap, hal itu lah yang menjadi salah satu penyebab dia memutuskan untuk pensiun dari dinas. Karena dia tidak bisa melindungi gue, Oli sampai bahkan Karin. Bokap saat itu begitu terpukul, karena memimpin pasukan elit, namun tidak kuasa untuk memanfaatkan kekuasaannya untuk melindungi keluarganya sendiri.

Gue pun menjadi prihatin dan mengerti posisi bokap, yang harus menjaga kerahasiaan. Karena berhubungan dengan rahasia negara. Apalagi menurut bokap Hawk dan timnya bergerak di luar instruksi.

Masih menurut bokap, tante Shinta bisa mendapatkan referensi mengenai BHC, dari seorang pengusaha di Singapura, dimana pemilik pengusaha yang pernah menyewa jasa BHC, ada hubungan asmara terselubung dengan tante Shinta pada saat itu.

Untuk membantu gue, bokap akhirnya memilih untuk memanggil kakak tiri gue itu untuk datang ke Indonesia. Dan bokap bilang juga, bahwa dia merasa amat bersyukur ternyata gue berhasil mengatasi Hawk dan tante Shinta. Jauh melebihi ekspetasi dia ke gue. Yah, sedikit banyak ucapan dia ini cukup membuat rasa bangga terasa begitu menggelora di dada gue.

Sementara itu, mengenai kakak tiri gue, Elena, bokap bercerita bahwa dulu dia sempat menjalin hubungan asmara dengan wanita Russia, saat ia ditugaskan di sana, yang saat itu masih bernama Uni Sovyet. Hanya saja, saat mereka terpisah karena konflik politik, bokap tidak menyadari bahwa ibunya Elena, yaitu Tanya saat itu sedang mengandung anak dari benih bokap.

Saat bokap mengetahui bahwa Tanya melahirkan anak, dan baru diketahui bahwa itu anak dia, bokap berusaha keras untuk mencari keberadaan Elena. Bokap pun berhasil menemukan Elena, yang saat itu sudah menjadi tentara elit di Rusia, hingga akhirnya bokap mengajak Elena untuk bergabung di BHC.

Sebuah cerita luar biasa, yang gak gue duga keluar dari mulut bokap. Selama ini gue mengira kerjaan bokap hanyalah sebagai karyawan senior saja, yang sudah mencapai level menengah atas. Gue benar-benar tidak menyangka bahwa ternyata bokap berlatar belakang militer dan menjadi kunci pimpinan proyek negara ini.

Menurut bokap saat itu, hanya nyokap saja yang mengetahui identitas dan pekerjaan bokap yang sebenarnya. Gue cuma bisa mendengarkan, tanpa bisa komentar apa-apa. Otak gue serasa lambat sekali mencerna setiap informasi yang bokap berikan. Karena gue benar-benar tidak menduga akan kehidupan bokap yang sebenarnya ini.

Ayo Lukas, salim dulu ama kakek dong Ujar Liana setelah mencium tangan bokap ama nyokap.

Huppp. Ini yah yang ulang tahun? Hmm...semoga Lukas jadi anak yang soleh yah. Jadi anak yang berbakti ama papa dan mama-mama Lukas. Jadi pelindung dan pembimbing buat adik-adik Lukas nantinya. Ujar bokap yang langsung menggendong Lukas.

Sementara Erlina pun tidak mau ketinggalan, dan menghampiri bokap untuk minta di gendong juga. Membuat kami semua tertawa saat melihat bokap pura-pura gak kuat mengangkat mereka berdua.

Tamu kedua adalah papa Yoga, yang kali ini datang sendiri tanpa membawa supir. Nyetir itu kan salah satu olah raga kaki, Ga. Badan papa bisa kaku kalo kemana-mana pake supir mulu. Hehehe. Mana cucu papa yang ulang tahun nih? Ujar papa Yoga kemudian saat gue menanyakan hal tersebut.

Tidak lama kemudian Hari dan Vania pun datang, bersama Fathir dan anak mereka, Fadly. Seperti nama gue. Vania yang memberikan nama Fadly, sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada gue, yang mengangkat Hari jadi wakil gue dalam memimpin perusahaan papa Yoga.

Tidak ada orang lain lagi yang dapat gue percaya penuh dalam urusan pekerjaan dan pribadi, selain Hari. Sabahat terbaik gue ini. Dia pun udah banyak membantu gue, dan banyak berkorban juga, terutama pada kasus tante Shinta 3 tahun lalu.

Anak gue, Lukas pun juga sering bermain bersama dengan Fadly dan Fathir. Hanya saja karena Fathir yang paling tua, biasanya Fathir bermain sambil mengawasi Lukas dan Fadly, setiap kali mereka bermain. Bahkan Erlina pun sering ikut bermain bersama.

Setelah itu ayahnya Rani pun datang juga bersama mba Alya dan mas Nanto serta anak mereka, Raihanah. Membuat suasana pun mulai menjadi ramai. Dimana kemudian berturut-turut mulai berdatangan Edy dan Dyana, pak Riko dan keluarganya, pak Hendra beserta keluarganya, lalu Rika bersama calon suaminya.

Dan yang terakhir adalah geng paling heboh, Four Musketeer. Dimulai dengan Sandi dan Livia yang datang bersama putrinya yang cantik, Raniah Salsabiela yang usianya hampir seumuran dengan Erlina.

Kemudian sang pengantin baru, Roby dan Selly yang datang bersama dengan om Chandra dan tante Winny.

Lalu kemudian yang masih termasuk pengantin baru juga pun tiba, yaitu Pandji dan Fenny. Suasana pun benar-benar menjadi heboh saat mereka berkumpul. Dan pada akhirnya menjadi lebih meriah lagi saat kedatangan si biang tengil, Gilang dan Merry beserta putranya yang juga seumuran dengan Fadly, anaknya Hari dan Vania. Elang Prawiro Utomo. Hahahaha. Penamaan yang unik dari seorang Gilang.

Dan seperti biasa, kehadiran Gilang yang suka ngebanyol membuat suasana pesta pun menjadi lebih ceria. Terutama saat Gilang ikutan menggoda badut, yang menjadi pengisi acara pesta ulang tahun Lukas kali ini. Anak-anak pun sering tertawa mendengar lelucon-lelucon dari Gilang.


Pak, maaf, itu di luar ada tamu bapak Ujar salah satu asisten rumah tangga gue.

Oh yah oke, nanti saya kesana Jawab gue sambil menganguk kepadanya.

Kakak, kakak ama mama dulu yah. Papa mao ke depan dulu yah sebentar Ujar gue ke anak gue, Lukas, yang sedang menikmati hiburan dari sang badut.

Kenapa sayang? Tanya Liana ke gue.

Ada tamu di depan. Aku ke depan dulu yah sebentar Jawab gue sambil mengecup pipi Liana, sebelum gw beranjak ke depan, untuk menemui tamu yang datang itu.

Eh? Loh? Pak Rusli? Ayo masuk yuk pak, pestanya uda mulai nih Gue pun langsung menyapa Brgjen. Rusli, yang tetap menggunakan nama Rusgino sebagai penerus bokap dalam memimpin BHC.

Rangga, saya ada berita yang sangat urgent. Pak Anggoro ada disini juga kan? Bisa kita bicara bertiga? Private? Gue benar-benar terkejut melihat respon pak Rusli ini. Wajahnya tampak begitu tegang dan serius. Tidak ada rona-rona bercanda seperti biasanya saat kami sedang mengobrol santai. Ini seperti saat dia sedang menghadapi musuh, seperti dulu saat menghadapi Hawk.

Oh? Ada kok. Bentar saya panggilkan dulu si papa. Gue pun kemudian meminta salah satu dari asisten rumah tangga gue, untuk membuatkan minum dan menyiapkan kue kecil untuk pak Rusli. Sementara gue berlalu lagi ke dalam untuk memanggil bokap gue.

Di dalam gue melihat suasana masih terlihat sangat ceria. Anak-anak terlihat begitu senang melihat pertunjukan sulap dari sang badut. Gue kemudian menghampiri bokap, dan menyentuh pelan bahunya, sambil mendekatkan mulut gue ke telinganya.

Di depan ada pak Rusli, beh. Dia mau ngomongin masalah urgent ama kita. Private. Bisik gue, mengejutkan bokap. Bokap bahkan sempat melihat ke arah gue, seolah tidak percaya dengan ucapan gue dan berniat memastikannya sendiri.

Bokap lalu mengangguk dengan wajah serius, dan kemudian berbisik sesuatu kepada mama, sebelum akhirnya meninggalkan pesta dan menuju ke depan.

Rus? Statusnya apa saat ini? Tanya bokap saat hampir mencapai tempat Brigjen Rusli sedang duduk dan menikmati minumannya, walau wajahnya masih tetap serius sekali.

Siaga 1 darurat perang pak Gue benar-benar terkejut mendengar jawaban pak Rusli tersebut. Apa maksudnya ini?

Rangga. Ada tempat untuk kita bicara secara pribadi? Tanya bokap. Dan gue pun langsung mengangguk.

Ada ruangan kerja aku beh. Kita ke sana sekarang. Gue pun langsung memimpin mereka berdua untuk menuju ke ruang kerja gue.

Baik Rus. Jelasin statusnya. Ujar bokap.

BHC sedang di buru dan dihabisi pak. Saat ini sudah lebih dari 10 orang anggota BHC yang dibunuh di berbagai negara. Gue menyadari bahwa ini benar-benar sesuatu yang sangat serius. BHC diburu? Oleh Siapa? Mengapa? Bagaimana keadaan Elena?

Walau gue baru mengenal Elena tidak lama, tapi status dia sebagai kakak tiri gue, membuat gue merasa wajib untuk mengkuatirkan keselamatannya itu.

Penyebabnya? Siapa aja yang mencoba memburu BHC? Tanya bokap.

Penyebab belum di ketahui. Tapi berdasarkan hasil penyelidikan kita. Hampir semua badan intelijen negara lain, memburu BHC pak. Kita belum mendapatkan alasan tepat kenapa mereka tiba-tiba bergerak seperti itu. Ini sudah hampir dalam kondisi perang pak. Hanya tinggal waktu yang membuat mereka mengetahui hubungan kita dengan BHC dan BP Jelas pak Rusli.

Apa ada hubungannya dengan meningkatnya status ketegangan di LCS? Apa kita mengirimkan tentara ke sana? Tanya bokap lagi.

Saya belum mendapatkan konfirmasi pasti korelasi antara perburuan BHC dengan ketegangan di LCS, pak. Tapi, saya punya satu berita penting. Berita buruk tepatnya Jawab pak Rusli membuat gue menjadi penasaran. Berita buruk apakah itu yang dimaksud?

Berita apa?

Kami menugaskan 4 orang untuk menginvestigasi perburuan anggota BHC. Kami sampai pada informan yang kami ikuti di Jerman. Namun di sana rupanya anggota kita sudah ditunggu dan dijebak. 1 orang anggota kita tewas, 1 terluka parah, dan 1 lagi hilang. Jawab pak Rusli lagi. Dan langsung membuat wajah bokap langsung terlihat begitu tegang dan penuh amarah.

Jadi....apakah dia termasuk yang tewas? Ato yang terluka? Atao yang hilang? Tanya bokap lagi, membuat gue sedikit bingung mengikuti jalan pikiran bokap.

Statusnya MIA pak saat ini. Bokap langsung memejamkan mata, saat mendengar jawaban pak Rusli.

Apa MIA? Apa maksudnya beh? Tanya gue ke bokap. Gue gak suka ini. Gue merasakan adanya firasat buruk.

Haaahhh. MIA itu....missing in action. Rangga. Hilang saat bertugas. Dan yang hilang adalah....kakak kamu, Elena.

Apaa?? Tapi....dia kan legenda beh? Elena itu kan jago banget kan? Gue benar-benar gak percaya akan hal ini. Apakah ada yang lebih hebat lagi dari Elena?

Hufff. Rangga. Perang itu, adalah sesuatu yang tidak menentu. Kesalahan strategi sedikit saja, akan jadi fatal akibatnya. Tidak perduli sehebat apa orangnya, tapi ada kalanya seekor tupai pun bisa jatuh dari pohon. Jelas bokap. Namun tetap saja gue masih sulit untuk mempercayainya.

Trus apa pak Rusli sudah mengirimkan tim pencari untuk mencari Elena? Tanya gue.

Tidak Rangga. Kita tidak akan mengirimkan tim lainnya. Sudah jelas, bahwa BHC sedang menjadi target disini. Mengirimkan tim lain, hanya akan membuang-buang nyawa saja. Dan lagi, sepertinya perburuan BHC ini memiliki satu skema besar lainnya di belakangnya. Skema besar itulah yang kita sedang gali. Jelas pak Rusli membuat gue emosi.

Jadi, Elena akan dibuang gitu aja, setelah ia gak berguna lagi? Tanya gue tanpa menyembunyikan kegeraman gue.

Pa, apa yang bisa Rangga pebuat untuk menemukan Elena? Apa yang bisa Rangga bantu? Tanya gue kepada bokap. Berharap ada semacam dukungan buat gue, untuk bergerak mencari keberadaan Elena. Gue melihat Brigjen Rusli pun melihat ke arah bokap.

Rangga. Dunia intelijen, dunia bawah tanah, sungguh jauh berbeda dengan dunia luar pada umumnya. Di dunia luar saat ada teman dalam kesulitan, kita akan langsung merasa tergerak untuk segera memberikan bantuan. Tapi di dunia intelijen, tidak semudah dan sesimpel itu. Kita semua sudah mengetahui resikonya apabila tertangkap. Tidak akan ada penyelamatan. Tidak akan ada bala bantuan. Bahkan kita sendiri tidak diakuin keberadaannya oleh negara. Dengan cara itu lah, kita selama ini menjaga kerahasiaan negara. Ujar bokap kemudian menengahi gue.

Kamu belum mengenal dunia intelijen, dan papa berharap kamu tidak perlu mengenal dunia itu. Papa sudah mencoba menutupi itu, tapi kamu ternyata bisa membongkar identitas papa. Papa bangga ama kamu, kamu itu sangat cerdas. Tapi di sisi lain, papa juga kuatir dengan kamu. Ujar bokap lagi.

Kamu tidak punya pelatihan sama sekali untuk hidup di dunia intelijen. Tanpa berbagai pelatihan bertahun-tahun, kamu akan langsung habis termakan, Rangga. Apalagi kamu sekarang punya empat orang istri, dan 4 orang anak. Bentar lagi jadi 5 anak. Kamu tidak ada waktu untuk mengurusi dunia intelijen yang penuh intrik dan berbahaya, Yang harus kamu pikirkan adalah bagaimana kamu menjaga keselamatan keempat istri kamu dan semua anak-anak kamu. Itu yang harus kamu pikirkan. Lanjut penjelasan bokap.

Tujuan kamu mendengarkan ini, semata-mata hanya agar kamu paham apa yang sedang papa lakukan selama ini. Dan papa berharap kamu mengenal dunia intelijen ini dengan pola pikir yang mementingkan keluarga kamu terlebih dahulu. Kamu tidak perlu terlibat dengan dunia ini Gue hanya bisa mendengarkan ceramah dari bokap.

Tapi...biar bagaimana, Elena itu kan kakak tiri aku, beh. Gimana aku bisa diem aja? Tanya gue lagi, masih belum puas.

Elena juga putri kandung papa. Kalau kamu bisa berpikir rasional, setelah mendengar penjelasan Rusli tadi apa kamu tidak merasa aneh? Ujar bokap membuat gue mengernyit kebingungan.

Tadi Rusli menjelaskan bahwa BHC sedang di buru. Sedang dijadikan target pembunuhan oleh banyak badan intelijen negara lain. Beberapa anggota terbunuh. Tapi mengapa Ghost hanya hilang, dan tidak ditemukan mayatnya? Coba kamu pikir dengan kepala dingin. Kenapa dia tidak dibunuh? Kalau kamu menjadi pihak yang memburu BHC, apa penyebab sampai kamu belum membunuh Elena? Tanya bokap benar-benar membuat gue terperangah.

Gue pun menundukan kepala, dan mencoba mengatur nafas. Memang, jawaban itu sudah tercetak di kepala gue. Karena musuh ingin memanfaatkan Elena, atau Elena mengetahui sesuatu yang penting bagi mereka Jawab gue.

Benar, tepat sekali. Sampai Elena tidak dibutuhkan lagi, artinya masih ada kesempatan hidup untuknya. Dan untuk kita untuk mencari tahu keberadaan Elena, sekaligus menggali informasi lainnya untuk membuat persiapan Jelas papa kemudian, membuat gue tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Lalu kapan kita harus berangkat? Tanya bokap kemudian kepada pak Rusli, membuat gue dan pak Rusli terkejut. Pak Rusli kemudian hanya tersenyum saja.

Masa pensiun sepertinya tidak membuat kemampuan analisis pak Anggoro menurun yah? Ujar pak Rusli, sementara gue masih meraba-raba maksud perkataan bokap.

Bukannya itu maksud kamu datang ke sini kan? Bukan hanya untuk mengabarkan hilangnya Elena, kan? Tanya bokap lagi sambil tersenyum ke arah pak Rusli.

Hahh. Padahal aku pikir hari ini bakalan jadi momen gak terlupakan saat semua keluarga kumpul semua. Tapi, sepertinya babeh musti pergi dipanggil bapak panglima yah? Ujar gue menyambung ucapan bokap. Memang sih kepentingan kakak tiri gue itu jauh lebih penting saat ini.

Kamu tau Rangga? Sampai saat ini kamu gak pernah berhenti membuat saya terkejut. Gak percuma kamu jadi putera kesayangan pak Anggoro Ujar pak Rusli sambil tersenyum, mengejutkan gue dari lamunan gue.

Eh? Maaf, kenapa pak? Tanya gue kebingungan saat melihat bokap dan pak Rusli tersenyum.

Awas ya Rangga. Papa minta kamu jangan keburu nafsu ingin mencari kakak kamu. Biar ini menjadi urusan papa aja. Yah baiklah, sepertinya papa harus segera berangkat. Kamu tolong kasih tau mama yah. Tolong sampein juga permintaan maaf papa ke besan-besan papa ya, Ga Ujar papa mengingatkan gue, sebelum dia berjalan bersama dengan pak Rusli.

Sementara gue hanya bisa memandangi kepergia mereka saja tanpa dapat berbuat apapun. Sebenarnya gue ingin sekali membantu mencari keberadaan kakak tiri gue itu. Hanya saja, gue terpaksa menahan diri, karena urusan ini berhubungan langsung dengan petinggi negara ini.

Elena....kakak....

Comments

Popular posts from this blog

Pertukaran dua sahabat

Aku irwansyah, salah seorang artis yang cukup terkenal di ibukota, beberapa judul film telah aku bintangi, aku bersahabat baik dengan raffi ahmad yang juga seorang artis popular di negeri ini, aku sudah menikah dengan zaskia sungkar namun rumah tangga kami belum di karunia anak, sedangkan sahabatku raffi ahmad juga telah menikah dengan nagita slavina dan telah memiliki seorang putra.

(Bonus Part 2) Pesta di Akhir Pekan

Bonus Chapter: Eksekusi Dinda (Part 2: Main Course) Dinda Fitriani Anjani kecil yang masih duduk di bangku SMP terbangun menjelang tengah malam. Tadi siang dia bekerja keras menjadi pagar ayu di pernikahan kakak perempuannya, dan juga membantu keluarganya di resepsi ala rumahan yang tanpa EO dan berlangsung sampai sore. Sehingga selepas maghrib Dinda tidur begitu saja setelah membersihkan make-up dan berganti baju. Terlewat makan malam, gadis cilik itu sekarang bangun dengan perut lapar.

(Episode 11) Pesta di Akhir Pekan : Akhir Dari Akhir Pekan

“Hayu atuh kalo mau diterusin…” “Pindah aja yuk, jangan di sini” saran Asep sambil berdiri “Lho, kenapa emangnya?” “Yah, biar tenang aja hehe” Dinda akhirnya ikut berdiri menuruti saran Asep. Sebenarnya tujuan Asep biar yang lain tidak ada yang mengganggu mereka. Percuma dong sudah susah payah membuat Irma tepar dalam gelombang birahi kalau tiba-tiba ada yang lain ikut nimbrung. “Kita nyari kamar aja yuk” Asep memegang tangan Dinda dan mulai berjalan menjauhi yang lain “Di kamar atas aja yuk, kasurnya gede sama pemandangannya bagus” usul Dinda “Wah boleh juga tuh”