Skip to main content

Pulau Putri Duyung

Matahari bersinar di pantai berpasir putih saat gelombang laut mendorong lembut sebuah sekoci ke tepi pantai. Satu-satunya penumpang yang ada di sekoci itu terbangun ketika lunas perahu terhentak menyentuh tanah. Tom menoleh ke kanan dan ke kiri, dia nampak kehilangan arah. Pikirannya dengan bingung mencoba menebak-nebak telah berapa lama ia terapung-apung di laut lepas, dia juga tidak punya bayangan di mana ia sekarang berada. Yang dia tahu adalah bahwa hanya keajaiban yang membuatnya masih tetap hidup.



Tom hanya bisa mengingat badai besar yang melanda kapal yang ia tumpangi, dan bagaimana di tengah-tengah kekacauan itu kapal mulai banjir dan tenggelam. Beruntung Tom cepat melompat ke sebuah sekoci kecil yang hanya muat untuk lima orang sebelum badan kapal terpisah dan patah menjadi dua. Tidak ada orang yang ikut bersamanya, semuanya lebih sibuk berteriak dan berlarian panik daripada berpikir jernih seperti dirinya.

Tom sedih begitu melihat orang-orang luruh berjatuhan ke laut lepas, namun dia sama sekali tak dapat berbuat apa-apa. Kalau nekat menolong, bisa-bisa dia ikut terhisap ke reruntuhan kapal yang masih meronta-ronta, dan pasti nyawanya akan bernasib sama seperti mereka. Maka, sambil menyaksikan lautan hitam menelan kapal, dia mencoba untuk mendayung menjauh.
Namun itu pun masih belum cukup karena badai yang masih mengamuk mengguncang-guncangkannya keras. Gelombang sebesar gunung menghantam sekocinya dan melempar-lemparkannya bagai air di atas daun talas. Tom kehilangan keseimbangan, dan dia sudah pesimis akan bisa selamat. Sampai sekoci tiba-tiba miring ke kanan, membuatnya meluncur dengan kepala terlebih dahulu. Tak sempat berpegangan, kepala Tom dengan telak menghantam lantai kayu. Tanpa sempat berteriak, dia pun pingsan.
Sekarang, sambil duduk di atas kehangatan pasir, Tom dengan hati-hati menekan benjolan di atas kepalanya. Dengan muram dia memandang sekeliling. Sepertinya dia berada di sebuah pulau berair biru jernih, pantai yang berpasir lembut, serta hutan hijau subur yang tumbuh di depan sana. Semuanya nampak tenang, senada dengan semilir angin yang menggemerisik lembut di antara pohon-pohon palem.
Untuk sesaat Tom mengagumi keindahan surga tropis ini sebelum ia mulai khawatir dengan masalahnya. Perutnya melilit lapar, jadi dia harus segera menemukan makanan. Atau air. Atau kedua-duanya.
Maka setelah menyimpan sekoci di rerimbunan semak, Tom segera memutuskan untuk mulai mencari. Dia pergi ke hutan untuk menjelajahi pulau yang nampaknya tak berpenghuni itu.
Hutan yang tadinya terlihat jarang, ternyata berubah menjadi lebat begitu dia masuk semakin dalam. Bahkan tak lama, Tom sudah tersesat. Namun dia terus berjalan semakin jauh dan mulai menyadari betapa besarnya tempat ini. Dedaunan rimba memang melindunginya dari sinar matahari, tapi dia merasa semakin haus dan lapar. Tenaganya dengan cepat terkuras. Ditambah kelembapan hutan yang sungguh menyiksa, Tom sudah hampir memutuskan untuk menyerah ketika ia tiba-tiba mendengar suara air menggemericik lembut di depan sana.
“Aku selamat!” berseru kegirangan, Tom segera meloncat dan hanya sebentar saja, ia sudah berjarak semakin dekat dengan sumber suara.
Tom tersenyum bagai orang gila ketika mendapati dirinya muncul di sebuah sungai kecil yang berasal dari air terjun kecil yang mengalir deras. Tanpa membuang waktu, dia langsung berlutut dan meneguk air sebanyak-banyaknya. Segar, air tawar itu terasa dingin dan bersih. Tom juga memercikkan beberapa tetes ke wajah dan lehernya untuk mendinginkan diri dari panas dan keringat.
Dan tepat saat itulah ia mendengar sesuatu. Pada awalnya Tom hanya mendengar deru air terjun yang menabrak bebatuan, tapi semakin diperhatikan, dia bisa mendengar suara-suara percikan yang diselingi oleh tawa manusia, yang sepertinya adalah perempuan.
Dengan berhati-hati, Tom berjalan mendekat. Dia penasaran sekaligus juga ketakutan. Sambil berdiri di belakang batu-batu besar, Tom kini bisa mendengar lebih jelas. Tidak diragukan lagi, itu memang suara perempuan. Memanjat sedikit, dia pun mengintip. Dan apa yang ia lihat selanjutnya adalah pemandangan yang paling indah dalam seumur hidupnya.
Di sana memang ada perempuan. Bahkan tidak cuma satu, tetapi tiga. Mereka mandi dan bermain di bawah air terjun. Ketiganya adalah wanita-wanita paling cantik yang pernah dilihat oleh Tom, bahkan lebih cantik daripada selebriti atau model-model yang ada di majalah.
Ketiganya memiliki tubuh yang luar biasa indah, dengan kulit putih mempesona, pinggang tipis yang lebar dan datar, juga perut kencang, tapi yang terbaik dari semuanya adalah bulatan payudara mereka. Masing-masing dari wanita itu memiliki payudara besar yang terlihat begitu bulat dan padat, dengan puting merah muda mungil yang sepenuhnya tegak untuk dapat dilihat dengan begitu jelas.
Duduk di batu paling jauh, adalah perempuan berambut merah. Dia berdiri di bawah air terjun, membiarkan air mengalir ke seluruh tubuhnya yang telanjang. Sementara dua lainnya, berambut cokelat dan hitam, duduk lebih dekat dengan posisi Tom mengintip. Mereka memercikkan air satu sama lain, tertawa dan memekik gembira, tanpa merasa curiga sedikit pun. Ketiganya memiliki rambut panjang yang menjuntai hingga ke pinggang.
Tom terus mengintip, dengan penis mulai ngaceng tentunya. Dia melihat bahwa perempuan-perempuan ini nampak cukup ramah, dan setelah menimbang-nimbang sejenak, dia pun memutuskan untuk meminta bantuan kepada mereka. Sepertinya wanita-wanita itu adalah penduduk asli pulau ini.
Namun belum sempat Tom berkata, si hitam tiba-tiba terjun ke dalam air. Alih-alih menampakkan sepasang kaki indah seperti yang Tom bayangkan, di pertemuan pinggul dan pahanya malah membentuk sesuatu semacam sirip, yang di ujungnya dihiasi selaput biru gelap. Sebuah ekor ikan!
Belum hilang kekagetannya, Tom kembali dibuat terpana saat si cokelat ikut-ikutan turun berenang sambil mengibas-ngibaskan ekornya yang berwarna oranye cerah. Di bawah air terjun, ekor hijau si rambut merah muncul dari dalam air saat ia berbalik untuk melihat kedua temannya.
Mereka adalah putri duyung!
Tom menyaksikan dengan shock. Beberapa kali dia mengucek-ngucek mata, sama sekali tak bisa percaya dengan penglihatannya. Namun mereka benar-benar nyata, mewujud tepat di depan matanya. Masih tetap kaget, Tom terus mengintip memperhatikan.
Ketiga perempuan cantik itu memiliki ekor mulai dari pinggul hingga ke ujung sirip utama, ukurannya lebih panjang dari tubuh bagian atas mereka. Sisik-sisiknya nampak berkilauan di bawah sinar matahari, indah sekali. Sirip kecil mengapit sisi-sisi luar yang seharusnya adalah paha, dan terletak tepat di tengah-tengahnya, ada sebuah lubang mungil yang berwarna cokelat kemerah-merahan. Belahannya nampak jelas, dan Tom tak mungkin salah menebak.
Apakah itu kemaluan? pikirnya sambil mencoba melihat lebih jelas.
Tapi saat dia melongokkan kepala, batu yang dijadikannya pijakan tiba-tiba longsor ke bawah dan jatuh ke dalam air dengan bunyi percikan keras. Ketiga putri duyung langsung menoleh dan melihat ke arahnya. Tom yang kebingungan mencoba untuk bersembunyi, tapi dia malah terpeleset dan jatuh ke depan. Dia meluncur ke arah sungai dengan bagian belakang kepala menghantam bebatuan ketika mendarat.
Rasanya sakit sekali. Tapi sebelum pingsan, Tom sempat melihat salah satu putri duyung datang ke arahnya dan meskipun ia tidak bisa merasakan, Tom merasa tubuhnya diangkat perlahan-lahan dari permukaan sungai dan diseret menuju ke tepian.

Ketika terbangun, Tom menyadari dia berada di sebuah gua kecil. Pelan ia mengangkat kepala dan melihat cahaya bersinar dari pintu masuk, beberapa meter di depannya, tertutup oleh deru air terjun. Tom menduga, ia pasti berada di balik air terjun sekarang. Saat berusaha menyandarkan diri ke lantai batu yang terasa halus, Tom tiba-tiba teringat pada tiga putri duyung. Ah, benarkah semua itu? Apakah mereka benar benar nyata, atau apakah ia cuma membayangkannya saja?
Tom mulai bertanya-tanya bagaimana ia bisa berada dalam gua ini saat sesuatu muncul dari dalam air beberapa meter di depannya. Tom langsung meloncat kaget, ia  mundur beberapa langkah ke belakang hingga menabrak dinding gua. Bernapas sedikit cepat, Tom melihat bahwa yang muncul itu adalah kepala ketiga putri duyung yang ia lihat sebelumnya. Si rambut merah yang berada di tengah, nampak mulai berbicara, tapi Tom tidak bisa mengerti apa yang ia katakan. Melihatnya tidak menjawab, putri duyung  itu nampak bingung dan berbicara lembut kepada teman di sampingnya. Tom memutuskan untuk mencoba mengatakan sesuatu.
"Ah, halo. Maaf, Aku tidak bermaksud mengganggu kalian. Kapalku karam dan aku hanya mencoba untuk mencari bantuan."
Ketiga putri duyung kembali menatapnya dan tiba tiba, secara mengejutkan, si rambut merah menjawab perlahan dalam bahasa yang kali ini bisa dimengerti oleh Tom, namun dengan aksen yang sedikit aneh.
"Kamu sendirian?"
Tom menjawab tergagap, "Y-ya! Hanya aku yang s-selamat!"
"Jangan takut. Kami tidak akan mencelakaimu."
"Kalian mau membantuku? Aku hanya ingin-"
"Hei, bukan. Sebenarnya, kamu yang bisa membantu kami. Karena nasib nampaknya telah membawamu ke sini."
Saat itulah ketiga putri duyung naik ke atas air untuk mengungkapkan seluruh tubuh telanjang mereka, Tom hanya bisa duduk terpesona memandanginya. Dia bisa melihat air menetes dari kulit mereka yang sehalus pualam, meluncur di payudara indah mereka, turun ke perut datar dan ke sepanjang pinggul yang meliuk indah saat ketiganya bergerak maju dan mencapai tepi air.
Bersimpuh di atas lantai batu, Tom dapat jelas melihat ekor mereka yang berbentuk ikan. Benda itu nampak berkilauan seperti permata dengan sisik lebar lebar dan sirip semi-transparan meruncing di ujungnya yang mengepak-ngepak lembut. Ketiganya berusaha duduk tegak dengan menyangga tubuh mereka menggunakan tangan, membuat bulatan payudara mereka jadi menggantung indah. Tak berkedip Tom menatap, memperhatikan air yang mengalir di sepanjang putingnya yang mungil dan bulat.
"Emm... a-apa maksudmu? Bagaimana aku bisa membantu kalian?" kata Tom.
Bukannya menjawab, ketiga putri duyung itu malah merangkak lebih dekat. Mereka tersenyum dan tanpa sungkan memamerkan tubuh telanjang mereka yang separuh manusia separuh ikan. Tom bisa melihat bahwa ketiga putri duyung itu bersaudara, wajah mereka nampak mirip dengan pipi kemerahan, bibir penuh yang sensual, serta hidung mancung yang menggemaskan.
"Belum pernah ada manusia yang menginjakkan kaki di pulau ini,” kata putri duyung berambut hitam. “dan menemukan keberadaan kami.”
“Biasanya kami cukup pintar menjaga diri,” dukung si merah. “sampai kau datang hari ini.”
“Maaf, aku juga tidak menyangka bakal melihat putri duyung,” Tom berkata.
Si rambut cokelat tersenyum. “Putri duyung hanya nama pemberian manusia, sedangkan nama kami yang sebenarnya sangat sulit diucapkan oleh suara manusia."
"Kami selalu menjaga jarak dengan kalian,” si merah berkata. “meski sesekali kami muncul di pantai untuk menggoda manusia.”
"Dan kalau itu terjadi, biasanya kami punya maksud... tertentu," putri duyung hitam menekankan kata terakhir dengan seringaian kecil di bibirnya yang tipis. Dua saudaranya kini merangkak ke kaki Tom, sambil mata mereka tidak pernah berhenti memperhatikan.
"Maksud tertentu apa?" Tom bertanya sambil menatap setiap putri duyung bergantian.
 Matanya mengembara memperhatikan tonjolan buah dada mereka yang  bergoyang indah, juga lengan mereka yang kencang akibat kebanyakan berenang, dan sepertinya ada selaput tipis di antara sela jari-jari panjang mereka yang mungkin untuk membantu saat berenang.
"Singkatnya begini," kata si rambut merah yang duduk paling dekat dengan Tom.
Bukannya senang, Tom malah tidak berani bergerak, bahkan saat kulit mereka mulai saling menyentuh. Dia bisa merasakan air menetes dari percikan rambut perempuan itu, juga kehangatan payudaranya yang hanya berjarak se-inci dari lengan kanannya.
"Kami menyelamatkan orang orang yang hilang di laut,” lanjut si rambut merah. “dan setelah kami mengambil apa yang kami butuhkan, kami kembalikan mereka ke daratan."
"Ambil? Apa yang kalian ambil dari orang-orang itu?" Tom bertanya, dengan wajah si rambut merah hanya berjarak sejengkal dari wajahnya. Dia bisa merasakan napas hangat perempuan itu saat menatap terpesona ke arah mata birunya yang bersinar lembut.
"Bukan apa-apa. Kami hanya mengambil benih mereka untuk menyambung keturunan. Kamu tahu, semua putri duyung adalah perempuan." katanya tanpa basa-basi sebelum mulai menekan bibirnya ke mulut Tom.
 Tom terkejut pada awalnya tapi kemudian balas mencium kembali, dan tampak seperti tak ingin kehilangan, bibir mereka pun terkunci rapat dengan lidah saling mengait dan mencicipi satu sama lain penuh rasa lapar. Bahkan saat bibir mereka akhirnya terpisah, Tom terengah-engah dalam kerinduan dan ingin merasakan lebih, namun sejuta pertanyaan terbentuk dalam pikirannya. Si rambut merah tersenyum penuh cinta dan seolah-olah mengetahui apa yang sedang terjadi, pelan pelan mulai menjelaskan.
"Kita tidak pernah melahirkan bayi laki-laki, semuanya adalah perempuan. Itulah kenapa, agar tidak punah, kami membutuhkan kehadiran seorang laki laki untuk membuahi telur kami yang sudah matang," katanya sambil meletakkan tangan ke perut kencang Tom. Sentuhannya yang dingin sungguh bikin merinding.
 "Dan saat itu kini telah tiba.” kata si rambut cokelat. “Kami tidak akan memaksa, tapi kami akan berterima kasih jika kamu mau melakukannya."
“Cukup sulit untuk mencari kapal yang tenggelam sekarang.” si rambut hitam berkata. “dua tahun kami menanti dan hanya kamu yang muncul.”
Tom tidak bisa mempercayai telinganya, "T-tunggu sebentar. Biar kuperjelas dulu... kalian ingin agar aku menghamili kamu masing-masing, benar begitu?"
"Ya," jawab si rambut merah dengan sorot memohon terlihat di mata birunya yang cemerlang. "Sebagai imbalannya, kami akan memberikan apa pun yang kamu butuhkan selama berada di sini. Dan begitu berhasil membuahi kami, akan kuantar kau kembali ke tempat asalmu dengan aman. "
Tom terdiam. Ia pandangi ketiga putri duyung itu bergantian untuk melihat kenyataan bahwa mereka menatapnya seolah-olah dia adalah sesuatu yang paling berharga di dunia. Maka sambil tersenyum, dia pun berkata, "Hanya orang bodoh yang mau menolak tawaran seperti ini,"
Si rambut merah tersenyum bahagia, "Mulai detik ini, tubuhku adalah milikmu. Tolong beritahu aku, siapakah namamu?"
"Tom! Namaku Tom."
"Aku Emily, Tom,” kata si rambut merah. “dan ini adalah saudaraku," dia menunjuk ke putri duyung berambut cokelat, "Elaina," dan ke yang hitam, "Elyon." Dua putri duyung itu juga telah merayap lebih dekat ke arah Tom, dan keduanya memiliki tatapan memuja sama seperti Emily.
Tidak membuang-buang waktu, Emily langsung mencium Tom lagi. Sementara Elaina bergeser ke kiri dan mengambil tangan Tom untuk diletakkan di atas salah satu gundukan buah dadanya yang membusung padat. Payudara itu terasa sangat lembut saat Tom mulai menekan jari-jarinya ke sana. Elaina mengerang lembut, mempersilakan Tom terus membelai dan meraba-raba, sementara Emily menciumnya dengan lebih semangat dari sebelumnya. Tom menangkup payudara Elaina yang lain, dan kembali meremasnya ringan berputar-putar bagai sedang mengaduk adonan kue.
Sementara itu, Elyon menyelipkan diri di antara dua saudara perempuannya untuk mulai membuka kancing kemeja Tom satu demi satu sebelum melanjutkan  menjilati dada laki laki itu. Dia juga menekan payudaranya yang berukuran besar saat ia bergerak lebih rendah dan lebih rendah lagih, menjilati dan menciumi kulit Tom dengan lembut sambil merangsang puting laki laki itu menggunakan jari-jarinya.
Akhirnya Elyon mencapai pinggang dan dia mendongak nakal saat perlahan-lahan mulai menarik celana pendek Tom hingga terlepas. Emily dan Elaina menunduk lapar begitu melihat apa yang Tom tawarkan kepada mereka, dan keduanya tidak kecewa.
Terangsang oleh ketiga putri duyung itu, penis Tom nampak telah berdiri tegak. Berdenyut begitu kaku dan besar, dengan pre-cum mulai mengalir keluar dari ujungnya yang tumpul. Tom merasa sudah sangat siap, bahkan dia bisa saja meledak saat ini juga.
"Lautan telah memberkati kita," Elaina tersentak sambil mencoba menyentuh kontol Tom dengan ragu-ragu.
“Hhhg...” Tom mengerang begitu penisnya tersentuh, dan semakin banyak pre-cumnya yang bocor keluar.
Elyon mendekat lalu mengambil ujung penis Tom ke dalam mulutnya, dia juga melarikan lidahnya perlahan dari pangkal batang hingga ke biji zakar. Perbuatannya itu mengirimkan sensasi geli yang bikin tubuh Tom menggigil, bahkan hingga ke tulang punggung.
"Kontolmu besar untuk ukuran manusia," kata Elyon.
"Ah, benarkah?" Tom mendesah dengan tangan mulai meremas-remas payudara putri duyung itu. Terasa sama lembutnya dengan milik Elaina, tapi lebih empuk sedikit.
Tidak menjawab, Elyon terus menjilat-jilat kemaluan Tom dan berusaha memasukkan semua ke dalam mulutnya. Dengan rakus ia mengulum sambil tangannya mulai mengocok-ngocok lembut.
Emily yang duduk di depan, nampak sesekali menelan air liurnya dan tertawa kecil melihat batang kemaluan Tom yang sedang asyik dinikmati oleh saudaranya. Dia menyingkap rambut merahnya untuk memamerkan kedua payudaranya yang membulat besar.
"Buah dadamu besar sekali, boleh aku pegang?" tanya Tom.
Emily hanya menganggukkan kepala, dan dibimbingnya tangan Tom agar mulai meremas-remas tonjolan payudaranya. Disuguhi tiga pasang dada terbukti tidak membikin Tom bingung, malah dia terlihat begitu menyukainya. Bergantian tangannya menyambar, beralih dari satu gundukan ke gundukan yang lain, meremas-remas lembut, juga memilin-milin putingnya yang mungil menggemaskan, sambil mulutnya berciuman dengan Emily dan Elaina secara bergantian, sedangkan Elyon masih asyik menjilat-jilat rakus di bawah sana.
Beberapa saat kemudian, barulah Elyon menarik kepalanya menjauh. Air liur nampak menetes-netes di sudut mulutnya, bercampur dengan cairan pre-cum Tom yang mengalir lambat.
Kini ganti Emily dan Elaina yang menunduk, dan bergantian mereka melakukan apa yang tadi dicontohkan oleh Elyon. “Hmm, penis besar. Pasti enak,” gumam Emily sambil terus menjilat.
“Besar dan panjang,” dukung Elaina yang lidahnya meluncur melingkar-lingkar di batang Tom yang sudah berubah menjadi tegak, licin, penuh oleh air liur, dan berdenyut penuh energi.
“Hhh...” Tom hanya bisa merintih keenakan saat kedua putri duyung cantik itu mengkombinasikan jilatan dengan membungkus kontolnya di antara payudara besar mereka. Keduanya menjepit dan meremas secara bersama-sama sambil terus menjilati ujungnya yang timbul tenggelam di antara belahannya yang sintal.
“Aughhh...” Tom mengerang dalam kenikmatan, merasa lebih dan lebih terangsang lagi.
Sementara itu, Elyon yang tidak kebagian tempat, kini berbaring miring. “Ayo, setubuhi aku!” rintihnya sambil menekuk pinggul dan sedikit menungging.
Dari tempatnya duduk, Tom dapat melihat jelas lubang cinta yang terletak di antara pertemuan pinggul dan ekor ikan. Elyon membuka celah kecil yang mengarah ke bagian belakang pantatnya itu menggunakan jari-jarinya, membiarkan Tom memandangi bagian dalamnya yang sudah basah kuyup.
“Silakan, lakukan kepadanya dahulu,” Emily segera menyingkir, diikuti oleh Elaina.
Dengan penis mengacung keras, Tom merangkak mendekati Elyon. Dia membungkuk dan secara mengejutkan mulai menjilati kemaluan putri duyung itu. Tom penasaran, bagaimanakah rasanya? Apakah sama seperti milik manusia pada umumnya?
Lidahnya mengecap rasa yang sedikit berbeda, agak asin dan amis, tapi sebagian besar terasa sama. Rakus dia mencicipi jus manis yang terus keluar dari kemaluan Elyon saat gadis itu mengerang dalam kenikmatan. Tom terampil bekerja dengan lidahnya, membuat Elyon yang jarang dijilat jadi merengek-rengek penuh kenikmatan.
“Aku juga mau yang seperti ini nanti,” bisik Elaina sambil membelai payudara Elyon untuk menambah rangsangan.
Elyon terus mengerang dan menggeliat dalam kesenangan. Apalagi saat Tom melarikan lidahnya ke lingkaran di sepanjang bibir vaginanya dan mencium klitorisnya dengan penuh kasih sayang. Dia pun berteriak dan menekan kepala Tom kuat-kuat ke arah vaginanya, bersamaan dengan cairan kenikmatannya yang menyembur deras. Tom terus menjilat, dan merasakan kalau cairan itu ternyata  manis dan hangat meski rasa asin masih tetap terasa, tapi selebihnya sungguh menyegarkan.
“Hhh... hhh...” Di saat Elyon masih berbaring di sana dengan terengah-engah, Tom segera bergerak untuk berpindah ke atas. Sambil meremas-remas dada Elyon yang bulat besar, dia bersiap-siap untuk menyetubuhi putri duyung itu.
Perlahan-lahan Tom mengarahkan penisnya ke celah Elyon yang sudah terbuka lebar. Ketika ditusuk, kemaluan itu ternyata sangat ketat, menjepit kuat, dan meregang kaku. Bahkan untuk sekedar memasukkan kepala penis saja, Tom kesulitan.
“Aghhh... dorong terus!” Elyon meminta. “Jangan berhenti! Dorong yang kuat!” Dia mencoba membantu dengan membuka belahan vaginanya lebih lebar lagi.
Tom mendorong. Rasa ketat masih tetap terasa, tapi sudah tidak seperti tadi. Memang ia bisa merasakan kemaluannya terjepit kuat saat ia menembus semakin dalam, tapi selebihnya ia mulai bisa bergerak maju mundur. Dan tak lama, penisnya sudah lancar meluncur keluar masuk di belahan vagina Elyon yang menggesek penuh nikmat.
Mereka berciuman, dan sambil tangan Tom meremas-remas bulatan payudaranya, Elyon mengerang penuh kegembiraan. Belum pernah ia bersetubuh dengan manusia hingga senikmat ini. Matanya tertutup saat Tom mulai mendorong lebih keras dan lebih cepat. Tubuhnya tegang saat berusaha untuk bertahan selama mungkin.
Saat asyik memompa di tubuh molek Elyon, Tom melihat  payudara Elaina menari dan memantul-mantul di depannya. Milik Emily juga sama. Keduanya sama-sama menghipnosis sambil mereka menatapnya penuh dengan cinta yang tulus. Tom segera menyambar dan meremas-remasnya gemas, menyadari beruntungnya dia bisa merasakan tubuh-tubuh indah itu meski hanya separuh ke atas yang berbentuk manusia.
Terus menggoyang, Tom memberi Elyon dorongan terakhir yang menembus hingga ke rahim saat dia memuntahkan spermanya ke dalam diri perempuan cantik itu. Elaina hampir pingsan saat merasakan penis Tom meledak dan mengisinya secara bertubi-tubi. Rasa panas dan lengketnya bisa ia rasakan dengan jelas, bercampur dengan cairannya yang sudah merembes sedari tadi.
Dengan ujung penis menyentuh mulut rahim Elyon, Tom membiarkan posisi mereka tetap seperti ini untuk sementara waktu. Sampai akhirnya orgasme mereka mereda dan tetes terakhir dari pejuhnya masuk ke dalam perut ramping Elyon.
Terengah-engah, Tom perlahan-lahan menarik kemaluannya yang sudah sedikit lemas. Vagina Elyon menjepitnya erat, masih tetap mencengkeram kuat, seperti tidak ingin lepas. Tom bergidik saat menyadari batang penisnya tidak bisa melewati leher rahim perempuan itu. Keduanya tetap melekat rapat, sama sekali tidak dapat terpisah dan ditarik keluar. Kalau didorong masuk masih bisa.
“A-apa ini?” tanyanya tergagap.
“Itu artinya, Elyon masih membutuhkan dirimu.” jawab Emily. “Jumlah spermamu belum cukup untuk membuahi telur-telurnya.”
“Gila! Tapi aku sudah keluar barusan,” Tom mencoba untuk menarik kembali, berusaha untuk membebaskan kemaluannya.
Tapi gesekan alat kelamin mereka hanya menciptakan rangsangan lebih lanjut yang disambut Elyon dengan memeluk punggung Tom erat-erat dan menariknya ke bawah sehingga muka laki-laki itu tertutup di antara gundukan payudaranya yang terasa begitu empuk dan lembut.
“Auwhh!!” Elyon menjerit saat penis Tom terasa kembali anjlok jauh ke dalam dirinya, dan Tom yang sadar kalau usahanya sia-sia, perlahan mulai menggoyangkan pinggulnya kembali.
Penisnya yang tadi sempat melemas, kini balik tegang lagi merasakan pijitan-pijitan kemaluan Elyon yang luar biasa nikmat. Genjotan itu mengirimkan gelombang kenikmatan pada diri mereka berdua, terutama bagi Tom yang wajahnya terbenam di antara gundukan payudara Elyon. Dia berhasil menemukan satu puting yang berwarna merah muda dan mulai menyusu di sana, sementara yang satu lagi ia goda dengan pijitan tangannya. Rangsangan itu kembali melajukan Elyon ke dalam ekstasi, bahkan sampai ekor ikannya meronta-ronta menyambut setiap dorongan Tom di celah kemaluannya yang sempit dan hangat.
Beberapa menit kemudian, Tom sudah tidak tahan ingin keluar. "Ahh... a-aku-" jeritnya tergagap.
"Keluarkan semua! Isi rahimku dengan milikmu!" sambut Elyon.
Hanya sedetik, sperma Tom pun memancar keluar. Jumlahnya masih sama banyak dengan yang tadi. Vagina Elyon menyambut dengan berkedut keras, memijit serta memerah penis Tom hingga ke tetesnya yang terakhir. Kemaluan itu nampak benar-benar lapar akan sperma laki-laki.
Dan seperti dimuntahkan, penis Tom tiba-tiba terlepas begitu saja. Sejumlah sperma kelihatan masih menetes-netes dari ujungnya yang tumpul, yang langsung disambar oleh Emily dengan menjilat-jilatnya rakus.
Selanjutnya perempuan itu bersiap-siap saat melihat penis Tom kembali ngaceng dan menegang kaku. “Hmm... memang tak salah kami memilihmu,” Dia berbaring miring menekuk kaki, memposisikan diri sama seperti Elyon tadi.
Tom segera membungkukkan badannya dan mulai menciumi serta menjilati liang kemaluan Emily yang sudah sangat basah. Rasanya tidak jauh berbeda dengan milik Elyon, meski tetap ada sensasi yang sedikit berbeda. Dia terus memainkan liang sempit itu dengan memasukkan salah satu jarinya ke sana, sementara tangannya yang lain meremas-remas gemas payudara Emily kiri dan kanan.
Tak butuh waktu lama, Emily sudah merengek manja. “Masukkan sekarang! cepat!”
Hanya bisa menurut, Tom langsung mengarahkan batang kemaluannya ke liang senggama perempuan itu. Dia mendorong dan hanya dalam satu kali hentakan, sudah masuk seluruhnya. Emily menggelinjang penuh kenikmatan, ekor ikannya menghentak-hentak saat Tom mulai menaik-turunkan pinggul, menggerakkan batang kemaluannya keluar masuk dengan leluasa di liang kewanitaannya yang sempit dan tak kalah ketat dengan milik Elyon.
Tak sampai sepuluh menit, mereka sudah tak kuat menahan orgasme. Tanpa bisa mencabut batang kemaluannya, Tom pun meledak di dalam rahim Emily. Spermanya yang kental berhamburan memenuhi lorong sempit yang kini berubah menjadi sangat basah itu karena Emily juga telah sampai di saat yang hampir bersamaan.
Seketika mereka terkulai lemas. Namun Tom kaget saat merasakan penisnya tiba-tiba didorong keluar. “Lho, hanya satu kali?” tanyanya heran, padahal dia sudah siap seandainya Emily meminta lagi.
Putri duyung itu mengangguk lemas. “Aku tidak mau serakah. Elaina masih membutuhkan spermamu.”
Merasa namanya disebut, Elaina buru-buru bangkit dan memeluk Tom mesra. “Tiga kali, itu yang aku minta. Apa kamu sanggup?” tanyanya sambil membelai penis Tom mesra.
Tidak dapat menolak, Tom pun hanya bisa mengangguk sebagai jawaban.

Comments

Popular posts from this blog

Pertukaran dua sahabat

Aku irwansyah, salah seorang artis yang cukup terkenal di ibukota, beberapa judul film telah aku bintangi, aku bersahabat baik dengan raffi ahmad yang juga seorang artis popular di negeri ini, aku sudah menikah dengan zaskia sungkar namun rumah tangga kami belum di karunia anak, sedangkan sahabatku raffi ahmad juga telah menikah dengan nagita slavina dan telah memiliki seorang putra.

(Bonus Part 2) Pesta di Akhir Pekan

Bonus Chapter: Eksekusi Dinda (Part 2: Main Course) Dinda Fitriani Anjani kecil yang masih duduk di bangku SMP terbangun menjelang tengah malam. Tadi siang dia bekerja keras menjadi pagar ayu di pernikahan kakak perempuannya, dan juga membantu keluarganya di resepsi ala rumahan yang tanpa EO dan berlangsung sampai sore. Sehingga selepas maghrib Dinda tidur begitu saja setelah membersihkan make-up dan berganti baju. Terlewat makan malam, gadis cilik itu sekarang bangun dengan perut lapar.

(Episode 11) Pesta di Akhir Pekan : Akhir Dari Akhir Pekan

“Hayu atuh kalo mau diterusin…” “Pindah aja yuk, jangan di sini” saran Asep sambil berdiri “Lho, kenapa emangnya?” “Yah, biar tenang aja hehe” Dinda akhirnya ikut berdiri menuruti saran Asep. Sebenarnya tujuan Asep biar yang lain tidak ada yang mengganggu mereka. Percuma dong sudah susah payah membuat Irma tepar dalam gelombang birahi kalau tiba-tiba ada yang lain ikut nimbrung. “Kita nyari kamar aja yuk” Asep memegang tangan Dinda dan mulai berjalan menjauhi yang lain “Di kamar atas aja yuk, kasurnya gede sama pemandangannya bagus” usul Dinda “Wah boleh juga tuh”