Skip to main content

(Episode 4) Pesta di Akhir Pekan : Hari Kedua

Tertidur dalam rasa lelah yang luar biasa, ingatan Asep melayang ke hari pertamanya bekerja. Asep sangat grogi waktu itu. Dia pernah ke perusahaan itu sebelumnya untuk interview, tapi tetap saja rasanya beda. Resepsionis yang cantik menyuruh Asep menunggu di lobi. Senyum manisnya tak mampu mengurangi grogi Asep. Lama menunggu, barulah ada orang dari HRD. Setelah menandatangani kontrak kerja dan sejenisnya, Asep lagi-lagi disuruh menunggu orang dari departemen yang akan ditempati oleh Asep. Diganti rasa kesal disuruh menunggu terus, grogi Asep mulai hilang. Dia mulai berpikir soal tujuan keduanya bekerja selain mencari uang: nyari jodoh. Resepsionis barusan cantik juga, tapi rasanya terlalu tinggi buat Asep. Realistis aja lah, pikirnya. Lebih baik dia mencari yang selevel. Mungkin ada tenaga kebersihan, penjaga kantin atau sejenisnya yang masih single dan lumayan untuk dipacari. Terlalu tinggi buat mengincar para karyawati perusahaan itu, mereka yang minimal sarjana itu mana mau sama Asep.
Asep masih larut dalam lamunan ketika seorang gadis menyapanya.



“Mas Asep Suryana ya?” tanya suara lembut itu
Asep menoleh, dan ia serasa melihat sesosok bidadari. Gadis yang menyapanya itu berkerudung tapi pakaiannya ketat (jilbab gaul lah istilahnya). Tubuhnya indah dengan tangan kaki ramping, dada ukuran sedang, tapi pinggulnya melekuk sempurna. Gadis itu berwajah cantik dengan dagu lancip, bibir tipis, dan hidung bangir. Matanya indah dengan bulu mata lentik dan alis lebat dengan lengkung sempurna.
“Eh, maaf…salah orang ya?” tanya gadis itu tersipu malu ketika Asep hanya bengong
“Oh bukan..eh, iya…eh maksud sayah…iyah saya Asep Suryana” jawab Asep gugup
“Ohh…kirain aku salah orang..ampir aja malu aku” ujar gadis itu sambil tersenyum manis
Cantik, pikir Asep
“Aku disuruh ngejemput Mas Asep dari sini ke ruangannya R&D”
“Oh iya, sayah tadi dibilang mas dari ha er de ditempatinnya di ar endi…eh ar endi itu apaan sih?” tanya Asep polos
Gadis itu hanya tertawa, setelah meyakinkan Asep bahwa nanti juga dia mengerti, mereka meninggalkan lobi menuju bagian R&D yang ternyata terpisah dari bangunan utama. Gadis manis berkerudung itu berjalan di depan sementara Asep mengikuti di belakang. Mata Asep mencoba untuk beralih dari pinggul dan pantat indah di depannya, tapi namanya juga laki-laki, percuma. Akhirnya mereka tiba di depan sebuah pintu di samping bangunan lain agak jauh dari bangunan utama.
“Nah, di sini Mas Asep”
“Oooh, ‘re-se-archhh en depelop-men’ itu toh singkatannya” ujar Asep polos membaca plang di atas pintu itu yang dibalas gelak tawa si gadis.
“Haha, iyah itu artinya. Udah ah, ayo masuk”
“Oh iya..mmm..belum kenalan nih” potong Asep
Gadis itu menepuk jidatnya “Iiya aku lupa hehe…”
“Dinda” ujarnya sambil mengulurkan tangannya
“Asep” jawab Asep sambil menjabat tangannya.
Halus. Lembut. Hangat.
“Udah tau kalee…”
“Haha oh iya…” giliran Asep yang menepuk jidatnya sendiri
Lalu Dinda membuka pintu. Tapi bukannya disambut oleh Bu Supervisor seperti yang diingatnya, Asep malah disambut oleh Dita, Eci, dan Irma yang semuanya telanjang bulat. Ketika Asep berbalik, dilihatnya Dinda sudah telanjang bulat juga. Semuanya tersenyum menggoda, dan perlahan bergerak mengepung Asep.
“Lho lho lho bentar nih…maksudnya a-“

Asep membuka matanya.

“…Oh. Cuman mimpi”

Tapi yang dia alami tadi malam bukanlah mimpi.

Asep terbangun bukan di kamarnya sendiri tapi di sebuah villa milik orangtua Irma. Tubuh-tubuh telanjang bergelimpangan di sekitarnya. Nuansa erotis masih terasa samar di ruangan itu, Asep tak bisa mendeskripsikannya tapi dia bisa merasakan.
Asep bangkit walau kepalanya sedikit berat. Entah berapa jam dia tertidur, langit di luar sudah terang. Sambil duduk, dia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi hari sebelumnya. Dia diajak Reza jalan-jalan ke Puncak bersama Jejen dan Ari. Mereka tidak pernah berterus terang dengan agenda kegiatan yang akan mereka lakukan. Lalu sesampainya di tujuan, ternyata empat karyawati di tempat Asep bekerja sudah ada di sana. Termasuk Dinda gebetan (rahasia) Asep. Sampai di sana, tidak terlalu aneh.

Lalu Jejen memberinya minuman misterius. Dan kemudian puncaknya jam 9, Eci dan yang lain memberi Asep kejutan. Tak pernah terpikirkan oleh Asep bahwa dia bisa melihat tubuh telanjang keempat rekan kerjanya itu. Dan tak hanya pemandangan itu yang dia dapat. Eci memasukkan Asep ke dalam klub rahasia mereka. Saat itu otak Asep tak bisa memproses semua informasi yang bertubi-tubi masuk, jadilah dia terseret masuk ke dalam situasi yang dia sendiri tidak pahami.
Pemandangan pertama yang dilihatnya sungguh mencengangkan. Dia melihat Dita, gadis paling pendiam dan alim diantara berempat, menungging dan merengek minta disetubuhi secara kasar. Permintaan Dita dikabulkan Jejen, teman Asep yang hitam dan buruk rupa, yang langsung main coblos membuat gadis manis berkulit putih mulus itu memekik nikmat.

Sewaktu Asep tahu bahwa para gadis itu rela tubuhnya dijamah oleh para lelaki yang bukan pasangannya, para lelaki yang secara kasta sosial lebih rendah dari mereka, itu saja sudah tidak masuk akal buat Asep. Lalu, setelah melihat para gadis itu yang memegang kendali, Asep jadi tambah bingung. Apa yang membuat mereka seperti itu? Dulu dunia terasa sederhana buat Asep. Yang nakal ya pasti kelihatan nakalnya. Yang alim, walapun ternyata punya sisi nakal ya paling tidak senakal yang betulan nakal. Tapi dunia yang dikenal Asep hancur berantakan malam ini. Dan syarat yang diajukan Eci seolah-olah memaksa Asep masuk ke dalam dunia itu tanpa boleh bertanya apapun. Lalu nanti setelah weekend ini berakhir, Asep akan ditendang keluar dan kembali masuk ke dunia yang dikenalnya; sekali lagi dengan larangan untuk bertanya.

Asep berpikir apakah Jejen, Reza, dan Ari juga punya segudang pertanyaan seperti dirinya, ataukah mereka tidak peduli – yang penting dapet memek gratis? Mereka terlihat santai, dan patuh dengan perintah Eci tanpa banyak protes. Mungkin karena mereka sudah sering, dan Asep baru pertama kali. Tapi Asep tak yakin dirinya akan terbiasa. Tidak sebelum pertanyaannya terjawab. Apalagi ada Dinda di sini. Gadis yang selama ini Asep diam-diam perhatikan. Asep mengira dirinya tahu segala aspek dari kehidupan Dinda: sifat-sifatnya, masa lalunya, keluarganya, dan hubungannya dengan pacarnya saat ini. Tapi ternyata ada rahasia yang baru Asep ketahui sekarang. Dan Asep baru sadar, dia memegang rahasia besar Dinda yang selain dia hanya 6 orang lain di villa itu yang tahu. Dia lebih tahu Dinda daripada pacar atau keluarganya sendiri. Asep tak tahu harus merasa apa.

Dan kebetulan malam tadi, Dinda lah yang pertama dia setubuhi. Mimpi yang terwujud. Tapi walaupun secara birahi terpenuhi, persetubuhan pertamanya dengan Dinda terasa kurang. Entah karena larangan Eci soal membawa perasaan, atau karena sejuta pertanyaan masih mengambang di benaknya. Berhasil menyatukan kelaminnya dengan milik gadis pujaan hatinya, Asep puas tapi juga merasa hampa. Dan dari situ, kegilaan berlanjut. Asep ingat betapa ia terbawa suasana sehingga malam itu sehingga setelah Dinda dia bisa mencicipi tubuh ketiga gadis yang lain sekaligus. Dita, Eci, dan akhirnya Irma. Betapa keempat gadis itu memberinya kenikmatan jasmani dengan memek dan teknik bercinta mereka yang berbeda-beda. Dan Asep pun terpana menyadari daya tahannya yang luar biasa malam itu. Dia bisa ereksi segera setelah ejakulasi, dan setiap ejakulasi dari total tiga kali, rasanya sama nikmatnya dengan sperma yang sama berlimpahnya. Entah karena efek jamu Jejen, atau memang dia sudah terbawa suasana.

Dan ngomong-ngomong soal ejakulasi…Asep baru ingat tadi malam dia memuntahkan air maninya dalam rahim Dinda dan Irma, tanpa perlindungan apapun! Asep terlalu bingung tadi malam sehingga dia tidak menyadari apa yang dia lakukan. Waduh! Gimana kalo salah satunya hamil? Kalau dua-duanya hamil? Dan kebetulan dua-duanya punya pacar, bisa dihabisin gue sama mereka!
Asep mengelap keringat dingin yang mengalir di jidatnya. Tenang Sep, tenang! Dia mencoba berpikir. Yang lain pun dengan cueknya crot di dalam para cewek itu tanpa peduli. Di ronde pertama semuanya kena crot di dalam. Di ronde kedua, memek Dinda dan Irma disembur oleh Jejen dan Ari. Lalu faktanya mereka bilang mereka sudah sering melakukan pesta ini. Dan para gadis itu juga tidak protes rahim mereka jadi tempat pembuangan peju Asep dkk. Melihat mereka yang memegang kendali, pastinya para cewek itu juga sudah mempersiapkan diri. Seperti para cowok dengan jamu Jejen, mungkin para cewek itu juga sudah meminum obat tertentu. Ketakutan Asep mulai hilang sedikit demi sedikit.

Asep menarik nafas mencoba menenangkan pikirannya, melupakan pertanyaan dan kecemasan yang masih bersarang di benaknya. Dia memandang sekeliling arena pertarungan semalam. Bagaikan medan perang setelah pertempuran selesai, ruangan itu begitu sunyi. Terlihat Ari tergeletak dengan Dita dan Dinda disebelahnya. Ketiganya bugil tentu, karena mereka semalam langsung tertidur setelah selesai threesome. Irma tertidur di atas sofa. Setelah menguras isi kontol asep semalam, Irma langsung ke kamar mandi meninggalkan Asep terlelap di karpet ruang tengah. Tapi Irma sepertinya tidak sempat berpakaian karena gadis itu tidur di sofa masih dalam keadaan telanjang bulat. Toh yang lain juga sama saja bugil. Di pojok lain nampak Eci yang tertidur di atas tubuh Reza. Kontol Reza walaupun sudah menyusut masih menempel dalam memek Eci. Jejen entah di mana.

Walaupun tubuh putih mulus Dita yang terlihat paling menggoda, Asep lebih fokus ke satu orang: Dinda yang terlentang agak jauh dari Dita dan Ari. Tubuh polosnya tergeletak begitu saja dengan kaki mengangkang memperlihatkan belahan memek pinknya yang begitu menggoda. Mengundang kontol siapapun untuk mencoblosnya. Dan ketika terlihat oleh Asep, kontolnya kembali menegang. Entah berapa lama efek dari jamu Jejen, tapi tanpa obat pun laki-laki normal akan ngaceng melihat pemandngan itu. Asep menelan ludah, ada dorongan kuat dalam dirinya untuk langsung menyumbat lubang merekah itu dengan batang kerasnya.
Tapi masa main coblos aja sih gua? Batin Asep
Lagi-lagi Asep teringat permainan malam sebelumnya. Semua teori tentang seks yang dia pelajari seolah-olah terlupakan malam itu. Tak ada foreplay, mood making dan persiapan lain. Semuanya, termasuk Asep sendiri main coblos langsung hajar, dan para gadis itu tidak keberatan. Bahkan mereka terlihat menikmati. Secara teori memang salah, pikir Asep. Mestinya ada tahapannya dulu. Tapi anehnya ada kepuasan tersendiri yang dialami Asep. Seolah, insting primitifnya sebagai lelaki yang dominan dalam bercinta bangkit. Dengan langsung hajar tanpa harus membuat basah lawan mainnya, seorang lelaki bisa menunjukkan dominasinya. Dipikir-pikir, buat lelaki tak perlu foreplay. Asal senjatanya sudah siap, bisa langsung dipakai kawin. Foreplay utamanya buat perempuan, untuk memancing mood dan birahi mereka. Juga agar kelamin mereka terlumasi sehingga siap menerima tamu yang akan datang.
Nah kalau mereka para wanita sudah gatal minta langsung dicoblos, ya apa salahnya?

Masalahnya sekarang Dinda masih tidur. Mungkin dia akan marah kalau Asep langsung menyetubuhinya tanpa persetujuan. Tapi pemandangan itu begitu menggoda. Kontol Asep sudah begitu keras. Keinginannya untuk langsung menusukkan senjatanya ke lubang nikmat Dinda sudah tak bisa dibendung lagi.
Cukup ah mikirnya, pusing gua; Asep mengambil keputusan: dia akan menerima undangan memek itu. Dihampirinya Dinda dan segera diarahkannya kontol saktinya ke dalam memek Dinda.
“Mmmhhmm..” Dinda menggumam pelan dengan mata masih terpejam saat kontol Asep menusuk memeknya
Asep diam merasakan jepitan hangat dan basah memek Dinda untuk beberapa saat sebelum dia mulai menggerakkkan kontolnya pelan-pelan. Pompaan kontol di memeknya membuat Dinda terbangun. Dia membuka matanya dan menatap Asep sayu.
“Ah, Asep iih..nyoblos teu bilang-bilang” desahnya sambil tersenyum
“Hehe, sori ya Nda”
“iiya..terusin sep” rengek Dinda lirih sambil kembali memejamkan matanya
Asep lega Dinda tidak protes Asep mencoblosnya begitu saja. Asep menjawab permintaan Dinda dengan menaikkan tempo genjotannya walaupun masih dengan gerakan lembut. Mengingat keduanya baru bangun, dan juga karena Asep tidak ingin membangunkan yang lain.

Dinda mendesah “ah” dan “mmh” pelan berulang-ulang dengan mata masih terpejam. Asep begitu menikmati persetubuhan yang syahdu ini. Tak seintens sebelumnya tapi terasa lebih nikmat. Dibayangkannya hanya ada dirinya dan Dinda di situ, tanpa ada yang lain termasuk Eci yang selalu cerewet mengingatkan untuk tidak membawa perasaan.
Asep menggenjot memek Dinda dengan penuh perasaan, penuh cinta di setiap tusukan kontolnya. Dan memek Dinda seolah memeluk kontolnya dengan hangat dan mesra.
“Seeep…” Dinda menggumam lirih
“Iya knapa Da?”
“Kontolnya gesekin ke kiri dikit…”
“Di sini?”
“Ahh..iiya trus..gesekin situ sep..”
Dinda membimbing Asep untuk menggaruk bagian memeknya yang paling sensitif, dan begitu Asep bisa memenuhinya tanpa kesulitan, lenguhan Dinda semakin keras.
“Aaahh, iiyaaa…enak banget…aduhh..hhhhmmmhhhh”
Erangan manja Dinda membuat Asep tambah semangat
“Anto aja gak bisa nyampe ke situ…” gumam Dinda menyebut nama pacarnya
Tahu dirinya bisa memberi kenikmatan lebih dari pacar Dinda membuat Asep tambah semangat
“Aahh, Aseeeppp…”
“Iya Dinda…”
“Akhu mau nyampee..mmfffhhh” lenguh Dinda makin keras
Dinda menjerit lirih sambil menggenggam tangan Asep dengan keras. Tubuhnya menggelinjang dan tersentak-sentak. Kedutan di memeknya membuat kontol Asep serasa diurut, persis seperti yang dilakukan memek ajaibnya Dita.
“Enak?” tanya Asep penuh perhatian saat orgasme Dinda selesai
Dinda hanya melirik Asep dengan matanya yang indah itu sambil tersenyum kecil dan mengangguk pelan.
“Asep belum keluar ya?”
“Iya sih, belum..”
“Sini aku sepongin aja”
Asep sebenarnya ingin melepas pejunya dengan penuh cinta dalam memek Dinda, tapi dia tidak memaksa. Begitu Asep melepas kontolnya dari lubang memek yang basah milik Dinda, gadis asli Sunda itu bangkit dan segera merangkak mendekati kontol Asep. Diciumnya ujung kontol Asep yang berlumur cairan cintanya sendiri.
“Makasih ya tol udah bikin aku enak hihi”
Dan slurp! Hilanglah kontol Asep dalam mulut Dinda. Dengan cekatan Dinda mengulum kontol Asep bagai lolipop. Permainan mulut dan lidah Dinda membuat Asep kelabakan. Tak berapa lama cairan kental menyembur dari kontol Asep langsung ke dalam mulut gadis pujaan hatinya itu. Dinda membiarkan kontol Asep berhenti berkedut dan mengeluarkan isinya dulu. Kemudian tanpa canggung Dinda menggunakan lidah dan bibir tipisnya untuk membersihkan kontol Asep dari segala macam cairan yang menempel di situ.

Dinda memandang Asep sambil tersenyum, lalu dia membuka mulutnya memperlihatkan peju Asep di dalamnya. Dan dengan ekspresi binal dia menelan seluruh cairan kental itu dengan sekali teguk. Asep terpana melihat keliaran gadis yang sehari-harinya alim itu.
“Dari kemarin aku belum nelen peju, hehe, makasih yah Sep” ujar Dinda santai
Asep sesaat merasa bahagia, tadi malam dia masih grogi dan bingung jadi dia tidak bisa mengingat detil persetubuhan pertamanya dengan Dinda. Tapi barusan, dia bisa merasakan nikmatnya bercinta dengan orang yang dia kasihi. Tak seintens sewaktu dengan Irma tadi malam, tapi yang ini jauh lebih nikmat. Seandainya hanya ada mereka di situ, mereka akan melewatkan seharian berdua; makan berdua, mandi berdua…Dengan asumsi Dinda juga punya perasaan yang sama dengannya. Sekarang, bisa jadi Dinda masih menganggap Asep sama seperti yang lainnya: hanya sebagai alat pemuas nafsu. Sadar perasaannya hanya sepihak, Asep kembali galau. Ibarat terbang tinggi sebentar lalu kembali jatuh ke tanah.

“Iiih kalian, pagi-pagi udah ngentot aja gak ngajak-ngajak ah” tegur Eci tiba-tiba mengagetkan mereka
“Udah siang gini kali mbak” tukas Dinda santai
“Udah terang yaa..eh, Asep kok gak sama aku siiihh” rajuk Eci
Asep nyengir “Waduh mbak, tadi saya liat mbak masih nempel gitu deh sama si Reza hehe”
“Yah, sep, coblos mah coblos aja. Ato mau lubang yang ini tinggal coblos aja” goda Eci sambil menggoyangkan pantatnya yang bahenol tanpa malu membuat Asep rada jengah.
“Biasanya kalo kita pesta nginep gini, mbak Eci yang duluan bangun” jelas Dinda
“Iiya dongs, ngentot pagi-pagi tuh rasanya ser ser gitu hahahaha” timpal Eci dengan heboh
Asep ikut tertawa walau dalam hati perasaannya berkecamuk. Apakah setelah hari ini dia bisa memandang para gadis rekan kerjanya itu dengan perasaan yang sama? Ataukah imej Dita, Irma, Eci, dan Dinda yang alim di kantor selamanya akan terganti dengan imej wanita haus seks yang tak malu untuk nungging dan memohon untuk dientot? Syarat pertama yang diajukan Eci ternyata lebih berat yang dia duga.

Asep memutuskan untuk tidak memusingkan hal itu dulu sekarang. Dia berdiri dan melangkahkan kaki ke arah kamar mandi. Tapi belum juga sampai ke sana, Asep mendengar suara dari dapur.
Dilihatnya Jejen sedang menggenjot tubuh Dita dari belakang. Gadis itu bertumpu pada meja makan dan sedang berusaha mengoles mentega ke roti tawar. Tentu usahanya sia-sia karena genjotan Jejen merusak konsentrasinya. Sedangkan di sebelah kiri Jejen tampak Irma berdiri dengan sebelah kakinya berpijak ke kursi meja makan. Dua jari tangan Jejen tampak keluar masuk memek Irma yang mengangkang dengan cepat. Sementara si pemilik memek asyik memagut bibir pria buruk rupa yang sedang menyetubuhi sahabatnya.
Tampaknya kedua gadis itu bangun saat Asep sedang memadu nafsu dengan Dinda tadi. Asep sudah kebelet jadi dia tidak terlalu mempedulikan mereka.
Suara orang-orang itu terdengar sampai kamar mandi, mengiringi Asep yang sedang kencing di sana.
“Ahh Mas Pepeeen…aku lagi bikin roti” desah Dita
“Cluurpp…Iiyah nih Mas Jejen, liat Dita lagi nungging langsung maen coblos aja” bela Irma
“Mana coloknya ke situ lagi…mhhh” tambah Dita
“Tapi situ seneng pan disodomi heuheu?” goda Jejen yang membuat Asep nyaris terpeleset di kamar mandi mendengarnya
“Iiya…hehe…enak juga…aduuhhhh…”
Waduh, ternyata Dita juga memang sudah tidak perawan pantatnya, pikir Asep. Dan Jejen memang spesialis pantat, sesuai tampangnya.
***
Mereka makan siang bersama di sebuah restoran. Asep merasa aneh melihat para gadis itu kembali berpakaian dan berdandan rapi, setelah semalaman dibombardir pemandangan tubuh telanjang mereka yang banjir keringat. Semuanya bersikap normal, seperti yang Asep kenali sehari-hari. Padahal tadi malam mereka berpesta birahi seperti binatang. Ekspresi para gadis yang begitu menikmati disetubuhi oleh para lelaki yang bukan pasangan mereka tak bisa hilang dari ingatan Asep. Jilbab mereka yang sampai acak-acakan dan basah oleh keringat sekarang begitu manis, bersih, dan rapi. Begitupun tubuh bugil mereka yang tadi malam Asep sentuh sekarang rapat terbungkus. Yang beda hanyalah cara jalan Eci yang sedikit mengangkang. Maklum, habis digenjot depan belakang sampai lewat tengah malam.
“Mbak, abis ini ada games lagi?” tanya Irma sambil menyeruput minumannya
“Ow iya dongs, aku punya ide, trus Ari juga punya ide” jawab Eci
“Tumben lo bisa mikir Ri!” ledek Reza yang hanya dibalas Ari dengan nyengir kuda
“Sep, punya ide juga?” tanya Dinda tiba-tiba membuyarkan lamunan Asep
“W-wah, kalian juga tau lah gua mah bukan tipe kreatip…”
“Yaa kirain punya ide gitu anggota baru, hehe” senyum Dinda membuat salah tingkah
Ide gua mah pengennya ngentotin kamu seorang selamanya gak pake yang lain, batin Asep

Begitu kembali ke villa, Asep masih mengunci pintu gerbang ketika didengarnya suara heboh Eci
“Rezaaa ambilin karpet yang di gudang! Cuacanya cerah jadi kita main di luar!”
Hah? Pikir Asep, di luar?
Benar saja, setelah Asep menembus rumah menuju halaman belakang yang cukup luas, dilihatnya Reza dan Jejen sedang menggelar karpet tipis di atas rumput. Sedangkan para gadis dengan cueknya menelanjangi diri.
“Mas Asep gerbangnya udah dikunci?” tanya Irma yang payudaranya sudah menghirup udara bebas
“Sudah Mbak, ini kuncinya…”
“Simpen aja di situ”
Seperti tadi malam para gadis itu telanjang bulat tapi masih menyisakan jilbab. Asep yang masih bengong ditegur Ari.
“Sep! Hayu, geus pada buligir yeuh!”
“Ini beneran nih maen di luar? Gak takut ketauan apa?” tanya Asep
“Moal atuh Sep, noh liat temboknya tinggi gitu, trus gak ada villa lain di sekitar,’
“Ah tapi masih was-was gua mah…”
“Tenang Sep, udah sering kita mah kalo lagi gak hujan…” Ari meyakinkan Asep

Masih ragu, Asep melangkah ke arah karpet. Di sana, para maniak seks itu sudah mulai saling menggoda satu sama lain. Asep cemburu melihat Dinda digerayangi Reza. Gadis pujaan hati Asep itu tertawa-tawa senang sambil sesekali mendesah saat Reza memeluknya dari belakang dan memainkan puting susunya.
“Mbak Eci, minta jatah waktu bebas satu ronde dulu dong” tawar Reza
“Kenapa sih Reza, kalo males ikut games lagi tenang aja, sekarang ada hadiahnya” balas Eci yang sedang mengocok kontol Ari
“Bukan gitu mbak, saya belom dapet jatah nih tadi pagi. Noh si Asep ama Jejen udah, mana si Jejen maruk lagi ngegarap dua orang pagi-pagi” Jejen yang sedang mengobel memek Irma hanya nyengir
“Gua juga belom” timpal Ari
“Hmmm…Ya udah satu ronde aja ya, trus kita mulai gamesnya…Ri ayo sama aku” Eci menyetujui proposal Reza, sambil menggamit tangan Ari dan membawanya ke pojok halaman
“Yes! Ayo Dinceu, gua crotin di dalem ya, tadi malem kan belom” ujar Reza sambil semakin agresif menggerayangi tubuh Dinda
“Haha, nafsu banget sih ama gue, hayoh sok weh crot di dalem. Yang banyak siah” jawab Dinda santai

Asep semakin cemburu. Sial, rutuknya, kalah cepat sama Reza. Tapi kalau dia terus memonopoli Dinda, yang lain bisa curiga.
“Mas Asep…”
Asep baru sadar dari tadi ada yang menggengam tangannya. Dita tersenyum manis di sampingnya sambil menatap mata Asep dengan mata sipitnya.
“O-Oh iyah Mbak? Mau maen sama sayah?”
Dita tidak menjawab pertanyaan Asep, tapi gadis itu tiba-tiba memeluk Asep. Sedikit berjinjit (karena tubuhnya sedikit lebih pendek dari Asep) Dita berbisik di telinga Asep.

“Aku tau kok kalo Mas Asep suka sama Dinda”

Bersambung

Comments

Popular posts from this blog

(Episode 11) Pesta di Akhir Pekan : Akhir Dari Akhir Pekan

“Hayu atuh kalo mau diterusin…” “Pindah aja yuk, jangan di sini” saran Asep sambil berdiri “Lho, kenapa emangnya?” “Yah, biar tenang aja hehe” Dinda akhirnya ikut berdiri menuruti saran Asep. Sebenarnya tujuan Asep biar yang lain tidak ada yang mengganggu mereka. Percuma dong sudah susah payah membuat Irma tepar dalam gelombang birahi kalau tiba-tiba ada yang lain ikut nimbrung. “Kita nyari kamar aja yuk” Asep memegang tangan Dinda dan mulai berjalan menjauhi yang lain “Di kamar atas aja yuk, kasurnya gede sama pemandangannya bagus” usul Dinda “Wah boleh juga tuh”

Pertukaran dua sahabat

Aku irwansyah, salah seorang artis yang cukup terkenal di ibukota, beberapa judul film telah aku bintangi, aku bersahabat baik dengan raffi ahmad yang juga seorang artis popular di negeri ini, aku sudah menikah dengan zaskia sungkar namun rumah tangga kami belum di karunia anak, sedangkan sahabatku raffi ahmad juga telah menikah dengan nagita slavina dan telah memiliki seorang putra.

(Bonus Part 2) Pesta di Akhir Pekan

Bonus Chapter: Eksekusi Dinda (Part 2: Main Course) Dinda Fitriani Anjani kecil yang masih duduk di bangku SMP terbangun menjelang tengah malam. Tadi siang dia bekerja keras menjadi pagar ayu di pernikahan kakak perempuannya, dan juga membantu keluarganya di resepsi ala rumahan yang tanpa EO dan berlangsung sampai sore. Sehingga selepas maghrib Dinda tidur begitu saja setelah membersihkan make-up dan berganti baju. Terlewat makan malam, gadis cilik itu sekarang bangun dengan perut lapar.