Skip to main content

Antara PK, Akhwat, dan pare berotot (ending)

Pov Zulfikar
Wuahhhh… capek juga ternyata padahal sudah naek pesawat gimana kalo jalan kaki? Bisa gempor nih kaki. Tiba dibandara ane putuskan naek ojek aja untuk sampe ke rumah. Sampe dirumah mama baru pulang ngajar dan masak makanan kesukaan ane yaitu gulai Tempoyak Ikan Gabus. Rasanya hemm… juara men gak kalah dengan masakan restoran khas palembang.
Bagi yang belum tahu gulai Tempoyak ane jelasin dikit ya. Gulai Tempoyak itu salah satu makanan khas Sumsel lebih tepatnya dari suku Melayu, gak salah kalau Siti Nurhalizah menjadikannya sebagai salah satu makanan favoritnya. Salah satu bahan utamanya adalah daging buah durian matang yang di simpan dalam waktu lama hingga keluar aroma dan rasa asam dari daging buah durian warnanya pun berubah menjadi kekuningan. Biasanya kalo musim durian saat yang tepat untuk membuat bahan Tempoyak.



Sorenya papa ngajak ane untuk melihat rumah yang bakal ane tempati dan juga kontrakan tiga pintu yang sudah selesai dibangun. Sampe di tujuan ane puas dengan hasilnya. Rumah tempat tinggal ane memang sederhana, ada satu kamar tidur utama dengan kamar mandi didalam, sebuah kamar tidur tambahan, ruang tamu dan ruang keluarga menyatu dan hanya dibatasi dengan sekat dari rotan yang bisa dilipat, dapur dan kamar mandi. Papa ane mendesain atapnya dengan cor beton katanya siapa tahu ane dapet rejeki lagi, jadi bisa dilanjutin untuk bangun lantai dua.
Bedeng kontrakan juga udah selesai masing-masing kontrakan ada dua kamar tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Kata papa si dua minggu lagi bakal ada penghuni pertama kontrakan ane, lumayan buat tambahan belanja rumah tangga ane nanti hehehe….
Besoknya ane kembali berutinitas seperti biasa. Pagi-pagi ane datang ke dealer trus rencanannya mau keliling kanvasing. Alhamdulillah dari seorang petinggi partai ane dapet orderan sepuluh unit motor matic untuk karyawannya. Koordinator ane menyambutnya dengan sukacita, beliau janji akan membantu proses akad kreditnya karena memang petinggi partai hanya bantu Dpnya saja dan untuk angsuran di bebankan dengan karyawannya.
****
Pria:
Hm… ooo…
Berdebar hati berdebar deras darahku mengalir
Bergetar tubuh bergetar menahan gejolak hati
Sungguh aku malu, malu, malu, malu
Mengutarakan hasratku
Sungguh aku ragu, ragu, ragu, ragu
Mengatakannya padamu
Berdebar hati berdebar deras darahku mengalir
Bergetar tubuh bergetar menahan gejolak hati
Pria:
Sudah kurangkai kata
‘Tuk menyampaikan rasa
Tapi di hadapanmu sungguh malu yang tak menentu
Jangankan ‘tuk merayu apalagi mencumbu
Bahkan memandang matamu ternyata aku tak mampu
Terkesima diriku memandang pesonamu
Gugup kelu dan kaku memandang wibawamu
Wanita:
Berdebar hati berdebar deras darahku mengalir
Bergetar tubuh bergetar menahan gejolak hati
Sungguh aku malu, malu, malu, malu
Mengutarakan hasratku
Sungguh aku ragu, ragu, ragu, ragu
Mengatakannya padamu
Duet:
Berdebar hati berdebar deras darahku mengalir
Bergetar tubuh bergetar menahan gejolak hati
Original song “TERKESIMA” Rhoma Irama Feat Noer Halimah
“ saya terima Nikahnya Faizah binti Budiman dengan mas kawin yang tersebut” uih ternyata meski sudah dua kali mengucapkan ijab kabul, ternyata yang ketiga ini masih bikin ane deg-deg-an.
Sekarang tanggungan ane bertambah satu lagi. Selain menafkahi mereka secara bathin ane juga harus memenuhi nafkah lahir mereka, berarti ane harus kerja lebih keras dan cerdas lagi kedepannya. Syukur Rif’ah mau membantu menjalankan bisnis jualan online yang tak lama lagi ane luncurkan. Sementara Faizah memutuskan untuk pindah kuliah ke palembang.
Setelah seharian menjalani resepsi tiba saatnya ane dan Faizah untuk beristirahat. Jujur ane agak takut meski sudah sering melakukannya. Takut kejadian tempo hari terulang kembali hehehe. Sebelum memasuki kamar pengantin ane liat Rif’ah mengerling nakal sambil mengacungkan dua jempol tangannya. Dia nggak tahu apa ane sebenarnya kangen banget karena seminggu sudah gak ketemu.
“ Maaf ya Ra… malam ini mas harus menemani Faizah.” kata ane tadi pagi sebelum naik pelaminan.
“ hihihi… biasa aja kali mas. Mulai sekarang mas harus terbiasa karena sudah punya dua orang istri” kata Rif’ah.
“ kalau kalian merasa ane berat sebelah, tolong kasih tahu biar ane bisa merubah diri untuk jadi suami yang baik untuk kalian berdua.”
“ abang tenang aja… kami berdua akan selalu berusaha menjadi pendamping yang baik untuk abang.” kata Faizah.
“ sudah… semua orang sedang menunggu kalian berdua, nanti kita bahas lagi.” kata Rif’ah menyuruh ane dan Faizah segera untuk kepelaminan.
“ oh ya mbak… habis ini kita bertiga pergi Honeymoon yuk. Kemarin kalian belum sempat untuk bulan madu iyakan?” usul Faizah.
“ gimana kalau ke Bangka Belitung? Deket tuh tempatnya asik” jawab Rif’ah.
“ kalau ane gimana baiknya menurut kalian berdua. Ane ikut istri-istri ane aja.” Jawab ane pasrah.
“ SETUJU…” jawab Rif’ah dan Faizah berbarengan.
****
“ Zie… kok abang gugup ya” kata ane memecah kekakuan antara ane dan Faizah. Zie Panggilan sayang ane Buat Faizah.
“ ih abang… abang kan sudah pernah melewati malam pertama. Seharusnya Zie yang gugup. Masak abang yang gugup sih” kata Faizah sambil merajuk.
“ Zie… abang rasanya belum percaya bahwa sekarang kita sudah resmi menikah. Rasanya seperti mimpi”
“ hihihi… Zie juga tidak menyangka bang… padahal dulu aku sudah ninggalin abang… eh malah kepikiran abang terus.”
“ mungkin ini yang namanya jodoh kali ya?”
“ bukan bang… ini takdir… takdir indah yang menyatukan kita bertiga. Sekuat apapun aku melupakan abang. Semakin besar rasa kehilanganku bang…”
“ kamu Nyesel nggak Zie, jadi istri kedua?”
“ Zie bakal nyesel kalau tidak menjadi istri abang.“
Malam ini setelah mandi Faizah mengganti gaun pengantinnya dengan gamis biru muda dipadu dengan jilbab lebar segi empat berwarna putih plus ane tadi minta Faizah untuk mengenakan kaos kaki warna krem yang sehari-hari digunakannya. Cuma ane gak tahu Faizah pake daleman apa enggak karena bagian dada tertutupi jilbab sampai menutupi pinggang. Ngebayanginnya bikin otong ane bangun. Sementara ane baru selesai mandi terus pake baju kaos oblong dan celana boxer tanpa daleman hehehe….
“ bang… si junior bangun tuh. Katanya gugup tapi kok masih bisa bangun?” kata Faizah dengan wajah bersemu merah.
“ abisnya abang liat bidadari cantik, meski gugup masih bisa bangun hehehe…” jawab ane sambil memujinya.
“ dasar gombal…” kata Faizah
“ tapi suka-kan…” kata ane sambil memeluk Faizah yang sedang duduk bercermin dari belakang.
Faizah pun berdiri dan memutar tubuhnya. Lalu membalas pelukan ane. Ane kecup keningnya lalu kembali memeluknya.
“ Zie… terimakasih sudah mau menerima abang dan segala kondisi abang saat ini” kata ane tulus.
“ aku juga ya bang… terimakasih. Sudah menolong aku kemarin ketika diculik, jujur bang ketika disekap baru pertama kali aku ketakutan dan yang aku fikirkan bisakah aku melihat abang lagi.” Kata Faizah
“ dan terimakasih abang mau menikah dengan ku walau abang sendiri tahu kalau aku sudah tidak perawan lagi.” lanjut Faizah sambil tertunduk.
“ ye kok malah kesitu sih… udah yang penting sekarang kita sudah sah menjadi suami istri. Yang lalu biar berlalu. Yang penting langkah kita kedepannya”
“ maaf ya bang… Zie terbawa suasana… jadinya kesana deh” kata Faizah sambil tersenyum.
Mata kami berdua saling berpandangan. Naluri membimbing kami berdua untuk mendekatkan wajah dan akhirnya mendekatkan bibir hingga akhirnya bibir kami menyatu. Lembut dan hangat juga basah.
“ ehemm muach….” lalu lidah pun mulai memainkan perannya untuk memacu birahi ane dan Faizah.
“ sluuuruuup….muach….sluruppp” nada indah yang dihasilkan oleh bibir kami berdua. Setelah puas saling berciuman. Suasan hening sejenak. Ane pun mulai merayu Faizah.
“ kamu cantik Zie… “ rayu ane.
****
Pov Faizah
Ahh… entah kenapa dibilang cantik olehnya membuat hatiku berbunga-bunga padahal sudah sering teman kuliahku yang laki-laki merayuku menggunakan kata itu, tapi tak sedikit pun membuat aku meresponnya.
“ ih gombal…” kataku menahan agar tidak kelihatan sedang bahagia.
“ beneran Zie sayank… “ rayunya lagi.
Aduh aku beneran melted. Kayak abg yang dirayu sama pacarnya. Padahal sih rayuannya standar tapi sukses membuatku berbunga bunga.
“ bang Faizah mohon… nanti jangan bandingkan Faizah dengan mbak Rif’ah ya…” kataku entah kenapa jadi khawatir.
Dibanding mbak Rif’ah tubuhku lebih berotot karena aku memang tomboy. Karena busana syari aku bisa menutup tubuhku dari pandangan orang, yang pernah melihatku polos hanya mbak Rif’ah ketika kami bercinta dulu. Dan kak Hendri, sekarang dia akan melihatnya juga. Tubuh mbak Rif’ah memang sempurna, boleh di bilang tubuh mbak Rif’ah adalah tubuh akhwat yang paling sempurna yang pernah kunikmati, mulus, bersih, putih, sexy dan montok. Dibanding tubuhku arghhh aku jadi minder.
“ Zie…” katanya singkat sambul mengecup bibirku, dan hal itu membuatku tenang.
“ kalian berdua berbeda dan justru disitu ane bahagia. Rif’ah dan Faizah. kalian punya kelebihan dan kekurangan masing-masing dan ane harap nanti kalian dapat saling melengkapi, ane gak mau kalau kalian berdua malah bersaing untuk menarik perhatian ane. Siapa sih ane? justru kalian berdua adalah karunia terbesar yang pernah diberikan tuhan buat ane” cesshhh kalimatnya barusan bara kekhawatiran didadaku seolah padam dengan siraman air dingin.
“ makasi ya bang…” ucapku tanpa berani menatap wajahnya.
Dia pun kembali mengecup bibirku. Malah tangannya mulai menyentuh payudaraku, rasanya geli bercampur nikmat. Kubalas kecupannya dengan lidahku menerobos masuk kedalam mulutnya lidahku di sambut oleh lidahnya. Lidah kami pun menari, owwhh sungguh nikmat.
“ Zie gamisnya abang buka ya?…” ih abang tau aja kalau sebenarnya aku malu untuk bugil didepannya. Tapi dengan dia meminta izin membuat aku percaya diri untuk bugil dihadapannya. Akupun menjawabnya dengan anggukan sambil tersipu.
“ zretttt….” suara resleting gamisku yang berada di punggung diturunkannya membuat gamis yang aku kenakan meluncur bebas turun meninggalkan tubuhku. Dan tubuhku pun polos menyisakan jilbab dan kaos kaki aku sengaja tadi tidak pakai dalaman biar mempermudah Fikar menikmati tubuhku. tubuhku dari kepala sampai pinggang masih tertutup jilbab panjang yang aku kenakan. Ketika dia hendak membuka jilbabku aku menahan tangannya karena jilbab panjang inilah yang sekarang jadi pakaian terakhir buatku.
Jadi aku yang harus melihatnya bugil duluan. Aku pun membuka kaos dan menunduk untuk membuka celana boxer yang dia kenakan dan tuing… penisnya rupanya sudah berdiri gagah. Kata mbak Rif’ah kelemahan si junior paling gak tahan kalau di oral. Kalau menggoral vagina aku pernah tapi mengoral penis jujur aku belum pernah. Bahkan penis milik kak Hendri sekalipun tidak pernah.
Dibanding penis kak Hendri milik bang Zulfikar memang standard ukurannya, tapi kok mbak Rif’ah bisa puas pake banget ya. perlahan aku genggam batang penis pria yang sekarang jadi suamiku. Memang aku merasa berbeda dulu ketika aku genggam dia langsung muncrat dan teksturnya biasa, tapi sekarang berbeda aku merasa ada beberapa titik dipenisnya yang sedikit menonjol, beda banget dengan yang dulu. Perlahan aku mulai mengocoknya dan elusan lembut aku rasakan dikepalaku. Rupanya dia langsung menikmati kocokan tanganku.
“ bang… Zie baru pertama kali melakukannya. Jadi tolong kasih tahu Zie dimana letak salahnya ya bang” kataku.
Dan hap… kepala penisnya sudah masuk kedalam mulutku, rasanya seperti aku sedang ngemut sesuatu yang keras-keras kenyal hemmm apa ya…. iya kayak pentol bakso ukuran besar. Rasanya juga sama agak asin gurih gitu hihihi… perlahan kusapu kepala penisnya dengan lidahku dan mulai memasukan batangnya juga. Perlahan kata mbak Rif’ah usahakan jangan sampai kena gigi. Tapi aku tidak berhasil memasukan semua kedalam mulutku, mentok ditenggorokan padahal tinggal sedikit lagi. Kusedot sambil mengeluarkannya dari mulutku sebatas kepalanyanya saja.
“ oowwchhh Zie…” erang suamiku sambil tetap mengelus mesra kepalaku.
Gerakan kepalaku semakin cepat maju mundur di penisnya, erangannya semakin sangar terdengar. Wah bener kata mbak Rif’ah, mengoral penisnya membuatnya mengerang hebat. Tak lama kemudian suamiku menghentikan aksiku. Dan membantuku berdiri.
****
Pov Zulfikar.
Sepongan Faizah memang agak kaku tapi rasanya beh… dasyat. Kalau tidak dihentikan bisa-bisa kejadian tempo hari terulang lagi. Ane pun membantunya berdiri, setelah mengecup bibirnya ane buka jilbabnya. Ane mau malam pertama kali ini harus beda, masak belah duren pake jilbab terus. Meski salah satu fantasi favorit ane ngentot istri pake jilbab tapi kali ini mesti beda Faizah harus polos sepolos-polosnya. Ane langsung membuka jilbabnya dan oh my God… dengan tubuh mungil berotot membuat ane konak. payudaranya menempel indah di dadanya meski tidak sebesar payudara Rif’ah tapi isshhh… bikin ane menelan ludah. Rambut Faizah pendek bahkan terlalu pendek terlihat tomboy tapi sukses bikin ane mupeng.
Beda Faizah beda Rif’ah meski sama sama putih, Faizah lebih eksotik. Rif’ah yang seksi dan montok, Faizah cendrung berotot dan tomboy bahkan perutnya sixpack, ane aja enggak. Rambut kemaluaannya juga sudah bersih gundul bikin ane nelen ludah lagi. Meski ane mandanginya sambil mupeng. Tapi sepertinya tidak bagi Faizah.
“ Zie tahu kok… tubuh Zie tidak seseksi akhwat yang lain apalagi mbak Rif’ah.” katanya sambil menutupi payudara dan vaginanya dengan tangan. Dan menundukkan wajahnya.
Bodoh ah ane sudah konak tingkat dewa. Gak ada waktu untuk merayunya dengan verbal. Tapi dengan tindakan. Ane pun langsung mencium bibirnya, lalu perlahan turun ke leher. Hemm belum ada reaksi. Lidah ane bergeser ketelinga Faizah. Desahan tertahan mulai terdengar.
“ jangan ditahan Zie sayank… enjoy it.” kata ane berbisik ditelinganya.
Lidah ane pindah keleher lagi dan tangan ane menurunkan tangan kiri Faizah yang berusaha menutupi kedua bukit kembarnya. Ane pun memeluknya erat sambil meremas pantatnya, ane kecup lagi bibirnya. Lidah kami menari, Faizah mulai menikmati, ane pun meremas lembut kedua payudaranya. Meski lebih kecil dibanding milik Rif’ah tapi menurut ane milik Faizah pas menempel indah. Puas berciuman ane mulai melahap puting susu payudaranya. Lidah ane mengelitik mesra puting susu yang berwarna coklat muda itu.
“ aowww bang… geli…” rintih Faizah. Sambil mengelus kepala ane.
Perlahan ane membaringakan Faizah di peraduan sambil tak lepas bibir dan lidah ane terus menggelitik puting susunya. Desahan dan rintihan Faizah makin menjadi, perlahan bibir ane turun keselangkangan dan aroma khas vagina Faizah menyambut ane. Lidah ane mulai menari di klitorisnya. Ane buka kakinya hingga makin melebar.
“sluruuppp…..” semakin cepat lidah ane menari, cairan kental bening yang keluar makin banyak hingga mengalir ke anusnya. Ane yang sedang asyik menjilati vaginanya tiba-tiba terbesit ide nakal. Maaf ya Zie malam ini harus berbeda. Tadinya kedua tangan ane sedang meremas payudara dan menggelitik puting susu Faizah. Tapi sekarang tangan kanan ane mulai mengelus perlahan lubang anusnya mengunakan jempol. Sementara lidah ane tetap menari di vaginannya. Setelah ane merasa pelumasannya cukup perlahan jari telunjuk ane mulai memasuki lubang anus Faizah.
“ aaoowwww bang….. itu pantat Zie diapain…. nyeri bang… hik…hik..hik…” rintih Faizah antara nikmat di vagina dan perih di duburnya. Ane merasakan jari ane dijepit oleh otot sphinkter anus Faizah.
Ane pun menghentikan aksi memainkan jari ane di lubang dubur Faizah tapi dengan telunjuk ane tetap tertanam di sana. Tarian lidah ane semakin ane percepat. Setelah otot sphinkter dubur Faizah mulai mengendur, kembali ane tusuk maju mundur untungnya cairan pelumas dari vagina Faizah mengalir cukup membasahi lubang anusnya, hingga melincinkan tusukan jari ane di lubang dubur Faizah.
“ oohh… kok enak bang… terusss baang…akhhhh” Faizah mulai menikmati permainan ane.
Gerakan jari ane semakin cepat. Ane tahu tak lama lagi Faizah akan menuju puncaknya yang pertama. Meski dengan ekspersi berbeda antara Fatimah, Rif’ah dan sekarang Faizah ane paham bagaimana istri-istri ane akan mencapai klimaksnya. Faizah semakin mengerang hebat hingga sampai klimaksnya yang pertama.
“Aaaakkkkkhhh, niikkkkmaaaatttt ssaayyaaannkk.” Faizah mengerang dasyat. Kuat pahanya menjepit kepala ane, membuat ane hampir kehabisan napas.
“ hash…hash…hash….ih abang” kata Faizah masih terengah-engah.
****
Pov Faizah.
Satu kata WOW. Kombinasi permainan lidah di vagina dan jari telunjuk dilubang belakangku rasanya luar biasa mantap, dan juga dahsyat. Baru kali ini aku merasakan sensasinya, meski awalnya agak nyeri tapi dibantu pelumasan yang cukup akhirnya membuat rasa nikmat tiada tara. Setelah detak jantung kembali normal. Rupanya Zulfikar tidak memberiku jedah terlalu lama. Bibirnya langsung mencumbu bibirku, bau lendir kewanitaanku tercium dibibirnya. Tapi aku tak jijik malah aku membalas ciumannya dengan ganas.
“ Zie… abang masukin sekarang ya?” pintanya lembut padaku. Dan hanya ku jawab dengan mesum.
“ depan apa belakang bang…hihihi…” godaku.
“ hehehe… depan aja dulu yang ini nanti aja” katanya sambil menggelitik lubang belakang ku.
Hemm sudah saatnya. Aku menarik napas panjang. Seandainya aku masih perawan tentu akan lebih indah. Tapi buru-buru ku tepis pikiran konyolku. Laki-laki yang sekarang jadi suamiku tidak mempersalahkannya masa’ aku harus kepikiran. Akupun membuka kakiku lebar-lebar dan mulai menikmati momen saat saat kepala penisnya mulai menyentuh lubang vaginaku. Dag dig dug detak jantungku kembali tidak karuan. Perlahan tapi pasti kepala penisnya masuk kedalam vaginaku.
Dengan senyum manisnya Fikar mengecup bibirku, kusambar bibirnya, dan lidahku menerobos masuk kedalam bibirnya. Perlahan penisnya sudah masuk kedalam vaginaku. Kedut vaginaku terasa seperti menyambut penisnya didalam vaginaku.
“ hasz… hasz… hasz…”Dikecupnya lembut bibir ku. Hanya desahan napas yang keluar dari hidungku.
Digerakan perlahan pinggulnya, membuat pinggulku terangkat kubelitkan kedua kakiku di pinggangnya seolah tak ingin aku melepasnya dari tubuhku. Aku hilang kendali atas tubuh dan pikiranku, Vaginaku semakin basah, genjotan kemaluan Fikar di vaginaku semakin cepat. Napasku terasa sesak karena bibirku tersumpal mulutnya. bola mata ku terasa berputar keatas karena meski terbuka mataku tak dapat melihat. Akibat dari rasa nikmat yang kurasakan.
Syaraf syarat di vaginaku memberikan efek nikmat keseluruh tubuh, aku terasa terbang bebas, di tahannya bahuku dengan tanganya, suamiku semakin mempercepat goyangan pinggulnya dengan rpm tinggi. Bibirku berteriak menyeracau keenakan.
“Aaaakkkkkhhh, niikkkkmaaaatttt ssaayyaaannkk.” Suara yang terdengar dari mulut ku.
Gila padahal baru sebentar penisnya menggenjot vaginaku tapi rasa itu segera datang. Pantas saja mbak Rif’ah sangat puas. Sebelum aku mencapai puncak orgasme. Fikar menghentikan kan aksinya. Dengan senyum manisnya ia melepaskan kakiku yang melingkari pinggangnya. Meski tanpa suara dari mulutnya, tapi seolah aku mengerti, ia memintaku untuk membalik tubuhku dan menungging.
“ plak…” tangannya gemas memukul pantatku.
“ maaf ya Zie… pantatmu menggemaskan.” Katanya meminta maaf, padahal aku menikmatinya.
Perlahan tapi pasti tangan kekarnya meremas bongkahan pantatku. Dimasukannya kembali penisnya di vagina ku. Dan kembali dia menggenjot pinggulnya dengan kecepatan tinggi. Desah nafasku semakin tak beraturan vaginaku semakin basah dan hangat. Penisnya terasa penuh di kemaluannku. Fikar menggentikan sejenak aksinya. Kesempatan itu kugunakan untuk berubah posisi menjadi telentang tanpa mencabut penisnya dari vaginaku.
setelah membalikan tubuhku Fikar kembali menggenjot dari pelan hingga dengan kecepatan tinggi vaginaku semakin geli nikmat terasa. Dengan posisi terlentang ku raih tubuhnya, kupeluk dengan erat. Genjotan penisnya semakin cepat dari yang tadi. Puncak orgasme ku sudah di depan mata.
“aowww bangggg, aku keluarrrrrr akkkkkkhhhhhh, terus sayankkkkkk. Akhhhh syyyyaankk.” Terasa vaginaku memancarkan cairan hangatnya. Gila baru kali ini aku merasakan nikmatnya. baru kali ini aku merasa nikmat luar biasanya. Fikar terus mempercepat genjotnnya. Rupanya dia juga mau klimaks. Dengan sisa tenagaku kujepit penisnya dengan otot vaginaku.
“ waw Zieeee… ngegrip bangeettt…” ceracaunya sambil terus menggenjot penisnya di vaginaku.
“ tuntaskanlah sayang.” Bisikku ditelinganya. Meski tidak orgasme berbarengan melihatnya menikmati tubuhku. Juga membuat kebahagian tersendiri bagiku.
“ akhhhh Zieee… nikmat banget sayang”
Crot…crot… crot… crot… kurasakan cairan kental hangat meyemprot deras di mulut rahimku. Genjotannya mulai pelan sampai akhirnya berhenti. Dipeluknya tubuhku dan tak lupa keningku di kecupnya mesra. Rupanya dia tahu cara mengakhiri bercinta yang baik. Aku pun erat memeluknya. Dan kami pun menarik selimut karena udara dingin AC kamarku yang sekarang di sulap jadi kamar pengantin mulai terasa dingin. Sampai akhirnya kami berdua tertidur.
****
Pov Zulfikar
Sekitar tengah malam aku terbangun karena ingin buang air kecil. Kamar Faizah cukup mewah dengan kamar mandi di dalam. Perlahan kulepaskan pelukan Faizah. Melihatnya bugil membuat otong ane langsung berdiri. Tapi ane ada rencana lain. Maafin ya Zie abang juga kangen dengan mbak Rif’ah mu. Sementara diluar terdengar rintik hujan turun. Suasana yang syahdu, sayang kalau hanya dinikmati berdua. Setelah buang air kecil ane pun berwudhu. Hehehe maaf bukan sok ngajarin tapi memang anjurannya seperti itu. Habis crot dengan istri kalau mau nambah di sarankan berwudhu.
Ane langsung mengambil hape. Dan menghubungi Rif’ah, ane tahu Rif’ah bakalan susah tidur karena kami seminggu gak ketemu, ane aja kangen berat meski barusan hasrat sudah di penuhi Faizah. Apalagi Rif’ah yang sudah seminggu nggak dapet belaian mesra dan sayang dari ane. Selama di rumah orang tua Faizah, Rif’ah tidur dikamar tamu. Setelah terdengar nada sambung tak perlu waktu lama langsung terdengar suara di seberang sana. Hehehe benarkan dugaan ane.
“ halo mas…”
“ iya sayank… ini mas…”
“ ih mas ngapain nelpon malem-malem gini”
“ mas kangen kamu Ra”
“ idih mas ini gimana sih. Kan malam ini malamnya Faizah”
“ iya sayank… mas tahu, tapi mas kangeeennn pake banget dengan Ara.”
“ Ara juga kangen mas hik…hik…hik… tapi mau gimana lagi. Kangen ini harus ditunda dulu” terdengar suara Rif’ah sedikit menangis.
“ maka dari itu Ra. Ara kesini ya. temenin mas dan Faizah mumpung Faizah lagi tidur.”
“ tapi mas Ara nggak enak dengan Faizah nanti.”
“ udah jangan terlalu di pikirkan. Kan kalian berdua sudah janji akan selalu berbagi. Faizah gak bakal keberatan kok.”
“ engg… iya deh mas, tapi kalau Faizah marah mas yang tanggung jawab ya. Ara nggak mau Faizah marah sama Ara”
“ iya sayang percaya deh, Faizah gak bakalan marah. Ara cepet kesini yah… mas tunggu.”
“ ii… iya… mas”
“ oh iya… jangan lupa bawa madu shachet nya ya.”
“ tuttt…” telepon ane putus.
Semenit kemudian kamar diketuk perlahan. Segera ane buka. Duh Rif’ah kamu cantik banget ngangenin. Bathin ane dalem hati. Agak ragu Rif’ah masuk kedalam kamar hingga ane sedikit menarik tangannya. dengan daster lengan panjang, jilbab lebar, celana training dan tak lupa kaos kaki. Rif’ah benar-benar menggunakan atribut akhwatnya lengkap. Sewaktu di solo Rif’ah hanya buka jilbab ketika ada dikamar. Ketika ane ada dirumah di baru gak pake celana training dan kaos kaki. tapi kalo ane nggak ada dirumah Rif’ah selalu menggunakan pakaian syari lengkap.
“ kok pake daleman Ra.” Ane pikir bakalan bikin lama copotinnya.
“ ye mas gimana sih. Inikan di rumah orang. Mau aurat istrinya di liat orang laen”
“ hehehe ya enggak lah.”
Setelah Rif’ah masuk pintu ane kunci. Dan tanpa basa-basi ane langsung mencium bibirnya sambil memeluk erat tubuhnya. Rif’ah pun membalas ciuman ane dengan nafsunya. Rupanya rasa rindu kami berdua sudah sama-sama mencapai puncaknya. Lidah kami saling melilit. Tangan ane juga mulai turun meremas pantatnya.
“ muach….cups… sluruppps” kecupannya begitu dahsyat dan luar biasa hangat. Tangan ane mulai melucuti seluruh benang ditubuhnya.
“ mas punyaku sudah mulai basah.” Kata Rif’ah Setelah ane mencopot semua benang ditubuhnya. Rif’ah mulai menundukkan tubuhnya di sofa yang ada dalam kamar Faizah.
****
Pov Rif’ah
Duh sebenarnya aku nggak enak dengan Faizah, bagaimana pun juga inikan malam pengantinnya. Tapi jujur aku rindu belaian mesra Fikar. Gimana nih, kok jantungku berdebar tidak karuan sih. Disatu sisi kangen suami, disisi lain nggak enak dengan Faizah. Tapi tak urung kulangkahkan kaki menuju kamar pengantin setelah mengetuk pintu. Fikar langsung membukanya. Aku pun ragu untuk masuk setelah melihat Faizah tertidur dibalik selimut. Meski pernah berkomitmen untuk satu atap dan satu ranjang tapi aku merasa sekarang bukan saatnya.
Melihat langkahku terhenti Fikar langsung menarik tanganku dan langsung menguncinya ketika aku sudah masuk kamar. Dia langsung menyambar bibirku, aku yang juga dilanda rindu langsung membalasnya. Owch suamiku aku sebenarnya kangen berat, tapi aku tidak enak mengganggu malam pengantinmu dengan Faizah. Fikar langsung melucuti seluruh pakaianku. Cumbuan kami berhasil membuat aku terangsang dan vaginaku mulai basah.
“ mas punyaku sudah mulai basah.” Kataku mulai menundukkan tubuhku di sofa yang ada dalam kamar Faizah.
Sengaja aku melakukannya agar suamiku segera memasaukan kemaluannya kedalam vagina ku. Aku ingin segera menuntaskan hasrat yang sudah seminggu ini tidak tersalurkan. Dengan sekali dorong bles penisnya masuk kedalam vaginaku. Dan suamiku mulai menggerakkan pinggulnya. Dari pelan genjotannya menjadi sedang. Aku hanya bisa mendesah pelan karena takut terdengar Faizah. Tapi sepertinya disitulah letak nikmatnya. Perasaan takut ketahuan Faizah bercampur hasrat yang bergelora menjadi kombinasi yang dahsyat dalam persetubuhan kami kali ini.
“ akhhh mas… nikmattt…” kataku lirih. Rasanya vaginaku penuh sesak, apalagi suamiku mulai menggoyangkan pinggulnya,
” aaaiiihhhhsssaauuuww maaassss niikkkmaat banget” penisnya berasa menggelitik ditiap rongga vaginaku.
“Oouwwww….wwaaaauuuuu enaaakkk banget masss” erangku tak karuan, terus terang baru pertama kali ini aku merasakan sensasi bercinta seperti ini.
“aaiissshhh…” luar biasa nikmat banget. Tanpa membuang-buang waktu suamiku kembali menggoyangkan pinggulnya menggenjot tubuhku.
Luar biasa hanya itu yang bisa aku gambarkan, kemaluannya benar-benar membuatku melayang seolah mencapai surga dunia.
“ akhhh mas cepetin…” kataku dengan nada merengek.
Suamiku pun menambah kecepatan pinggulnya. Tangannya mulai meremas pantatku dan berpindah meremas lembut payudaraku, jari telunjuk dan tengahnya menjepit pelan puting susuku. Aishh nikmat yang sempurna.
“ ughhh… akhh… mass…”
Aku pun mencoba memainkan otot vaginaku hingga membuat penisnya seolah terjepit. Erangan halus juga terdengar dari mulutnya.
“ auwww. Jepitanmu enak banget yank”
Kali ini aku tidak mau hanya diam menunggu. Aku pun mulai menggoyangkan pinggulku, rasa nikmat semakin bertambah puncakku semakin dekat.
“ akkkhhhhh…. aku keluar mas haaaa…” luar biasa hanya itu yang bisa aku katakan. kenikmatan yang di berikan oleh suamiku seperti menjalar keseluruh tubuh bahkan sukmaku.
Goyangan suamiku juga mulai dipercepatnya ditambah erangan suaranya mulai terdengar. Sepertinya dia juga akan mencapai klimaksnya, tapi aku segera menghentikan aksinya. ada raut kecewa diwajahnya. Aku pun segera memeluk tubuhnya. Dan berbisik untuk menenangkan hatinya dan juga syawatnya.
“ maafin Ara ya mas. Sudah bikin mas kentang, tapi aku merasa bersalah dengan Faizah mas. Seharusnya malam ini miliknya. Mas tuntasin dengan Faizah ya. Maaf mas… Ara mohon mas mengerti.” Kataku memohon pengertiannya, Fikarpun tersenyum sambil mengecup keningku. Aku pun segera memakai pakaianku dan kembali kekamarku.
****
Pov Zulfikar
Sebenarnya tadi ane sempat kecewa dengan Rif’ah, tapi ane pikir ada benarnya juga. toh kami tadi sudah saling melepas rindu dan juga sempat bercinta walau ane kentang. Sebenernya pelukan dan cumbuan tadi yang sebenarnya obat mujarab penawar rindu. Persetubuhan tadi adalah bonusnya hehehe.
Maksud ane tadi mau ngajakin Rif’ah trisum tapi keburu Rif’ah kabur karena sungkan dengan Faizah. Ya udalah masih ada hari esok. Pikiran ane juga sudah teralihkan dengan melihat Faizah tidur menyamping. Selimut yang menutup tubuhnya juga tersingkap mempertontonkan pantat dan pahanya. Si otong yang tadi sempat layu langsung grengg…
Pikiran nakal mulai memenuhi otak ane. Maafin abang Zie melihat bokong seksi punyamu bikin abang ngiler. Batang otong ane yang sudah keras ane lumuri dengan menggunakan madu shachet. Ane lantas berbaring menyamping dibelakang pungung Faizah. Perlahan ane berusaha mencari celah untuk otong ane masuk pintu belakang Faizah. Setelah ane merasa posisi sudah pas. Perlahan ane dorong sambil terus menambah cairan madu sebagai pelicin. Pelan kepala otong ane mulai masuk meski tertidur tapi ada reaksi penolakan dari otot sphinkter anus Faizah. Kepala otong ane seperti tercekik. Dan Faizah mulai terganggu tidurnya.
Ane pun menghentikan aksi ane sebentar. Ane langsung memeluk Faizah dan mengecup tengkuknya untuk membuat Faizah nyaman. Ane juga meremas lembut payudara dan menggelitik puting susunya dan iseng ane kecup dalam lehernya yang putih mulus hingga meninggalkan bekas merah.
“ ih abang kok leherku di cupang sih?” katanya sambil menggeliat manja. dan mulai terbangun.
“ anggap aja sebagai tanda sayang abang kepada Faizah.” jawab ane
“ itu juga tangannya nakal banget. Meraba-raba gunung kembarku.”
“ emang gak boleh sayang…” kataku berusah mencium bibirnya dari belakang.
“ eumuach… eumuach… eumuach…” suara kecupan bibir kami, karena dari belakang agak susah untuk menempel lama, apalagi dengan posisi kepala otong ane masih terjepit di lubang bokongnya.
“ abang pengen nambah nih?” tanyanya dengan napas mulai tidak teratur.
“ iya sayang… boleh yah” jawabku sambil tanganku mulai turun untuk menggelitik klitorisnya. Sepertinya Faizah mulai merasa keanehan di area pantatnya.
“ bang… kok kayak ada yang ngeganjel di belakang Zie…?” tanyanya kebingungan.
“ Zie rileks aja ya. itu punya abang kok. Enggak apa-apa kan…?”
“ hihihi… abang nakal. Masa’ maen belakang gak bilang bilang”
“ abisnya pantatmu seksi banget abang jadi ngiler deh”
Bibir kami kembali berusaha untuk berciuman. Sementara otong ane mulai ane dorong untuk masuk lebih dalam lagi di anus Faizah. Hingga keseluruhan batang otong ane amblas.
“ ouchhh… bang… sesak banget bang…” lenguhan Faizah terdengar.
Jemari ane mulai menggelitik klitoris Faizah untuk mengalihkan pikiran Faizah akan otong ane yang masih menancap di anusnya.
“ ouchhh… bang geliiii….”
Meski dengan posisi menyamping tak membuat ane kesulitan untuk mulai memaju-mundurkan pantat ane. Sesekali kedutan dari otot sphinkter anus Faizah menambah kenikmatan tersendiri bagi ane.
“ auwww… Zie…”
Karena kurang nyaman dengan posisi menyamping. Ane mengajak Faizah untuk pindah dengan posisi berdiri. Tanpa melepas otong ane, ane pepet tubuh Faizah ke dinding kamar. Sekarang selain bisa menstimulasi klitorisnya ane juga bisa meremas payudaranya. Kombinasi antara genjotan ane di anus, klitoris dan payudara membuat tubuh Faizah gemetar hanyut dalam nikmat. Suami mana sih yang tidak bahagia melihat pasangannya menikmati sentuhan dari dirinya.
“ Ouhgggghhh… bangggg…..terusss….” erang nikmat dari Faizah.
Genjotan ane di anus Faizah semakin cepat. Apalagi Faizah sengaja memainkan otot sphinkter anus nya. Gak mau kalah selain mempercepat genjotan ane juga mulai mengocok vagina Faizah dengan jari telunjuk ane.
“ arggggghhhh….aowww banggg….. akuuu nyaampeee….” Faizah mulai orgasme duluan, vaginanya semakin basah akibat kocokan jari telunjukku. Aku semakin mempercepat genjotanku.
“ ughhhhh Zie….” crot…crot…crot… otong ane memuntahkan isinya kedalam rektum Faizah. Tubuh Faizah ambruk. Tapi untungnya sempat ane tahan hingga tidak terjatuh. Plop… akhirnya otong ane terlepas dari anus Faizah.
“ aduh bang saking Nikmatnya aku nggak bisa berdiri…” kata Faizah dengan lutut gemataran.
Ane pun menbopong tubuhnya kekamar mandi, ane bantu Faizah membersikan dirinya dan tak lupa mengoleskan madu dilubang anusnya. Setelah membersikan diri kami berpakaian dan ane lihat jam dinding menunjukan waktu jam dua malam. Karena ane kecapean ane ketiduran duluan sambil memeluk Faizah. Gimana gak capek abis kentang dengan Rif’ah dilanjut Faizah. Mungkin akibat ane kurang olahraga. Abisnya sejak menikah dengan Rif’ah ane jarang olahraga.
****
Pov Rif’ah sebelum dan sesudah
Sengaja aku duluan boarding pass meninggalkan suamiku dan Faizah. Kalau kalian pikir aku cemburu mungkin kalian ada benarnya. Tapi sejujurnya aku lega, iya lega. Akhirnya kami bertiga bisa saling berbagi saling mengisi. Aku harap mereka merasakan hal yang sama denganku. Hemm… pasti modusnya sama kirim lagu lewat share-it, yang lain kek. Tapi lagu apa ya? Hihihi… aku jadi penasaran. Nantilah aku tanya sama Faizah.
Oh iya selama seminggu ini aku akan menemani Faizah untuk di pingit. Hemm… bakal kangen nih sama misua tersayang. Ngebayangin malam pertama mereka nanti aku jadi senyum sendiri ingat waktu malam pertamaku. Sejak menikah dengan Zulfikar aku terpenuhi lahir dan bathin. Aku tak lagi mengalami guncangan birahi, semua terpenuhi oleh misuaku dia benar benar mampu membuatku keteteran makanya aku rela berbagi suami dengan Faizah agar dia bisa juga merasakan kejantanan Zulfikar hihihi…
Selama menemani Faizah aku juga dipaksa ikut untuk menjalani segala macam perawatan khas pengantin baru. Hihihi Faizah nggak mau kalau hanya dia yang menjalani perawatan pokoknya aku harus ikut dari manicur pedikur. Tatto hiena atau inai. Bahkan V-spa ada ada aja ih. Padahalkan yang bakal jadi Ratu sehari kan Faizah. Tapi sebenarnya aku penasaran dengan orientasi seks Faizah beneran dia sudah gak minat dengan wanita lagi.
“ dek beneran kamu sudah sembuh? Gak minat lagi sama akhwat?” tanyaku penasaran. Ketika kami berdua berada dalam kamar sedang menjalani perawatan sauna dengan menggunakan portable sauna yang berbentuk kubus dan digunakan dengan posisi duduk, untuk satu orang.
“ hihihi…kenapa mbak?…kengen dengan masa-masa itu ya?” Faizah malah bertanya balik.
“ enggak sih… justru aku senang kalau kamu sudah sembuh. Tapi tadi aku sempat mikir. Kayaknya asyik kalau kita menggoda mas Fikar dengan adegan kita saling bercumbu.“
“ trus kita bertiga threesome gitu mbak? Hemmm…..” Faizah menarik nafas panjang.
“ kok aku jadi kepikiran Fikar ya mbak…” kata Faizah lagi sambil memejamkan matanya.
“ mikirin Fikar apa mikirin aku?” godaku
“ ih mbak ini. Saya sudah sembuh mbak”
Perlahan aku keluar dari portable sauna yang aku gunakan. Aku bermaksud menggoda Faizah. Inget ya hanya menggoda bukan berarti aku mupeng dengan Faizah. Kami menggunakan portable sauna tanpa busana ya karena memang fungsinya mengeluarkan keringat. Faizah masih asyik memikirkan suamiku. hingga tidak sadar aku sudah membuka resleting portable sauna yang dia gunakan.
Aku langsung mencium bibir Faizah dan meremas perlahan payudaranya. Mata Faizah masih terpejam tanpa reaksi, sambil meremas payudara Faizah sebelah kanan lidahku pun mulai menari di puting susunya sementara tangan kananku turun ke vaginanya dan mulai menggelitik klitorisnya. Tubuh Faizah mengeliat. Sepertinya aku berhasil ternyata Faizah menikmatinya. Aku semakin iseng kumasukan jari tengahku perlahan kedalam vaginanya. Faizah semakin meracau tapi sedikit membuatku kaget.
“ oughhh terus bang…” rintinya. Sialan ternyata Faizah berfantasi sedang bersetubuh dengan Fikar.
Ketika aku menghentikan aksiku Faizah merajuk tapi tetap memejamkan matanya.
“ bang kok udahan sih… kan masih pengen” rengeknya.
Ih aku jadi ketempuhan. Ya udah terpaksa kupercepat kocokan jariku di vagina Faizah. Vaginanya semakin banjir malah aku merasakan kedutan otot vaginanya di jariku. Vaginanya semakin basah. Faizah reflek memeluk tubuhku. Sepertinya sebentar lagi dia bakal mencapai klimaksnya.
“akhkkhhhh bang… aku cinta kaammm uuuuu” rintinya nikmat ketika mencapai orgasmenya. Sementara tanganku basah akibat lendir cintanya. Aku pun iseng.
“ nih rasakan cairan abang Fikar…” kataku mengusap tanganku yang belepotan cairan vagina Faizah ke wajahnya. Faizah pun tersadar dan gelagapan.
“ ih mbak… sedang asik juga.”
“ iya Faizah yang asyik, tanganku pegel tahu. Malah membayangkan suamiku.”
“ suami kita mbak…”
“ ye… masih suamiku. kan kalian belum ijab kabul.”
“ hihihi… iya ya. maaf ya mbak tadi aku merasa Fikar yang menjamahku bukannya mbak.”
“ maafin aku juga, karena sudah menggodamu hihihi…” kataku sambil tertawa.
“ tapi kalau untuk menggodanya boleh juga tuh mbah, kita ciuman, bercumbu didepan bang Fikar. Dia bakal mupeng tuh.”
“ iya apa lagi kalau dia kita borgol biar nggak banyak gerak. Bakal mupeng tingkat dewa tuh, hihihi…”
Kami berdua sepakat suatu saat akan menggoda Fikar dengan berpura-pura bercumbu di hadapannya. Aku senang bisa berbagi dengan Faizah, wanita yang dulu pernah menjamahku dan barusan gantian aku yang menjamahnya. Tapi sebel juga sih dia malah merasa Fikar yang menjamahnya. Apa memang Faizah sudah sembuh ya? entahlah… yang jelas aku hanya mau dijamah lagi olehnya jika didepan suamiku.
“ oh iya Zah. Kayaknya kamu harus membersihkan semua rambut yang ada di kemaluan dan ketiakmu.” kataku menyarankan.
“ memangnya kenapa mbak?”
“ soalnya calon suamimu suka sama yang botak. Hihihi……..”
****
Setelah resepsi Faizah dan Zulfikar, orang tuaku, orang tua Fikar, dan orang tua mbak Fatimah memutuskan untuk pulang hari ini juga. besoknya kami bertiga terbang ke Pulau Bangka. Dengan menggunakan taksi kami bertiga menuju bandara Soetta. Posisinya Fikar ditengah aku di bagian kanan dan Faizah sebelah kiri. Dibandara pun kami berjalan sambil menggandeng lengan Fikar seolah tak mau jauh darinya.
Aku dan Faizah kompak memakai gamis dan jilbab yang sama model dan warna. Zulfikar tak henti-hentinya melirik kami berdua. Katanya ada dua bidadari turun dari langit. Aku dan Faizah hanya tersenyum simpul dipuji seperti itu. Banyak mata laki-laki melirik kagum kearah suamiku eh maaf suami kami. bagaimana tidak seorang laki-laki diapit dua orang wanita cantik bergamis dan berjilbab lebar pula. Laki-laki manapun pasti iri dengan Fikar.
Tapi ketika berpapasan dengan wanita reaksi mereka sebaliknya pandangan mereka sinis terhadap suami kami. Aku dan Faizah membalas tatapan mereka dengan tajam menandakan kami tidak suka kesinisan mereka terhadap suami kami. tapi sebelumnya Fikar memang bilang masalah poligami masih pro dan kontra di negeri ini. Bahkan poligami akan terus menjadi perdebatan yang tiada habisnya. Solusi dari saya ya jalani saja hihihi…
Ketika ada kesempatan berdua dengan Faizah ketika Fikar sedang kekamar kecil aku pun meminta maaf kepada Faizah karena menggangu malam pertamanya.
“ dek maafin mbak ya”
“ lho maaf untuk apa mbak?”
“ semalam mbak merusak malam pertamamu”
“ lho memangnya semalam mbak kekamarku?”
“ iya… dan karena kangen dengan suami kita, jadi kami sempat bercinta. Tapi mas Fikar nggak sampe crot kok.”
“ idih mbak kok nggak bangunin aku sih, katanya pengen menggoda dengan threesome”
“ aku merasa momennya kurang pas, apa lagi bercinta sambil melihat kamu tertidur, rasanya bersalah banget.”
“ biasa aja kali mbak, kan sekarang kita sama-sama istrinya Fikar. tapi makasih ya mbak sudah ngasih kesempatan berduaan dengan Fikar, karena Fikar kentang aku jadi merasakan pengalaman seru semalam.”
“ ih apa cerita dong.”
“ eeeng…. kasih tahu nggak ya?”
Lega rasanya tidak ada ganjalan lagi didalam hati. Aku dan Faizah sekarang adalah saudara, saling menjaga, saling berbagi.
Pov Faizah

Tiba di bandara Depati Amir Pangkal Pinang, kami segera cek in di salah satu hotel Berbintang. Aku sengaja memilih kamar Executive suite. Fikar dan mbak Rif’ah awalnya menolak karena terlalu mahal, tapi setelah aku bilang bahwa kak Hendri adalah salah satu pemiliknya barulah mereka mau. Aku sengaja memesan satu kamar saja. Dan meminta disiapkan sebuah mobil untuk kami jalan-jalan. Baru kali ini aku dan mbak Rif’ah kepulau bangka sementara suami kami katanya sudah beberapa kali kesini ketika Touring dengan club motornya.

“ Ara, Zie… maaf ane belum bisa memberikan kalian kemewahan. Tapi ane janji akan berusaha sebaik mungkin agar kebutuhan kalian terpenuhi.” Katanya ketika kami sudah didalam kamar. Kami pun duduk di sofa bertiga. Seperti biasa aku dan mbak Rif’ah duduk mengapit bang Fikar.

Aku dan mbak Rif’ah maklum. Bang Zulfikar mungkin minder dengan kekayaan orang tuaku dan kak Henri tapi aku bukanlah wanita yang materialistis. Aku terbiasa hidup sederhana, malah aku lebih memilih untuk kost dari pada harus tinggal di rumah mewah milik kak Hendri. Dan aku sudah terbiasa mengurus kebutuhanku sendiri.

“ mas jangan khawatir, apa yang mas berikan untuk kami asal halal, akan kami terima dengan senang hati. Betul nggak Zah…?” kata mbak Rif’ah menegaskan bahwa kami berdua akan menerima bang Fikar apa adanya.

“ iya bang. Betul kata mbak Rif’ah. Sebenarnya kalau harus membayar hotel ini aku juga nggak mau. Tapi ini adalah hadiah dari kak Hendri jadi ya kita nikmati saja mumpung gratis. Hihihi….” kataku mendukung mbak Rif’ah.

“ mas tenang aja… dibalik kesuksesan seorang suami ada doa istri. Sekarang mas sudah punya dua orang istri yang akan senantiasa mendoakan yang terbaik untuk mas Fikar.” kata mbak Rif’ah memberi motivasi.

“ kalau doanya masih kurang. Masih ada quota kok bang untuk nambah . hihihi….” kataku cekikikan disambut tawa mbak Rif’ah.

“ hihihi… iya mas masih ada dua lagi. Bertambah istri maka bertambah pula yang mendoakan.” Kata mbak Rif’ah menambahkan.

“ kalian bercanda kan. Aku nggak mau ada yang ketiga apalagi yang ke empat. Apa kalian tidak sadar betapa sinisnya kaum perempuan melihatku.” Kata bang Fikar pesimis.

“ kami tahu kok mas. Tapi kami juga tahu bagaimana perasaan mas, ketika para laki-laki memandang iri terhadap mas. Betul nggak Zah?” kata mbak Rif’ah sambil tersenyum kepadaku.

“ betul mbak. Semua laki-laki yang melihat kita bertiga berjalan bergandengan pasti iri kepada abang. Dan abang juga senangkan? dikagumi karena digandeng dua bidadari cantik.” Kataku membenarkan pendapat mbak Rif’ah.

“ Perkara wanita yang sinis terhadap mas. Jangan terlalu diambil pusing. Toh kami berdua memang sudah sepakat diawal untuk berbagi.” Kata mbak Rif’ah sambil mengerling nakal kepadaku.

****

Hemmm…sudah saatnya. Mungkin ini juga bisa memulihkan rasa percaya diri suami kami. mbak Rif’ah mengusap kepala Bang Fikar sementara aku membuka ikat pinggang dan pengait celana yang dia kenakan.

“ mas nikmati saja hadiah dari kami berdua. jangan banyak bergerak atau nanti mas kami borgol” kata mbak Rif’ah.

“ kalian mau ngapain?” kata bang Fikar kaget melihat aksi kami.

“ udah abang turutin kata mbak Rif’ah barusan.” Kataku sambil mengeluarkan si junior. Yang masih layu belum bangun.

Kami berdua bergantian mencium bibir bang Fikar. Tapi nyaris tak ada reaksi. Duh abang kenapa sih? Aku dan mbak Rif’ah saling berpandangan heran. Tapi sedetik kemudian aku melihat kedipan mata mbak Rif’ah. Kami berdua pun berdiri pura-pura merajuk.

“ ya udahlah mbak… percuma. Yang kita hadapi adalah patung. Mending kita tuntasin saja sendiri” kataku sambil tersenyum nakal menggoda bang Fikar.

Aku dan Mbak Rif’ah menuju kasur yang berukuran king size. Dan duduk diatasnya. Lalu kusambar bibir mbak Rif’ah kemuadian berciuman dengan sengaja memperlihatkannya kepada bang Fikar. aku dan mbak Rifah saling meremas payudara kami yang masih terbungkus pakaian dan membuatnya seolah olah kami sangat menikmatinya.

“ waw mbak punyamu besar ya, montok” kataku meremas lembut payudara mbak Rif’ah.

“ ah masih seksi punyamu sayang” kata mbak Rif’ah yang juga sedang meremas payudaraku.
Rencana kami berhasil kulihat si junior mulai bangun. Kami berdua pun semakin liar berciuman.

“ slurup…. muach…. slurup…. muach….” suara ciuman bibirku dan Mbak Rif’ah.

Kami pun saling membuka gamis longgar yang kami kenakan. Tapi berusaha agar bibir kami tidak terlepas. Kami pun menurunkanya hanya sebatas pinggang. Kami berdua juga menggunakan tanktop, meski ribet melepasnya tapi kami buat seerotis mungkin. Dan ketika hendak melepas bra yang kami gunakan bang Fikar bangkit dengan si junior sudah berdiri gagah. Celananya jatuh meluncur karena tadi aku sudah membuka gaspernya. Lalu bang Fikar memeluk kami berdua.

“ aku tidak mau kalau nanti kalian berdua melakukannya di belakangku.” Katanya ketus.

“ hihihi… yang enggak lah mas. Kami melakukan ini untuk menggodamu.” Kata mbak Rif’ah.

“ abisnya dari tadi diem aja” kataku menimpali.

“ maafin aku ya… entah kenapa aku kepikiran masalah tadi.” Kata bang Fikar sambil mencium keningku dan mbak Rif’ah bergantian.

Aku dan mbak Rif’ah tersenyum nakal. Kami berdua melepas gamis yang masih menempel dipinggang. Dan menurunkan celana training yang kami kenakan. Lalu melepas pakaian bang Fikar. Kemudian dengan kasar kami dorong tubuhnya. Hingga terlentang diatas kasur. Kami pun berebut untuk mengoral si junior. Hingga kepala kami terbentur. Jadi kami mengubah strategi. Aku mengoral si junior, mbak Rif’ah mengoral kantung zakarnya, dan bergantian.

“ auw…geli…” erang bang Fikar.

Bang Fikar mencoba untuk duduk, tapi langsung kudorong. Hingga dia kembali terlentang. Aku dan mbak Rif’ah saling melirik. Dan memberi kode anggukan padaku yang artinya mbak Rif’ah mempersilahkan aku duluan sementara mbak Rif’ah masih asyik mengoral si junior. Aku pun membuka bra dan celana dalam yang masih aku kenakan menyisakan jilbab dan kaus kaki. kemudian aku mencium bibir bang Fikar. lidahku langsung menerobos kedalam mulutnya. Tangannya nakal hendak menyentuh payudaraku tapi langsung kutepis.

“ udah abang diem aja. Awas banyak gerak ntar kami borgol beneran” kataku ketus.

Puas melumat bibirnya. Aku kemudian menyodorkan payudara kananku di mulutnya. Bibirnya langsung menyambar payudaraku dan mengeyotnya seperti bayi. Puting susuku juga di gelitiknya dengan lidah membuat aku kegelian.

“ aoww…. akhh… gelii….” rintihku keenakan.

Lidahnya menggelitik puting susuku membuat aku kegelian tangannya aku tahan jadi yang bebas bergerang hanya kepalannya. Vaginaku mulai basah aku pun memberikan kode dengan mbak Rif’ah, mbak Rif’ah menghentikan aksinya. dan membantuku untuk naik keatas tubuh bang Fikar. aku mulai berjongkok ditas junior bang Fikar. iseng mbak Rif’ah menggesekan kepala junior di vaginaku, membuat aku kegelian.

“ ouchhhh… jangan mbak… geliii” rengekku.

Mbak Rif’ah tersenyum mesum menghentikan aksinya. diarahkannya penis bang Fikar didepan lubang vaginaku dan perlahan aku mendudukinya hingga amblas semua kedalam vaginaku. Aku pun mulai menggoyangkan pinggulku dan terasa juniornya seperti mengaduk-aduk vaginaku.

“ zah suami kita suka loh ketika bercinta istrinya ngomong vulgar” kata mbak Rif’ah berbisik ditelingaku.

“ ayo Zah lumat kontol mas Fikar dalam memekmu.” What… mbak Rif’ah ngomong jorok duluan.

Aku jadi panas dingin. Kugoyangkan pinggulku lebih cepat membuat bang Fikar kelojotan. Mbak rifah menyingkap jilbabku kebelakang hingga manampakkan kedua payudaraku. Menurunkan celana trainingnya sekaligus celana dalam yang masih dia kenakan, tak lupa juga dia membuka bra yang dia kenakan, melihat tubuh mulusnya aku sempat minder tapi akhirnya aku jadi bersemangat untuk menggoyangkan pinggulku.

“ arghhhh…. bang kontolmu kok enakkkkk ughhhh…” aku meracau.

Aku semakin asyik dengan aksiku. Sementara mbak Rif’ah mulai mencium bibir suami kami. dan tak mau kalah dia mulai berjongkok didepan wajahnya. bang Fikar mulai menjilati vagina mbak Rif’ah, membuat mbak Rif’ah merintih keenakan.

****

Pov Rif’ah

“ ahhhh mass…. enaaakkkk” rintih ku nikmat. Tarian lidahnya mengelitik klitorisku.

Tangannya hendak meraih payudaraku, aku pun menepisnya. Kenapa sih nggak nurut aja malah grapein payudaraku.

” akkkkhhhh massss… tangannya janggann nakkkall” Tubuhku mengelepar, permainan lidahnya sungguh luar biasa aku menggelepar bagai ikan keluar dari air.

“ iyahhhhh banggg… diiieemm kennaapa sih” tegur Faizah tapi masih keenakan menggoyang pinggulnya.

“aaaauuwwww maassssss….” ku jepit kepalanya dengan paha ku, vaginaku berkedut dahsyat.

Posisi aku dan Faiza persis dua orang naik perahu sambil mendayung. Bedanya yang kami naiki adalah tubuh suami kami dan sama sama mendayung birahi. Sensasinya bikin ngilu-ngilu nikmat.

“ aduhhh mbaakkk teryaaataahhh ini possiisiii wuenaaaakkkk” Faizah meracau sambil mempercepat ulekannya.

Hemmm sepertinya Faizah akan mencapai puncaknya. Sepertinya tak ada salahnya jika aku mempercepat klimaksnya.

Aku pun segera turun dari tubuh mas Fikar, padahal sebenarnya aku sedang asyik tapi tak apalah demi keharmonisan rumah tangga kami nantinya. Akupun memeluk Faizah dari belakang dan meremas payudaranya. Sesekali aku menjepit puting susunya dengan jariku sambil terus meremasnya. Goyangan Faizah semakin tidak teratur. Terpaksa aku memberikan kode kedipan mata pada mas Fikar untuk memintanya gantian untuk meremas Payudara Faizah. Sementara aku memegang pinggul Faizah dan membatunya menaik-turunkan pantatnya.

“ auwww… mbak… makasiiiii” erangan Faizah semakin menjadi. Mas Fikar juga tahu bahwa istri keduanya akan mencapai puncaknya. Diapun semakin liar meremas payudara dan menggelitik puting susu Faizah.

“ ooohhhhh….haaaaaahhhhh. akuuuuuuuuu arrggggggg…..” tubuh Faizah bergetar hebat, menandakan dia sedang mencapai puncaknya. Deru napasnya tak teratur.

Goyangan pantatnya perlahan terhenti hingga dia ambruk diatas tubuh mas Fikar. kemaluan mas Fikar masih menancap didalam vagina Faizah. Aku pun mencium pipi Faizah dan mengecup bibir suamiku. aku tersenyum melihat tubuh Faizah yang basah oleh keringat dan suamiku juga memeluk Faizah yang masih berada diatas tubuhnya. Sepertinya Faizah masih butuh waktu untuk pulih setelah mengalami orgasme pertamanya.

“ aduh mbak… badanku masih gemetaran mbak.” Kata Faizah setelah berbaring disamping mas Fikar.

“ enak Zie…” kata mas Fikar sambil mencium keningnya. Oh rupanya mas Fikar manggil Faizah Zie ih….bikin aku yang dengar aja merinding, sama ketika dia memanggilku Ara. Bikin lumer.

“ pake banget mas.hash…hash…hash…” Kata Faizah dengan nafas masih belum stabil.

“Kamu istrirahat dulu Zah. Gantian aku mau juga kayak kamu.” Kataku kepada Faizah. Biarlah aku tetap memangil Faizah. Biar Zie hanya mas Fikar yang menyebutnya.

“ Mas masih kuatkan?” kataku pada mas Fikar.

Tanpa menunggu jawaban dari mas Fikar aku segera naik keatas tubuh suamiku. jilbabku aku turunkan hingga menutup payudara, jaga jaga biar tangannya nggak nakal hihihi…

Kuarahkan batang penisnya kelubang surgaku perlahan dan ketika kepalanya masuk langsung aku mendudukinya. Blash…hingga batang penisnya habis tertelan di vaginaku. Tapi aku justru merasakan penisnya langsung penuh.dan menyentuh mulut rahimku. Untung vaginaku sudah basah kalau belum pasti nyeri. Selanjutnya aku mulai menggoyangkan pinggulku perlahan.

****

Pov Faizah

Gila rasanya sulit dikatakan. Lebih dasyat lebih nikmat. Meski aku kelelahan tapi sungguh aku jadi pengen lagi, tapi sayang tenagaku habis. Jadi sekarang giliran mbak Rif’ah. Nanti mbak tunggu pembalasanku hihihi…

Mbak Rif’ah mulai mengoyang pinggulnya persis penari striptis pole dance yang beraksi. Tidak seperti aku yang langsung dengan kecepatan tinggi mbak Rif’ah justru mengoyangkan pinggulnya perlahan. Pelan penuh penghayatan maklum kondisi mbak Rif’ah yang berbadan dua membuatnya harus ekstra hati-hati.

Bang Fikar juga menunjukan perhatiannya dengan menahan pinggul mbak Rif’ah agar tidak terlalu liar goyangannya. Ih… jadi iri pengen cepat-cepat hamil. Tapi meski pelan tak butuh waktu lama untuk mbak Rif’ah merintih nikmat. Kuakui si junior mampu membuat aku dan mbak Rif’ah mengerang baik digoyang pelan maupun cepat.

Melihat tubuh mbak Rif’ah yang basah oleh keringat aku teringat masa-masa kami bersama sebelum dia meminta perlindungan dengan Ummu Nida. Sementara aku sudah lama tidak menjamah wanita bisa dibilang berhenti sih, malah ketika mbak Rif’ah mengerjaiku aku merasa bang Fikar yang menjamahku. Tapi aku ingin balas mengerjai mbak Rif’ah, enak aja tadi aku dibuatnya sampai lemes begini. Nikmatnya dobel antara genjotanku di vagina dan remasan payudaraku oleh mbak Rif’ah.

Tangan bang Fikar mulai naik ke payudara mbak Rif’ah tapi sebelum tangannya mencapai payudara mbak Rif’ah, aku menepisnya. Aku bangkit dan kusumpal mulutnya dangan payudaraku. Sementara kedua tanganku menahan kedua tangannya. sebenarnya kalau bang Fikar mau bisa saja dia melepaskan tanganku, tapi sepertinya saat ini dia nurut apa yang aku dan mbak Rif’ah inginkan. Tarian lidahnya di puting payudaraku seolah memberikan aku energi. Tenagaku berangsur pulih dengan cepat.

Aku pun mendorong wajah suami kami dengan kasar hingga mulutnya terlepas dari payudaraku. Ada reaksi kecewa terlihat diwajahnya. tapi dengan senyuman menggoda dan goyangan jari tanganku menandakan aku mintanya untuk tenang dan tetap diam diposisinya. Aku berdiri dibelakang mbak Rif’ah dan meremas payudaranya dari belakang. Mbak Rif’ah langsung mendesis nikmat. Payudaraku menempel dipunggung mbak Rif’ah. Gesekan puting susuku dengan punggungnya memberikan reaksi alami yang membuatku geli-geli nikmat. Satu tanganku mulai turun menuju vagina mbak Rif’ah tepatnya clitorisnya dan aku mulai menggelitik perlahan, dan berhasil mbak Rif’ah langsung merintih nikmat.

“ ishh….auwwww. jaa ngann aaakkuuu nggaaakk taaa haann hasssh…” mbak Rif’ah mengerang terengah-engah. Sambil tangannya menahan tanganku yang sedang menggelitiki clitorisnya.

“ udah mbak nikmatin saja. Anggap ini balasan dariku. Hihihi….” kataku pada mbak Rif’ah.

Mbak Rif’ah terdiam, kembali ia menggoyangkan pinggulnya dipenis bang Fikar dan gelitikan jariku di clitorisnya. Desahan nafasnya tertahan, mbak Rif’ah sengaja menikmatinya perlahan dan penuh penghayatan. Aku yang melihatnya jadi geregetan, biasanya mbak Rif’ah begitu bebas mengekspresikan rasa nikmat yang diarasakan tapi sekarang dia seolah menikmatinya sendiri.

“ emmhh… akhhhh…ughhhh…nikkkmaatt…” rintihnya tertahan.

Bang Fikar ikut mengoyangkan pinggulnya kekanan dan kekiri dan aku pun mempercepat gerakan jemariku di klitoris mbak Rif’ah. Rintihan mbak Rif’ah semakin membahana. Hihihi… tak ada lagi rintihan tertahan dari mbak Rif’ah yang ikut memambah gerakan pinggulnya.

“ akhhhhh….. aku nyaaammmpe massss…..” erang mbak Rif’ah. Berbaregan dengan tubuhnya yang ambruk diatas bang Fikar.

Bang Fikar tidak membuang kesempatan. Dibaringkan tubuh mbak Rif’ah disamping lalu bang Fikar bangkit seraya tersenyum dengan liciknya. Dipegangnya tanganku dan dibaringkannya disamping tubuh mbak Rif’ah yangmasih mengatur nafas.

“ sekarang giliranmu Zie…hehehe” katanya tanpa menunggu persetujuan dariku.

Penisnya yang mengkilat akibat dari cairan cintanya bersama mbak Rif’ah langsung dihujamkannya kedalam vaginaku. Dengan kecepetan tinggi penisnya mengobok-obok vaginaku. Tak butuh waktu lama langsung membuatku kelojotan dan mengerang.

“ oughhhh… Zie… memekmu…legit…” katanya sambil terus menggoyangkan pinggulnya.

“ akhhh… aammmpunnn bang…. oughhhh” aku mengerang nikmat.

Aku merasa tubuhku mengejang nikmat. Tanpa ampun bang Fikar terus menghujamkan si junior kedalam vaginaku. Aku hanya bisa pasrah menanti badai orgasme yang sudah didepan mata.

“ Zie… aku nyammpee akhhhhh…” junior bang Fikar menyemprotkan cairan hangat di dalam vaginaku. Serr…serr…serr hemmm nikmatnya. Penisnya yang masih gagah berdiri terus menghujam didalam kemaluanku, memaksaku mencapai puncak persetubuhan kami.

“ akhhhhh bhaaangg…. aku juggghaa nyammpeeh” erangku bersamaan dengan orgasmeku.

Luar biasa nikmat yang diberikan untukku. Meski bang Fikar keluar duluan tapi dengan penuh perjuangan bang Fikar mampu membuat aku menyusulnya untuk meraih kepuasan dalam hubungan suami istri. Rasanya sulit untuk di ungkapkan.

Dengan lembut di kecupnya keningku dan kening mbak Rif’ah yang sudah tertidur duluan. Nafasku masih tersengal. Mungkin hanya kami bertiga dan pelaku poligami lain yang tahu nikmatnya bercinta bertiga.

“ kamu hebat bang, sanggup melayani kami berdua. Terimakasih…” kataku dengan napas yang mulai teratur.

“ aku yang berterimakasih kepada kalian. Semoga lain kali kita bisa mengulanginya lagi.” Kata bang Fikar tersenyum manis.

“ kapan pun abang meminta, kami siap bang…” kataku yang juga mewakili mbak Rif’ah yang sudah tertidur duluan.

Setelah beristirahat sebentar sorenya bang Fikar mengajak kami ke Pantai Pasir Padi pantainya yang landai sering dijadikan anak muda sebagai tempat untuk balapan motor ketika sore menjelang. Asiknya disini bisa memesan jagung bakar dan juga seafood. Selama di pulau Bangka kami bertiga hampir menjelajahi seluruh tempat wisata yang ada ditempat ini. Seperti pantai Matras, gunung Manumbing, sumber air Tirta Tapta Pemali. Dan tempat wisata lain. Sungguh bulan madu yang tak terlupakan.

****

Pov Rif’ah

Sampai di Palembang kami bertiga langsung meluncur kerumah mertuaku eh salah lagi mertua kami terlebih dahulu hihihi… sampai disana kami langsung disambut sukacita. Selain keluarga Fikar ada juga orang tua mbak Fatimah. yang membuat aku dan Faizah hampir menitikan air mata ibu Dina (ibunya Fatimah-red) menyatakan keinginannya untuk mengangkat aku dan Faizah sebagai anak.

“ meski saya kehilangan seorang anak perempuan, tapi tuhan menggantinya dengan dua orang anak perempuan. Jujur kalian berdua mirip dengan Fatimah. Rif’ah bagian mata sedangkan Faizah hidung dan bibirmu mirip Fatimah.” kata ibu Dina sambil berderai air mata.

“ sudah bu jangan nangis, kami berdua senang kok jadi anak ibu” kataku sambil menggenggam tangan beliau.

“ iya bu, sebagai orang tua kami, kami harap ibu mau membimbing dan mendoakan kami agar kami bisa jadi istri yang baik” kata Faizah.

“ Fikar tolong jaga mereka berdua ya. jangan sakiti mereka. Karena mereka sekarang adalah anak-anakku. Jadi sama saja kamu menyakiti ibu kalau kamu menyakiti mereka” Kata ibu Dina meminta dengan mas Fikar.

“ iya bu… saya akan menjaga mereka, saya mohon doanya juga ya bu.” Kata Fikar.

Ibu Dina benar-benar perhatian terhadap aku dan Faizah beliau sering berkunjung kerumah kami. Bahkan beliau mengajari kami masak makanan khas Palembang. Kadang juga kami yang berkunjung kerumah beliau tentunya sesudah mendapat izin dari Fikar.

Sebulan kemudian Fikar akan menjalani sidang skripsinya. Malah terkadang aku dan Faizah bergantian membatunya mengetik skripsi. Pas sidang skripsi aku dan Faizah turut menemani Fikar sekedar memberi semangat untuknya.

“ tugas akhir ini kupersembahkan kepada” kata Fikar memulai sidangnya

“1. Tuhan YME.

2. Mama dan Papa terimakasih telah melahirkan dan mendidikku.

3. Adik-adikku dunia ini sepi tanpa kalian.

4. Untuk Rif’ah dan Faizah. Untuk semua kebaikan kalian kepadaku hanya tuhan yang dapat membalasnya.”

Sama seperti sidang skripsiku suasana jadi gaduh ketika Fikar menyebut nama kami berdua. Apalagi temannya yang laki-laki. Semua jadi heboh. Selesai sidang hasilnya Fikar mendapat nilai “B” tapi dia malah kegirangan. Katanya sudah untung dapet B dari pada C. Katanya lagi yang penting IPKnya sudah diatas tiga koma. Padahal bisa saja dia kecewa karena semua usaha sudah dia lakukan. Tapi dia bilang kita hanya berusaha hasil tuhan yang menentukan. Iya juga sih, yang penting usaha sudah maksimal, apapun hasilnya terima dengan lapang dada.

Selain kelulusan Fikar ada kabar bagus lagi sebenarnya. Faizah Hamil tiga minggu sementara aku sudah memasuki bulan ketiga. Hihihi tokcer juga rupanya suami kami. hasil USG memperlihatkan aku akan melahirkan dua putri kembar. Sungguh kabar gembira untuk kami. Ibu Dina dan ibu Mertua kami tak henti-hentinya memberi wejangan kepadaku dan Faizah. Apalagi Faizah yang masih sibuk dengan kuliahnya. Ibu Dina lebih ketat mengawasinya hihihi…

****

Pov Faizah

Sebenarnya selain kehamilanku kabar yang satu lagi adalah kabar bagus untuk aku dan mbak Faizah. Tapi bagi suami kami tercinta bikin dia galau segalau-galaunya. Aku dan mbak Rif’ah mendukung seratus persen keputusannya. Bahkan papa dan mama mertua juga orang tua mbak Fatimah juga mendukung sepenuhnya. Aku dan mbak Rif’ah berharap keputusan yang diambil nantinya adalah keputusan bijak dari suami kami tercinta.

Sebenarnya ini ada hubungannya dengan ustadz Kareem. Pembimbing kelompok kajian Fikar. Anaknya yang bernama Ameera mendadak mogok makan dan mogok sekolah. Setelah tahu Fikar sudah menikah dengan dua orang akhwat yang cantik dan seksi hihihi… Ameera merasa sudah di bohongi bang Fikar. Tapi sebenarnya Ameera lebih menyalahkan Abinya.

Setelah selesai sidang skripsi, malam harinya Fikar mengajak mbak Rif’ah dan aku untuk silaturohim ketempat ustadz Kareem. Rupanya kedatangan kami sudah sangat diharapkan. Ustadz Kareem langsung mengajak Fikar bicara empat mata. Sementara istri beliau mengajak mbak Rif’ah dan aku bicara di ruang keluarga.

Lalu beliau mulai bercerita bahwa anak gadisnya yang masih kelas satu SMP yang bernama Ameera sedang ngambek mogok makan dan juga mogok sekolah. Penyebabnya tiga hari yang lalu Ameera mengetahui bahwa Zulfikar atau yang sering dipanggil Ameera om Fikar ternyata sudah menikah, padahal kata Ameera Om Fikar dulu janji akan menikah dengan Ameera. Nah disinilah bang Fikar mulai galau.

****

Pov Zulfikar

Dua tahun kemudian.

“ assalammuaikum….” sapa ane didepan pintu rumah.

“ waalaikumsalam…. eh aden. Kok udah pulang den?” jawab bi ijah asisten rumah tangga ane yang berusia kurang lebih lima puluh tahun.

Bi ijah sebenarnya hanya bekerja setengah hari karena tugasnya hanya membersihkan rumah seperti menyapu dan mengepel. Juga menyetrika pakaian. Ane memperkerjakannya karena ane merasa kasihan jika harus melihat istri-istri ane direpotkan dengan urusan kebersihan rumah. Sementara mereka baru melahirkan.

Rif’ah melahirkan putri kembar yang kami beri nama Fatimah Quinsah dan Fatimah Maharani. Rif’ah sengaja memberi nama Fatimah sebagai tanda sayangnya kepada ibu Dina yang sudah menganggap dia dan Faizah sebagai anak. Sementara tiga bulan kemudian Faizah melahirkan seorang Putra yang kami beri nama Samson. Nah ini karena ane nggak kepikiran nama lain ketika Faizah melahirkan ane dapet undangan dari kak Novian yang akan menikah. Membaca nama Novian ane jadi inget waktu ane plesir di hotel prodeo dengan nama samaran Samson jadi ya udah ane kasih aja anak laki-laki ane dan Faizah dengan nama Samson. Faizah juga setuju dengan nama itu. Ya mudah mudah-mudahan anak laki-laki ane nanti sekuat Samson hehehe….

Rif’ah sehari-hari menyibukan diri dengan bisnis jualan online. Sementara Faizah masih kuliah sedang mempersiapkan Skripsinya.

“ iya bik ada yang ketinggalan. Kok sepi bik? Pada kemana?” tanya ane.

“ nyonya Rif’ah sedang belanja mungkin bentar lagi pulang. Nyonya Faizah sedang menemani nyonya Ameera kedokter gigi.” Jawab bi Ijah.

Oh iya ane lupa kalau beberapa hari ini Ameera mengeluh sakit gigi. Setelah diberi obat dokter meminta agar kembali lagi setelah sakitnya sembuh untuk dicabut giginya. Berarti hari ini Ameera izin tidak sekolah. Status Ameera adalah sah istri ketiga ane setelah mendapat izin dari pengadilan. Tapi tetap dengan syarat dan ketentuan berlaku. Nah meski sudah menikah resmi yang tahu pernikahan ane dan Ameera hanya segelintir orang. Dan Ameera tetap melanjutkan sekolahnya. Kisahnya entar ane bagi di season dua. Kalau ane sempat, kalau ane ingat, dan kalau Tsnya mau hehehe….

“ anak-anak mana kok nggak keliatan?” tanya ane karena nggak melihat anak-anak ane.

“ anu den tadi dijemput sama nenek-neneknya, katanya nanti sore aden disuruh jemput dirumah neneknya.” Jawab bi Ijah.

Wah kebiasaan nih. Yang dimaksud nenek-neneknya oleh bi Ijah siapa lagi kalau bukan mama ane dan ibu Dina. Paling suka ngajak anak-anak main dan jalan-jalan. Tapi sorenya nyuruh ane yang jemput. Ane masih kerja jadi Sales motor. Tapi dibantu Faizah ane juga mulai merintis usaha jual-beli motor seken. Hasilnya lumayan untuh biaya hidup keluarga ane sehari-hari. Sebenarnya ane udah ditawarin untuk jadi SVP tapi karena SVP kebanyakan stand by di dealer ane menolaknya. Ane merasa bebas berkreasi sebagai sales. Ya jujur ane juga suka nyambi jadi broker atawa makelar.

Sebagai manusia tak putus-putus ane berterimakasih pada Tuhan yang memberi ane karunia yang begitu besar. Meski aral melintang datang silih berganti, ane dengan dukungan istri-istri ane dapat melewatinya dengan baik. Terutama ane tidak pernah melupakan selalu meminta doa dari mama, yang senantiasa selalu mensupport ane dan selalu mendoakan yang terbaik buat ane.

Comments

Popular posts from this blog

(Episode 11) Pesta di Akhir Pekan : Akhir Dari Akhir Pekan

“Hayu atuh kalo mau diterusin…” “Pindah aja yuk, jangan di sini” saran Asep sambil berdiri “Lho, kenapa emangnya?” “Yah, biar tenang aja hehe” Dinda akhirnya ikut berdiri menuruti saran Asep. Sebenarnya tujuan Asep biar yang lain tidak ada yang mengganggu mereka. Percuma dong sudah susah payah membuat Irma tepar dalam gelombang birahi kalau tiba-tiba ada yang lain ikut nimbrung. “Kita nyari kamar aja yuk” Asep memegang tangan Dinda dan mulai berjalan menjauhi yang lain “Di kamar atas aja yuk, kasurnya gede sama pemandangannya bagus” usul Dinda “Wah boleh juga tuh”

(Bonus Part 2) Pesta di Akhir Pekan

Bonus Chapter: Eksekusi Dinda (Part 2: Main Course) Dinda Fitriani Anjani kecil yang masih duduk di bangku SMP terbangun menjelang tengah malam. Tadi siang dia bekerja keras menjadi pagar ayu di pernikahan kakak perempuannya, dan juga membantu keluarganya di resepsi ala rumahan yang tanpa EO dan berlangsung sampai sore. Sehingga selepas maghrib Dinda tidur begitu saja setelah membersihkan make-up dan berganti baju. Terlewat makan malam, gadis cilik itu sekarang bangun dengan perut lapar.

(Episode 10) Pesta di Akhir Pekan : Serangan Mendadak

Asep dan Dita keluar dari kamar mandi mendapati Eci yang sudah memegang handuk. Melihat mereka berdua, Eci langsung tersenyum mengejek. “Mas Asep yaaa…Bilangnya mau mandi padahal aslinya enjot-enjotan sama Dita” ledeknya “Eh, beneran kok Mbak niat awal saya cuman numpang mandi ajah, cuman saya harus diajarin Mbak Dita buat nyalain showernya hehe” Asep membela diri