Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2016

Tetangga Cantik

Pagi itu ketika mencuci mobil di garasi, Restian kembali berkesempatan mengamati tetangganya yang baru turun dari taksi. “Selamat pagi, Mas Restian,” sapa tetangganya itu, seorang perempuan cantik berumur 20-an akhir. “Pagi, Mbak Kamalia,” Restian menyapa balik sambil cengar-cengir. Kamalia balas tersenyum hangat, melambaikan tangan. “Eh Mbak, belum dibayar,” seru sopir taksi. Kamalia berbalik badan. “Pak, bisa ikut saya dulu ke dalam? Saya mau ambil uangnya dulu di dalam rumah.”

Hasrat Tak Tertahankan

Udara dingin dalam cuaca mendung gelap yang menyesakkan. Sudah dua hari ini matahari enggan untuk menampakkan sinarnya. Angin kencang menggoyang daun-daun kering yang tampak ringkih bertahan di dahan. Hari-hari di bulan desember yang selalu basah dan gelap. “Ma, Papa berangkat dulu ya.” “Hati-hati di jalan, Sayang. Jangan ngebut, ya?” Lelaki yang dipanggil sayang itu tersenyum. Wajahnya sebenarnya cukup lumayan, agak ganteng kalo dilihat dari Monas pake sedotan. Tubuhnya kurus kering, dengan kulit coklat kehitaman terbakar matahari. Rambutnya yang kriwil makin menambah kesan tak terurus pada diri pria itu. Ia  mengecup kening dan pipi istrinya yang bulat dan menggelitik pinggang ramping milik wanita itu.

[2] Bukan Endless Love

Malinda Linda Kenapa calon presiden Indonesia yang berinisial RI itu dulu selalu kontra ama goyang ngebornya Inul Daratista? Soalnya dia cuma bisa tiruin goyang patah-patah. Update : sekarang malah udah jago goyang itik juga..​

Sweet Honeymoon 1

Pesta sudah bubar. Para undangan sudah kembali ke rumah masing-masing. Hanya kerabat dan keluarga yang masih tersisa. Beberapa sahabat dekat kedua mempelai terlihat hilir-mudik di sekitar gedung tempat pernikahan itu. Sedangkan kedua mempelai berada di kamar rias, mengganti salin. Bima, pengantin pria, keluar lebih dulu. Setelah berpakaian biasa, ia menyapa teman-temannya yang belum pulang.

Sweet Honeymoon 2

Perlahan demi perlahan ia telusuri leher isterinya. Bima sangat menikmati leher Rina yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Ia tak hanya mencium, tapi juga menjilatnya. Rina melenguh lagi. "Uuuhhhh....Mass...." Bima yang mulai paham dengan arti lenguhan itu meneruskan aksinya. Lidahnya meluncur ke bagian bawah menuju payudara Rina. Ia memperhatikan bentuk payudara Rina yang masih terbungkus bra dan lingerie hitam. Sungguh pemandangan yang selama ini hanya menghiasai mimpinya saja. Lidah Bima terbentur dengan tepi lingerie Rina saat ia ingin mendaki bukit kembar isterinya. Rina paham dengan keinginan suaminya. Ia pun memberi isyarat kepada Bima ketika ia akan membuka lingerienya. Bima ikut membantu meloloskan pakaian yang membuat tubuh Rina terlihat sangat sensual.

Sweet Honeymoon 3

Sadar kalau ada situasi genting, Bima keluar dari mobil dan berusaha untuk mengangkat mobilnya. Di tengah derasnya hujan, ia memasukkan batu-batu ke lubang tanah agar bannya memiliki pijakan yang kuat. Tapi usaha itu sia-sia, tanah di sisi jalan itu terlalu lembek untuk menopang berat mobil Bima yang besar. Sampai Bima kehabisan batu di sekitarnya, mobilnya masih terjebak. "Sayang, batunya habis. Aku cari batu di sebelah sana dulu ya," ujarnya kepada Rina. Rina khawatir, jika usaha yang dilakukan suaminya tidak membuahkan hasil, apa yang harus mereka lakukan? Mungkin salah satu dari mereka harus mencari pertolongan, karena di depan sana ada cahaya pelita dan berharap saja rumah penduduk.

Sweet Honeymoon 4

Dengan konstan Bima memompa penisnya lebih dalam. Ia ingin isterinya mengetahui kalau dia adalah laki-laki sejati. "Dah gak sakit sayang," tanya Bima diantara lenguhan Rina. "Nggak Mas, terus Mas yang keras, yang dalam," balas Rina. Mendapat arahan seperti itu Bima melakukan penetrasi lebih dalam. Kini ia tak lagi hanya memaju mudurkan saja, ia menggunakan kekuatan panggulnya untuk menyodok lebih dalam. Akibatnya badan Rina ikut berguncang ketika penisnya menghujam vagina Rina. Bima kemudian mengangkangkan kaki isterinya selebar-lebarnya, ia ingin penisnya benar-benar masuk sedalam-dalamnya. Rasanya sungguh luar biasa. Saat Bima terlihat memburu nafas, Rina kemudian berimprovisasi dengan mengaitkan kakinya di bekalang pantat Bima. Rina terus memancing Bima agar menusuk lebih dalam lagi, dan lebih dalam lagi.