Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2017

Ayo Tekan!!

Airin Rachmi Diany, mewakili sosok generasi baru yang muda, cerdas dan peduli. Dalam usia 33 tahun ia sudah menyelesaikan pendidikan Spesialis Notariat dan Pascasarjana S2 Bidang Hukum Bisnis di salah satu Universitas di Bandung. Aktivitas sosialnya membuat ibu dua anak ini senantiasa berada di tengah masyarakat. Sebagai notaris profesional, Ibu muda yang senantiasa berjilbab ini dikenal memiliki kepedulian terhadap nasib masyarakat lapisan bawah. Tak terhitung kegiatan sosial yang telah digagasnya. Ia mensponsori pengobatan gratis, pemberantasan demam berdarah, bantuan untuk pesantren dan mejelis taklim, kegiatan olahraga pemuda, dan banyak lagi. Lahir di Banjar pada tanggal 28 Agustus 1976, Airin memiliki pandangan hidup yang visioner dan jauh ke depan. Baginya waktu adalah emas. Ia tak pernah menyia-nyiakan waktu tanpa mengerjakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan. Maka sesibuk apapun ia bekerja, Airin tak pernah mengeluh sepanjang apa yang dia kerjakan dapat bermanfaat.

Senggol Sana Senggol Sini (3)

Hari yang cerah. Meskipun matahari telah condong ke barat, namun cahayanya yang keemasan masih terus menyepuh pucuk-pucuk tanaman di halaman depan rumahku sehingga tampak begitu indah. Sementara itu angin semilir yang lembut bertiup ke segala penjuru di sekitarku. Aku duduk di teras menikmati kesendirian. Di pangkuanku tergeletak sebuah novel misteri yang sejak aku duduk di tempat itu belum sekali pun sempat kubaca. Mataku lebih banyak melayang ke sekeliling. Ke halaman yang selalu rapi karena terawat dengan baik. Lalu ke langit yang cerah penuh warna keemasan, dan juga ke jalan dan ke mana pun mataku berlabuh. Damai rasanya.

Senggol Sana Senggol Sini (2)

Semuanya diawali pada suatu malam, ketika aku baru menikah dengan Berta. Aku baru saja hendak pergi membaca buku di teras ketika seutas sms meluncur ke hapeku, dari Sonya. Aku buka sms itu. “Selamat malam, Gun. Maaf mengganggu. Kamu bisa ke rumah sebentar?” Demikian pesan singkat itu. Aku berpikir sesaat, dan kubalas. “Dengan senang hati, Mbak. Tunggu ya!” Selebihnya aku sibuk pencet-pencet keypad hape untuk memberitahu Berta yang belum pulang dari arisan kalau aku lagi pergi ke toko buku. Aku tidak ingin dia menyusulku ke rumah Sonya, biarlah ini menjadi rahasiaku. Agak mengganggu pikiran ketika Sonya membuka pintu dengan raut wajah tidak secerah biasanya. Meski kelihatan senang dengan kehadiranku, senyumnya tidak terlalu riang. “Ada apa, Mbak?” tanyaku. “Perlu sama aku?”

Senggol Sana Senggol Sini (1)

Sore itu, aku pulang agak cepat dari kantor. Istriku sepertinya lagi arisan karena pintu rumah tertutup rapat, terpaksa aku harus memendam keinginan untuk lekas menidurinya. Karena tidak ada kegiatan apa-apa, kuhabiskan waktu dengan mencuci motor di teras depan. Saking seriusnya, aku sampai tidak tahu kalau Nadia, tetangga sebelah yang baru pindah, lewat di depanku. Dia mengenakan kaos tanpa lengan yang sangat ketat, payudaranya jadi terlihat mau tumpah dari tempatnya. Melihat aku sendirian, dia pun mendekat. ”Rajin amat, Mas!” sapanya sambil duduk di bangku kayu. ”Eh, Nadia. Iya, mumpung lagi senggang, biar bersih nih mobil.”

Ipar-iparku (part 1)

By the way namaku tidak terlalu penting untuk disebutkan di sini. Hanya saja seluruh anggota keluarga besar memanggilku dengan sebutan ‘Akang’ karena itulah panggilan sayang istriku kepadaku sehingga seluruh anggota keluarga kemudian mengikuti dengan menyebut ‘Akang’. Usiaku saat ini sudah 28 tahun dan istriku 24 tahun. Pernikahan kami sudah memasuki tahun ketiga dan telah memiliki seorang putri 2 tahun yang lucu. Istriku adalah anak ketiga dari empat bersaudara dan semuanya adalah perempuan. Kakak ipar tertuaku bernama Umi, umurnya 31 tahun dan yang kedua bernama Ani, setahun lebih muda dariku. Sedangkan Ima, adik istriku yang bungsu berusia 20 tahun dan beberapa bulan yang lalu melangsungkan pernikahan dengan calon suaminya. Di sinilah peristiwa itu bermula.

Ipar-iparku (part 2)

Setelah kejadian itu, entah kenapa aku semakin terobsesi kepada Ani. Aku tidak mengerti perasaan dalam hatiku ini. Yang pasti ini bukan cinta, karena perasaan ini tidak sama ketika aku beru pertama kali jatuh cinta kepada istriku, dan sampai sekarangpun, aku tidak merasakan perasaan yang sama dengan perasaanku kepada Ani. Tetapi maaf, kawan. Ini juga bukan tentang birahi, karena setelah kejadian itu, aku tidak dalam kondisi yang menjadi ketagihan. Parahnya lagi, ini perasaan ini bukan hanya kepada Ani, tetapi kepada Kak Umi dan Mia. Aku jadi tertarik untuk mencoba menaklukkan kedua iparku ini di ranjang, sekaligus aku penasaran akan aksi dan reaksi mereka ketika mereka bermain denganku. Mungkin sebahagian dari kalian menilaku sebagai orang yang maruk, rakus, atau apalah. Tetapi ini adalah tentang hasrat, dan sepertinya hasrat ini harus dituntaskan.

Ipar-iparku (part 3)

Kata orang, cinta dan nafsu adalah dua variable yang sangat berbeda jauh. Dalam cinta ada nafsu, namun kau tidak bisa menemukan cinta di dalam nafsu, begitu katanya. Cinta orientasinya adalah ingin membahagiakan, sedangkan nafsu orentasinya adalah ingin memiliki. Lantas, berada di manakah posisiku ketika orientasiku adalah ingin memuaskan iparku? Mungkin kalian bisa mengecapku sebagai orang yang maruk, maniak seks, rakus, atau apalah, yang pasti jatah yang kuberikan kepada Arni, istriku, tidak pernah berkurang baik kuantitas maupun kualitasnya.

Ipar-iparku (part 5)

Waktu telah menunjukkan pukul 00.23 menit ketika aku terbangun di sofa. Kadang-kadang kalau sudah lelah karena kerjaan ditambah lagi karena dua kali memeras mani membuatku tidak sadar kalau ternyata aku sudah tertidur di sofa ruang keluarga. Sejenak kemudian telingaku menangkap suara yang tak lazim. Kupandangi Arni dan Ani yang tidur di karpet ruang tengah, sedangkan Ima tidak ada di situ. Ku pusatkan konsentrasiku pada pendengaranku hingga aku menyadari bahwa itu adalah suara Ima yang sdang merintih. Pada awalnya aku tidak berfikir yang aneh-aneh, karena Ima sedang hamil dan suaminya sedang terbang. Aku hanya mengira Ima kenapa-kenapa. Ku cari lokasinya hingga aku yakin kalau suara itu datang dari kamar Ima.

Makna persahabatan

Sudah beberapa bulan berlalu sejak Mei memperkenalkan Yen kepadaku. Sejak itu kedua wanita Cina yang cantik dan bahenol ini menjadi partner seksku. Secara rutin kami bertemu untuk bersetubuh dan memuaskan nafsu birahi. Kebanyakan kami berkumpul di rumah Mei di bilangan Margorejo (baca ceritaku sebelumnya: Hadiah Ulang Tahun Yang Mengejutkan 1 dan 2). Keduanya seperti tak terpuaskan. Apalagi Yen. Nafsunya yang besar itu seperti tak ada habisnya. Permainan ranjangnya sungguh-sungguh menggairahkan, sehingga selalu ada kegembiraan dan kebanggaan tersendiri setiap kali aku menggumuli, menyetubuhi dan memuaskan nafsunya.