Skip to main content

Posts

Ibu Guru Cantik

“Selamat siang, Bu,” sapaku pada Bu Diana, guru matematika yang juga merupakan wali kelasku, saat berpapasan di koridor ruang guru. Kulihat wanita cantik itu sedikit memerah, padahal tadi pagi dia tampak baik-baik saja. ”Ibu baik-baik saja?” aku bertanya. “Oh, ya... Ibu baik kok.” suaranya terdengar lembut, sedikit menggairahkan. Bu Diana adalah seorang guru yang cantik dan menawan.Umurnya baru 22 tahun dan belum menikah. Di sekolah, dia adalah idola para murid laki-laki sepertiku.
Recent posts

Teh Ninih

Ustadzah itu pun menyambut tangan sang operator tanpa menyentuhnya sedikitpun sambil tetap menundukkan pandangan dan bergumam, “Assalamualaikum.” Tapi hal itu sudah cukup membuat sang operator menelan ludahnya karena terpana akan keindahan gundukan kembar di dada sang ustadzah yang sekilas tercetak di jubahnya ketika ia menunduk.

Bonus untuk Guru Les Bahasa Inggris

Hari itu Hamid baru pertama kalinya memasuki kompleks perumahan baru di Citra Kencana, dia adalah guru sekolah menengah yang honornya sama sekali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi ditambah setelah berkeluarga dan mempunyai anak bayi. Meskipun istrinya ikut membantu dengan membuat pelbagai makanan snack serta kue-kue kering, namun kebutuhan yang meningkat hanya dapat tertutup kalau di luar jam mengajarnya Hamid memberikan ekstra les. Untunglah di dalam masyarakat Indonesia yang sangat unik peranan ilmu exakta serta bahasa asing mendapatkan tempat tersendiri. Anehnya adalah kemahiran bahasa asing, terutama bahasa Inggris, jauh lebih dihargai daripada bahasa Indonesia sendiri. Bukan hanya orang dewasa merasa sangat bangga jika mampu berbahasa Inggris sehingga bisa mengobrol dengan orang bule di mall atau plaza, anak sekolah dasar pun dipacu oleh orang tuanya untuk ngeles ekstra bahasa Inggris. Oleh karena itu Hamid hari ini memperoleh kesempatan untuk memberikan ...

Senggol Sana Senggol Sini (4)

Mendung sedang bergayut di langit petang. Di sebuah kafe, sekitar jam lima sore, kami berdebat seru ihwal kehidupan seks laki-laki. Kami duduk bertiga sambil menikmati hangatnya secangkir cappuccino. Tiga orang pria; yang pertama Leo, kemudian Johan, dan aku sendiri. Leo sependapat dengan Johan kalau hampir kebanyakan laki-laki pasti pernah berhubungan dengan wanita lain, one nite stand. Aku balik menimpali, tidak hanya laki-laki yang doyan one nite stand, banyak juga kaum wanita yang menganut paham sex just for fun. Itu berdasar pengalamanku dengan Sonya selama ini, dan juga dengan Maya malam kemarin. Tapi, ketika ditanya balik apa yang sebenarnya didapat dari seks sesaat itu, aku hanya diam membisu. "Nggak tahu," jawabku polos. “Kepuasan, mungkin. Karena sudah dapat meniduri istri orang lain.”

Ayo Tekan!!

Airin Rachmi Diany, mewakili sosok generasi baru yang muda, cerdas dan peduli. Dalam usia 33 tahun ia sudah menyelesaikan pendidikan Spesialis Notariat dan Pascasarjana S2 Bidang Hukum Bisnis di salah satu Universitas di Bandung. Aktivitas sosialnya membuat ibu dua anak ini senantiasa berada di tengah masyarakat. Sebagai notaris profesional, Ibu muda yang senantiasa berjilbab ini dikenal memiliki kepedulian terhadap nasib masyarakat lapisan bawah. Tak terhitung kegiatan sosial yang telah digagasnya. Ia mensponsori pengobatan gratis, pemberantasan demam berdarah, bantuan untuk pesantren dan mejelis taklim, kegiatan olahraga pemuda, dan banyak lagi. Lahir di Banjar pada tanggal 28 Agustus 1976, Airin memiliki pandangan hidup yang visioner dan jauh ke depan. Baginya waktu adalah emas. Ia tak pernah menyia-nyiakan waktu tanpa mengerjakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan. Maka sesibuk apapun ia bekerja, Airin tak pernah mengeluh sepanjang apa yang dia kerjakan dapat bermanfaat.

Senggol Sana Senggol Sini (3)

Hari yang cerah. Meskipun matahari telah condong ke barat, namun cahayanya yang keemasan masih terus menyepuh pucuk-pucuk tanaman di halaman depan rumahku sehingga tampak begitu indah. Sementara itu angin semilir yang lembut bertiup ke segala penjuru di sekitarku. Aku duduk di teras menikmati kesendirian. Di pangkuanku tergeletak sebuah novel misteri yang sejak aku duduk di tempat itu belum sekali pun sempat kubaca. Mataku lebih banyak melayang ke sekeliling. Ke halaman yang selalu rapi karena terawat dengan baik. Lalu ke langit yang cerah penuh warna keemasan, dan juga ke jalan dan ke mana pun mataku berlabuh. Damai rasanya.

Senggol Sana Senggol Sini (2)

Semuanya diawali pada suatu malam, ketika aku baru menikah dengan Berta. Aku baru saja hendak pergi membaca buku di teras ketika seutas sms meluncur ke hapeku, dari Sonya. Aku buka sms itu. “Selamat malam, Gun. Maaf mengganggu. Kamu bisa ke rumah sebentar?” Demikian pesan singkat itu. Aku berpikir sesaat, dan kubalas. “Dengan senang hati, Mbak. Tunggu ya!” Selebihnya aku sibuk pencet-pencet keypad hape untuk memberitahu Berta yang belum pulang dari arisan kalau aku lagi pergi ke toko buku. Aku tidak ingin dia menyusulku ke rumah Sonya, biarlah ini menjadi rahasiaku. Agak mengganggu pikiran ketika Sonya membuka pintu dengan raut wajah tidak secerah biasanya. Meski kelihatan senang dengan kehadiranku, senyumnya tidak terlalu riang. “Ada apa, Mbak?” tanyaku. “Perlu sama aku?”